dilakukan maka risiko tersebut harus diukur, dianalisis, dan dievaluasi dalam suatu ukuran frekuensi, keparahan, dan variabilitasnya. Kemudian keputusan
harus diambil, sebagai contoh adalah dengan memilih dan menggunakan metode- metode untuk menangani masing-masing risiko yang telah diidentifikasikan
tersebut. Sebagian risiko tertentu mungkin perlu dihindari, sebagian lagi mungkin ditanggung sendiri, dan yang lainnya mungkin perlu diasuransikan. Selanjutnya,
setelah metode penanganan risiko dipilih, langkah yang dilakukan berikutnya adalah rencana pengadministrasian program itu secara melembaga.
Sistem manajemen risiko yang efektif sendiri merupakan suatu kekuatan perusahaan yang membantu pencapaian tujuan bisnis perusahaan dan peningkatan
kualitas pelaporan keuangan sebagai usaha perlindungan reputasi perusahaan Subramaniam, et al.,2009. Dengan terciptanya manajemen risiko yang baik
dalam perusahaan, akan memberikan dampak keuntungan yang besar bagi perusahaan itu sendiri.
2.4 Good Corporate Governance
World Bank mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai
kumpulan hukum yang wajib dipenuhi untuk mendorong kinerja secara efisien sehingga menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang bagi para pemegang saham
maupun masyarakat sekitar. Berikut ini diagram struktur corporate governance :
Dewan komisaris memiliki peran penting dan posisi tertinggi setelah RUPS. Dewan komisaris dalam perusahaan harus terdiri komisaris independen
yang sekurang-kurangnya sepertiga dari jumlah anggota dewan komisaris. Komisaris independen dalam suatu perusahaan dimaksudkan untuk lebih objektif
dan efisien dalam pengambilan keputusan. Dalam peraturan Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 mengatur lima prinsip-prinsip dasar
corporate governance , antara lain :
Struktur Corporate Governance 2011
Sumber : www.structurecorporategovernance.com2011
Gambar 2.1
RUPS
Dewan Komisaris
Dewan Direksi
Direktur Utama
Direktur Divisi
Manajer Unit Komite Audit
Komite Remunerasi
Komite Strategi Investasi
Komite Manajemen Risiko
CFO Fungsi Perusahaan
Auditor Independen
a Transparency Keterbukaan Informasi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. b Accountability Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem,
dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
c Responsibility Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat
serta peraturan perundangan yang berlaku. d Independency Kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat.
e Fairness Kesetaraan dan Kewajaran, yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan
perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Diperlukan pengawasan dan pengelolaan risiko yang efektif untuk
sebuah pencapaian prinsip-prinsip GCG tersebut, tanpa adanya pengawasan dan pengelolaan risiko tersebut maka prinsip GCG tidak akan terwujud. Dewan
komisaris kemudian membentuk komite untuk mengawasi manajemen risiko perusahaan.
Apabila mekanisme GCG yang dilakukan perusahaan terutama mekanisme dalam manajemen risiko dengan pembentukan risk management
committee yang dapat bertanggung jawab dalam pengawasan risiko, maka prinsip-
prinsip GCG tersebut dapat terwujud dengan baik. Risk Management Committee memiliki tugas untuk melakukan identifikasi, evaluasi risiko dan manajemen
risiko dengan tujuan meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan dimata pengguna laporan keuangan. Akan tetapi, keberadaan Risk Management Committee di
Indonesia masih belum diwajibkan oleh pemerintah dan hanya bersifat sukarela, kecuali dalam dunia perbankan telah diwajibkan melalui peraturan Bank
Indonesia. Fungsi RMC dalam pelaksanaan GCG dan manajemen risiko sangat penting, sehingga diharapkan perusahaan dapat membentuk RMC. Penerapan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kepatuhan terhadap perundang-undangan dan peraturan yang
berlaku, dimana pada akhirnya hal ini akan meningkatkan nilai bagi stakeholders Wahyuni, 2012.
2.5 Risk Management Committee RMC