Pengertian Class Action Resume Hukum Acara Perdata

Dalam sejarah dan perkembangannya, class action pertama kali dikenal di Negara Inggris pada awal abad ke-18, yang kemudian dianut pula oleh negara persemakmurannya. Penerapan class action di Inggris awalnya berdasarkan judge made law dan khusus untuk perkara-perkara berdasarkan equity yang diterapkan melalui Court Of Chancery. Saat itu Court Of Chancery mengadili suatu perkara yang melibatkan pihak penggugat yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan orang secara kumulasi. Kemudian sejak tahun 1873 barulah class action dapat digunakan di Supreme Court, dengan diundangkannya Supreme Court Judicature Act. Sedangkan penerapan class action untuk negara-negara civil law hanya mengadopsi dan disesuaikan dengan sistem hukum yang berlaku di negara masing-masing termasuk di Indonesia. Tolak ukur dari pengakuan class action di Indonesia yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut sebagai UUPLH. Dari tolak ukur tersebut sejarah class action di Indonesia dibagi menjadi dua periode, yaitu periode sebelum tahun 1997 Before Recognition of Class Action dan sesudah tahun 1997 After Recognition of Class Action. 34 Sebelum tahun 1997 belum ada aturan hukum yang mengatur mengenai class action secara resmi, tetapi pernah dipraktikkan dalam dunia peradilan di Indonesia. Gugatan class action yang terkenal pertama kali dilakukan adalah kasus R.O. Tambunan melawan perusahaan rokok PT Bentoel Remaja pada tahun 1987. R.O. Tambunan mendalilkan dalam gugatannya bahwa Ia tidak hanya mewakili dirinya sebagai orang tua dari anaknya, tetapi juga mewakili semua remaja yang telah diracuni oleh iklan rokok Bentoel Remaja.Pada tahun 1988, gugatan class action juga dilakukan oleh Muchtar Pakpahan yang menggugat Gubernur DKI Jakarta dan Kakanwil Kesehatan DKI Jakarta dalam kasus endemi demam berdarah. Dalam kasus ini, Muchtar Pakpahan mendalilkan pada gugatannya bahwa Ia bertindak untuk mewakili dirinya sendiri dan masyarakat DKI Jakarta yang telah terserang wabah penyakit demam berdarah. Menyusul kemudian pada tahun 1997, YLKI Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia melawan PT. PLN Persero dalam kasus pemadaman listrik se-Jawa Bali pada tanggal 13 April 1997.Gugatan dari ketiga kasus diatas tidak dapat diterima oleh pengadilan dengan pertimbangan bahwa gugatan class action bertentangan dengan hukum yang berlaku. Dalam Pasal 123 HIR disebutkan bahwa untuk dapat mewakili pihak lain yang tidak ada hubungan hukum diperlukan 34 Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Ghalia Indonesia, Bogor; 2008, hlm. 160.