Tata cara Penyampaian Putusan Sistematika Putusan

Pada bagian ini dicantumkan titel eksekutorial sebagai dasar bagi pelaksanaan dan eksekusi putusan. Contoh dari titel eksekutorial ini adalah pernyataan “Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. 2. Identitas para pihak yang berperkara Identitas yang dimuat harus lengkap dan jelas. 3. Pertimbangan-pertimbangan hukum dari hakim Bagian ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu pertimbangan mengenai duduk perkara atau feitelijke gronden dan pertimbangan mengenai hukumnya sendiri atau rechts gronden. Dalam pertimbangan mengenai duduk perkara berisi apa saja yang muncul dalam persidangan secara lengkap, sedangkan dalam pertimbangan mengenai hukum berisi alasan-alasan hukum yang mendasari putusan hakim. 4. Amar putusan atau dictum Merupakan jawaban atas petitum dari suatu gugatan, bersifat deklaratif dan dispositif. Sifat deklaratif di sini berarti amar itu merupakan penerapan dari hubungan hukum yang disengketakan. 5. Tanda Tangan Setiap putusan harus ditandatangani oleh Majelis Hakim Ketua, Hakim Anggota, dan Panitera sebagaimana diatur dalam pasal 184 ayat 3 HIR dan pasal 24 UU no. 48 tahun 2009 BAB X EKSEKUSI

1. Pengertian Eksekusi

Pada prinsipnya, dalam perkara perdata pelaksanaan putusan pengadilan dilakukan oleh pihak yang dikalahkan. Akan tetapi, terkadang pihak yang kalah tidak mau menjalankan putusan secara sukarela. Sedangkan dalam peraturan perundang-undangan tidak diatur jangka waktu jika putusan akan dilaksanakan secara sukarela oleh pihak yang kalah.Dalam hal ini pihak yang menang dapat meminta bantuan pihak pengadilan untuk memaksakan eksekusi putusan, sesuai dengan ketentuan pasal 196 HIR. Putusan Pengadilan yang dapat dilaksanakan adalah putusan yang mempunyai kekuatan eksekutorial. Ada pun yang memberikan kekuatan eksekutorial pada putusan Pengadilan terletak pada kepada putusan yang berbuyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Di samping itu putusan Pengadilan yang mempunyai titel eksekutorial adalah putusan yang bersifat atau yang mengandung amar “condemnatoir”, sedangkan putusan Pengadilan yang bersifat deklaratoir dan constitutif tidak dilaksanakan eksekusi karena tidak memerlukan eksekusi dalam menjalankannya. 21

2. Asas – asas dalam Eksekusi

Dalam pelaksanaan eksekusi dikenal beberapa asas yang harus dijadikan pedoman oleh pihak pengadilan, yaitu sebagai berikut 22 : a. Putusan Pengadilan harus sudah berkekuatan hukum tetap.Sifat putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap adalah tidak ada lagi upaya hukum, dalam bentuk putusan tingkat pertama, bisa juga dalam bentukputusan tingkat banding dan kasasi. Sifat dari putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap adalah litis finiri opperte 23 , maksudnya tidak bisa lagi disengketakan oleh pihak-pihakyang berperkara. b. Putusan tidak dijalankan secara sukarela, Sesuai dengan ketentuan Pasal 196 HIR. dan Pasal 207 R.Bg maka ada dua cara menyelesaikan pelaksanaan putusan yaitu dengan cara sukarela karena pihak yang kalah dengan sukarela melaksanakan putusan tersebut, dan dengan cara paksa melalui proses eksekusi oleh Pengadilan. c. Putusan bersifat condemnatoir. Ciri - ciri putusan yang bersifat condemnatoir biasanya mengandung amar yang menyatakan : 1 Menghukum atau memerintahkan untuk “menyerahkan”. 2 Menghukum atau memerintahkan untuk “pengosongan” 3 Menghukum atau memerintahkan untuk “membagi” 4 Menghukum atau memerintahkan untuk “melakukan sesuatu” 5 Menghukum atau memerintahkan untuk “menghentikan” 6 Menghukum atau memerintahkan untuk “membayar” 21 Makalah Prof. Dr. H. ABDUL MANAN, SH.,SIP.,M.Hum,Hakim Agung MA, EKSEKUSI DAN LELANG DALAM HUKUM ACARA PERDATA, hlm. 2, 18 September 2011, Jakarta. 22 Ibid hlm. 3 23 Ibid