Upaya Hukum Banding Resume Hukum Acara Perdata

hadir atau pada saat para pihak menerima salinan putusan, apabila hari ke 14 empatbelas tersebut jatuh pada hari libur maka dihitung pada hari kerja selanjutnya.Meskipun yag memeriksa adala Pengadilan Tinggi, permohonan banding harus diajukan kepada Panitera PN yg menjatuhkan putusan Pasal 7 1 UU 20 1947, jadi tidak diajukan ke pengadilan tinggi.Dalam pengajuannya, pihak pembanding atau pihak yang mengajukan dapat menyertakan tidak wajib memori banding, yang berisi alasan – alasan banding maupun bukti baru, disisi lain terbanding juga dapat mengajukan kontra memori banding 30 .

4. Upaya Hukum Kasasi

Upaya hukum kasasi dapat didefinisikan sebagai upaya hukum Upaya hukum kasasi diatur dalam UU no. 4 tahun 20erhadap putusan tingkat banding atau terhadap putusan tertentu yang tidak melaui pengadilan tingkat banding sekaligus sebagai pengadilan tingkat akhir dari semua tingkat peradilan UU no.4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, UU no. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, dan UU no. 5 tahun 2004 tentang perubahan atas UU no. 4 tahun 1985. Berdasarkan pasal Pasal 22 UU No 4 tahun 2004 dan Pasal 43 UU No 14 tahun 1985 jo UU No 5 tahun 2004, upaya hukum kasasi diajukan kepada Mahkamah Agung.Adapun secara keseluruhan kewenangan MA tercantum dalam pasal 29 dan pasal 30 UU no. 14 tahun 1985. Pasal 29 UU no. 14 tahun 1985 mengatur wewenang MA antara lain, memeriksa dan mrmutus kasasi; memeriksa sengketa kewenangan mengadili; dan memeriksa dan memutus peninjauan kembali.Sedangkan pasal 30 UU no 14 tahun 1985 menyatakan kewenangan MA lainnya, yaitu dapat membatalkan atau menguatkan putusan atau penetapandalam hal yang dimintakan kasasi adalah penetapan dari semua lingkungan peradilan.Pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung hanaya memeriksa penerapan hukumnya saja, oleh karena itu sering disebut sebagai pemeriksaan judex juris. Permohonan kasasi diajukan kepada Panitera dari pengadilan tingkat pertama yang menjatuhkan putusan yg dimohonkan.Jangka waktu permohonan kasasi adalah 14 hari sejak putusan diketahui oleh pemohon.Tidak seperti pada tahap banding,dimana memori banding tidak wajib disertakan, pemohon kasasi wajib untuk mengajukan memori kasasi sedangkan pihak 30 Ibid hlm 158 termohon kasasi berhak menanggapi memori kasasi dengan mengajukan kontra memori kasasi 31 . pasal 47 UU No.14 tahun 1985. Hal yang juga berbeda dengan tingkat banding adalah alasan pengajuan kasasi.Alasan pengajuannya bersifat limitatif, dengan tidak dapat didasarkan kepada ketidakpuasan salah satu pihak saja.Pasal 30 UU no 14 tahun 1985 menentukan alasan pengajuan kasasi sebagai berikut : 1. Hakim pemutus perkara tidak berwenang baik secara absolute maupun relatif atau melampaui batas kewenangannya. 2. Hakim salah menerapkan hukum yang berlaku atau melanggar hukum yang berlaku 3. Hakim lalai memenuhi syarat – syarat yang diajukan peraturan perundang – undangan yang karena lalainya itu dapat menyebabkan batalnya putusan.Misalnya hakim tidak menyatakan siding terbuka untuk umum.

5. Upaya Hukum Luar Biasa: Peninjauan Kembali

Mengenai peninjauan kembali, diatur dalam pasal 66 sampai dengan pasal 77 UU no. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan pada UU no. 5 tahun 2004 tentang perubahan atas UU no 14 tahun 1985.Peninjauan Kembali menurut pasal 23 ayat 1 UU No 4 tahun 2004 hanya dapat diajukan apabila terdapat hal-hal atau keadaan-keadaan yang ditentukan dengan UU, terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dapat dimintakan PK kepada MA dalam perkara perdata dan pidana oleh pihak-pihak yg berkepentingan. Berdasarkan pasal 66 ayat 1 UU 14 tahun 1985 Terhadap putusan Peninjauan Kembali tidak dapat dilakukan Peninjauan Kembali.Jadi, Permohonan Peninjauan Kembali dapat diajukan hanya 1 satu kali.Misalnya penggugat mengajukan PK dan dikabulkan, maka tidak ada lagi pihak yang mengajukan PK terhadap PK tersebut.Kemudian pasal 67 UU no 14 tahun 1985 menentukan alasan – alasan Pengajuan PK, yaitu antara lain : 1. Bila putusan didasarkan pada tipu muslihat atau pada bukti yang palsu yang harus diketahui setelah kasasi diputus; 2. Bila setelah perkara diputus, ternyata ditemukan surat-surat bukti baru yang baru ditemukan dan bersifat menentukan, yang tidak dapat ditentukan saat pemeriksaan perkara; 3. Bila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau melebihi hal yang dituntut sehingga melanggar pasal 178 HIR; 4. Bila mengenai bagian dari tuntutan yang brlum diputus tanpa dipertimbangkan sebab – sebabnya; 31 Ibid hlm 170