Proses Pengajuan Class Action

e. Dalam satu gugatan perwakilan, dapat dikelompokkan beberapa bagian kelompok atau sub kelompok, jika tuntutan tidak sama karena sifat dan kerugian yang berbeda; f. Tuntutan atau petitum tentang ganti rugi harus dikemukakan secara jelas dan rinci, memuat usulan tentang mekanisme atau tata cara pendistribusian ganti kerugian kepada keseluruhan anggota kelompok termasuk usulan tentang pembentukan tim atau panel yang membantu memperlancar pendistribusian ganti kerugian. 3. Seperti pada hukum acara perdata, terlebih dahulu harus diupayakan mediasi; 4. Apabila mediasi berhasil maka akan menghasilkan akta perdamaian, jika tidak maka proses litigasi akan berlanjut; 5. Proses Verifikasi; 6. Proses Notifiksai; 7. Tahap jawab menjawab dan pembuktian dalam persidangan; 8. Putusan hakim. Dalam hal gugatan ganti rugi dikabulkan, hakim wajib memutuskan jumlah ganti rugi secara rinci, penentuan kelompok danatau sub kelompok yang berhak, mekanisme pendistribusian ganti rugi dan langkah-langkah yang wajib ditempuh oleh wakil kelompok dalam proses penetapan dan pendistribusian seperti halnya kewajiban melakukan pemberitahuan atau notifikasi. 42 42 Ibid pasal 9 BAB XIII PENGADILAN NIAGA

1. Kedudukan Pengadilan Niaga

Dalam pasal 2 UU nomor 4 tahun 2004, hanya disebutkan empat macam lingkungan peradilan, yaitu: Peradilan Umum, Peradilan Niaga, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara.Dalam pasal 8 UU tersebut dijelaskan dalam lingkungan peradilan umum dapat diadakan suatu pengkhususan yang diatur dengan undang – undang.Itulah yang menjadi dasar hukum dari Pengadilan Niaga, yaitu sebagai pengadilan khusus didalam lingkungan peradilan umum.

2. Kompetensi Pengadilan Niaga

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya kompentensi atau kewenangan mengadili dibedakan menjadi kompetensi absolute dan kompetensi relatif.Kompetensi absolut pengadilan niaga dijelaskan dalam pasal 300 ayat 1 UU no. 37 tahun 2004, pengadilan niaga berwenang memeriksa dan memutus permohonan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran utang serta memeriksa dan memutus perkara lain di bidang perniagaanmisalnya dalam perkara HAKI.Kemudian pasal 303 UU no. 37 tahun 2004 menjelaskan pengadilan niaga tetap mengadili perkara kepailitan yang memuat klausula arbitrase, sepanjang utang yang menjadi dasar pernyataan permohonan pailit telah memenuhi kewajiban.Sedangkan kompetensi relatifnya diatur dalam pasal 3 ayat 1 UU no. 37 tahun 2004, yaitu permohonan pailit harus diajukan kepada pengadilan niaga melalui kepaniteraan pengadilan niaga yag daerah hukumnya meliputi tempat kediaman debitur.

3. Kepailitan

a. Pengertian Kepailitan Yang dimaksud dengan kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas 43 . Jadi, kepailitan merupakan lembaga hukum perdata sebagai realisasi dari jaminan yang diatur dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata pasal 1131 dan pasal 1132 tentang jaminan umum dan jaminan khusus.Kepailitan bertujuan untuk member jalan keluar bagi debitur yang sedang mengalami kesulitan finansial agar tidak terus ditagih membayar utang oleh kreditur dan memberi kesempatan juga bagi kreditur untuk memperoleh harta milik debitur. b. Syarat Permohonan Pailit Syarat - syarat permohonan pailit antara lain 44 : 1. Debitur memiliki dua atau lebih kreditur; 2. Debitur tidak membayar lunas sedikitnya satu utang; 3. Utang tersebut telah jatuh tempo dan telah dapat ditagih meskipun belum jatuh tempo sebagaimana diatur dalam klausula perjanjiannya. c. Prosedur permohonan Pailit Adapun prosedeur dalam permohonan pailit antara lain 45 : 1. Panitera menyampaikan permohonan pailit kepada Ketua Pengadilan Niaga paling lambat 2 dua hari setelah pendaftaran 2. Ketua Pengadilan Niaga mempelajari dan menetapkan hari sidang paling lambat 3 tiga hari setelah didaftarkan; 43 Pasal 1 ayat 1 UU nomor 37 tahun 2004 44 Ibid pasal 2 ayat 1 45 Slide Perkuliahan Hukum Acara Perdata oleh Hening Hapsari Disriani Latifah