Analisis Taraf Kesukaran Analisis Daya Pembeda

Keterangan: ∑ = jumlah varians skor tiap butir soal = varians total = banyaknya butir soal N = banyaknya peserta tes Arikunto, 2010: 239 Harga kemudian dibandingkan dengan harga kritik r product moment untuk dengan dan taraf signifikan α = 5. Apabila harga , maka dikatakan instrumen tes reliabel. Berdasarkan perhtungan diperoleh . Nilai dibandingkan dengan dengan taraf signifikansi 5 dengan responden 22, sehingga didapat . Maka , jadi item tes yang diuji cobakan reliable. Perhitungan lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran 18.

3.9.1.3 Analisis Taraf Kesukaran

Suatu tes tidak boleh terlalu mudah, dan juga tidak boleh terlalu sukar. Sebuah item soal yang tergolong baik dan ideal adalah soal yang tingkat kesukarannya rata-rata, artinya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu sulit Arikunto, 2010: 207. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu disebut indeks kesukaran difficult index. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan tingkat kesukaran soal. 0,00 1,00 Sukar Mudah Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaran soal adalah: tes mengikuti yang didik peserta jumlah soal suatu pada tes peserta siswa skor Jumlah  mean ditetapkan yang maksimum skor mean Kesukaran Tingkat TK  Arikunto, 2010: 208. Untuk menginterpolasikan tingkat kesukaran soal digunakan tolak ukur sebagai berikut: Kriteria: TK 70 : Item mudah 30 ≤ TK ≤70 : Item sedang TK 30 : Item sukar Arikunto, 2010: 210. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh tingkat kesukaran pada soal uji coba dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Butir soal nomor 2 dan 4 termasuk kategori mudah. 2. Butir soal nomor 1, 3, 5 dan 7 termasuk kategori sedang. 3. Butir soal nomor 6 termasuk kategori sukar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19.

3.7.1.4. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah. Bagi soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun bodoh, maka soal tersebut termasuk tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik pandai maupun bodoh tidak dapat menjawab dengan benar. Soal tersebut tidak baik juga karena tidak mempunyai daya pembeda. Arikunto, 2010: 211. ฀ Tabel 3.1 Kategori Daya Pembeda Indeks Diskriminasi D Klasifikasi 0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek poor 0,20 D ≤ 0,40 Cukup satisfactory 0,40 D ≤ 0,70 Baik good 0,70 D ≤ 1,00 Baik sekali excellent D bernilai negatif Tidak baik Arikunto, 2010: 218 Setelah dilakukan perhitungan daya pembeda pada soal uji coba, diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Butir soal dengan kriteria jelek yaitu butir soal nomer 3, 6, dan 7. 2. Butir soal dengan criteria cukup yaitu butir soal nomor 1, 2 dan 8. 3. Butir soal dengan criteria baik yaitu butir soal nomor 4 dan 5. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 20.

3.9.1.5. Penentuan Instrumen Tes

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X SMA MATERI TRIGONOMETRI DALAM PEMBELAJARAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

7 85 402

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP N SATU ATAP 6 PAKKAT HUMBAHAS.

2 9 21

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI SEGI EMPAT DI KELAS VII SMP N 3 GALANG.

0 1 23

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

1 2 52

PROFIL KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION) DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA.

4 12 95

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KESALAHAN SISWA KELAS VII DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI SEGI EMPAT MELALUI PBL

0 0 59

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI WAKTU, JARAK, DAN KECEPATAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 13

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Waktu, Jarak, dan Kecepatan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Setono No. 95 Surakarta Tahun Ajaran 20

0 0 20

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 AJIBARANG KELAS VII MELALUI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 16