Pemecahan Masalah TINJAUAN PUSTAKA

Kebangsaan, 11 Cinta Tanah Air, 12 Menghargai Prestasi, 13 BersahabatKomunikatif, 14 Cinta Damai, 15 Gemar Membaca, 16 Peduli Lingkungan, 17 Peduli Sosial, 18 Tanggung Jawab. Pendidikan karakter dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dengan cara pengenalan nilai-nilai sehingga diperoleh kesadaran akan pentingnya nilai-nilai dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku siswa melalui proses pembelajaran sehari-hari. Salah satu karakter yang dapat ditanamkan adalah tanggung jawab. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb.

2.2 Pemecahan Masalah

Menurut NCTM dalam Husna 2013, pemecahan masalah merupakan proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya pada situasi baru dan berbeda. Selain itu NCTM juga mengungkapkan tujuan pengajaran pemecahan masalah secara umum adalah untuk 1 membangun pengetahuan matematika baru; 2 memecahkan masalah yang muncul dalam matematika dan di dalam konteks-konteks lainnya; 3 menerapkan dan menyesuaikan bermacam strategi yang sesuai untuk memecahkan permasalahan; 4 memantau dan merefleksikan proses dari pemecahan masalah matematika. Menurut Branca yang dikutip oleh Husna 2013, pemecahan masalah memiliki tiga interpretasi yaitu: pemecahan masalah 1 sebagai suatu tujuan utama; 2 sebagai sebuah proses; 3 sebagai keterampilan dasar. Ketiga hal itu mempunyai implikasi dalam pembelajaran matematika. Pertama, jika pemecahan masalah merupakan suatu tujuan maka ia terlepas dari masalah atau prosedur yang spesifik, juga terlepas dari materi matematika, yang terpenting adalah bagaimana cara memecahkan masalah sampai berhasil. Dalam hal ini pemecahan masalah sebagai alasan utama untuk belajar matematika. Kedua, jika pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses maka penekanannya bukan semata-mata pada hasil, melainkan bagaimana metode, prosedur, strategi dan langkah-langkah tersebut dikembangkan melalui penalaran dan komunikasi untuk memecahkan masalah. Ketiga, pemecahan masalah sebagai keterampilan dasar atau kecakapan hidup life skill, karena setiap manusia harus mampu memecahkan masalahnya sendiri. Jadi pemecahan masalah merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki setiap peserta didik. Polya 1973 mengemukakan empat langkah utama dalam pemecahan masalah yaitu: Understanding the problem memahami masalah, Devising a Plan merencanakan penyelesaian, Carrying out the Plan melaksanakan perhitungan, dan Looking Back memeriksa kembali proses dan hasil. Marsigit 2011: 8 menjelaskan bahwa keterampilan menyelesaikan masalah matematika meliputi, 1 memahami pokok persoalan; 2 mendiskusikan alternatif pemecahannya; 3 memecah persoalan utama menjadi bagian –bagian kecil; 4 menyederhanakan persoalan; 5 menggunakan pengalaman masa lampau dan menggunakan intuisi untuk menemukan alternatif pemecahannya; 6 mencoba berbagai cara, bekerja secara sistematis, mencatat apa yang terjadi, mengecek hasilnya dengan mengulang kembali langkah-langkahnya; dan 7 mencoba memahami dan menyelesaikan persoalan yang lain. Dalam penelitian ini, pemecahan masalah diturunkan menjadi 2 aspek yang akan diteliti. Kemampuan pemecahan masalah sebagai aspek kognitif dan keterampilan pemecahan masalah sebagai aspek psikomotorik. Perbedaan utama keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan pemecahan masalah pada penelitian ini adalah cara penilaiannya. Penilaian keterampilan pemecahan masalah dilakukan saat peserta didik mengerjakan. Penilaian meliputi teknik mengerjakan, kecepatan, ketepatan, dan hal-hal yang dapat diamati. Penilaian kemampuan pemecahan masalah dilakukan setelah pekerjaan selesai. Pada penelitian ini, keterampilan pemecahan masalah diukur dengan observasi dan wawancara mendalam. Lembar observasi dan pedoman wawancara terdapat dalam Lampiran 29 dan 38. Penilaian kemampuan pemecahan masalah diukur melalui tes akhir kemampuan pemecahan masalah yang sesuai dengan kisi-kisi yang terdapat pada Lampiran 22 dan soal tes kemampuan pemecahan masalah terdapat pada lampiran 23.

2.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Auditory Intellectually

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X SMA MATERI TRIGONOMETRI DALAM PEMBELAJARAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

7 85 402

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP N SATU ATAP 6 PAKKAT HUMBAHAS.

2 9 21

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI SEGI EMPAT DI KELAS VII SMP N 3 GALANG.

0 1 23

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

1 2 52

PROFIL KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION) DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA.

4 12 95

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KESALAHAN SISWA KELAS VII DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI SEGI EMPAT MELALUI PBL

0 0 59

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI WAKTU, JARAK, DAN KECEPATAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 13

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Waktu, Jarak, dan Kecepatan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Setono No. 95 Surakarta Tahun Ajaran 20

0 0 20

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 AJIBARANG KELAS VII MELALUI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 16