Analisis proksimat Metode Penelitian

dalam kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji aktifitas antibakteri dan uji toksisitas untuk mengkaji ada tidaknya kandungan senyawa antibakteri pada beberapa daging ikan laut dalam. 3.2.1 Uji organoleptik BPPMHP, 1993 Pengujian kesegaran ikan laut dalam dalam penelitian ini menggunakan uji organoleptik. Pengujian organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk mengukur daya penerimaannya terhadap ikan. Untuk uji organoleptik ikan segar SNI 01-2346- 1991, sasaran alat indera ini adalah konsistensi, penampakan mata, insang. Metode yang digunakan dalam pengujian organoleptik adalah scoring test yaitu menggunakan skala angka. Skala angka terdiri dari angka 1-9 dengan spesifikasi untuk tiap angka yang dapat memberi pengertian tertentu bagi panelis. Nilai pengujian dicantumkan oleh panelis pada score sheet lembar penilaian. Nilai penilai terhadap kesegaran ikan meliputi mata, insang, lendir di permukaan, tekstur , dan bau. Hasil penilaian diambil rata-ratanya dan dikelompokkan pada kriteria ikan segar, agak segar atau tidak segar. Contoh lembar penilaian dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2.2 Analisis proksimat

Analisis proksimat yang dilakukan meliputi kadar protein, lemak, air, abu dan karbohidrat. • Kadar air Apriyantono et al., 1989 Cawan porselin dikeringkan pada suhu 102-105 o C selama kurang lebih 10-12 jam. Kemudian cawan diletakkan dalam desikator ± 30 menit, ditimbang A gram. Lalu cawan ditimbang denga n sampel yang sudah dihomogenkan B gram dengan sampel sebanyak 5 gram. Setelah itu dikeringkan dalam oven pada suhu 102-105 o C selama kurang lebih 3-5 jam. Cawan diletakkan ke dalam desikator dan ditimbang C gram. Perhitungan : B - C Kadar Air = x 100 B - A Keterangan : A = gram cawan B = gram cawan dan sampel basah C = gram cawan kering • Kadar abu Apriyantono et al., 1989 Cawan porselin dipijarkan sampai merah dalam tungku pengabuan bersuhu sekitar 650 o C selama 1 jam. Setelah suhu tungku turun menjadi sekitar 200 o C, cawan didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang A gram. Lalu cawan ditimbang dengan sampel yang sudah dihomogenkan B gram dengan sampel sebanyak 5 gram. Kemudian cawan dan sampel dimasukkan ke dalam tungku pengabuan dan diatur suhu secara bertahap hingga suhu 650 o C untuk dilakukan pengabuan hingga abu berwarna putih. Setelah tungku pengabuan turun menjadi sekitar 200 o C. Cawan didinginkan selama 30 menit dan ditimbang beratnya C gram. Perhitungan : C - A Abu = x 100 B – A Keterangan : A = gram cawan B = gram cawan dan sampel basah C = gram cawan kering • Kadar protein Apriyantono et al., 1989 a. Destruksi Sampel ditimbang sebanyak 0,3 gram dan dimasukkan ke dalam tabung Kjeltec . Dimasukkan satu buah tablet Kjelteb ke dalam tabung tersebut, tablet Kjelteb disini berfungsi sebagai katalisator. Protein = Nitrogen x faktor konversi 6,25 Adapun reaksi yang terjadi : Komponen Nitrogen Organik H 2 SO 4 CO 2 + H 2 O + NH 4 2 SO 4 Katalis Kjeltab Bahan katalis yang sering digunakan antara lain merkuri Hg, Ag atau Selenium Se. Tablet Kjelteb tersebut terdiri dari campuran unsur K 2 SO 4 dan Se. Kemudian dilakukan destruksi hingga warna larutan berubah menjadi bening. b. Destilasi Labu hasil destruksi didinginkan dan dimasukkan ke dalam labu penyuling, kemudian diencerkan dengan 200 ml air yang tidak mengandung nitrogen dan ditambahkan beberapa butir batu didih serta 100 ml NaOH agar larutan menjadi basa. Labu penyuling dipasang dengan cepat di atas alat penyuling. Proses ini berlangsung sampai semua nitrogen tertangkap oleh H 2 SO 4 yang ada di dalam erlenmeyer atau bila 23 bagian dari cairan dalam labu telah menguap. c. Titrasi HCl dimasukkan ke dalam buret, lalu dilakukan titrasi hingga warna larutan pada erlenmeyer berubah menjadi merah muda, kemudian dicatat volume HCl yang digunakan : 14,01 x A-B x C N = D Keterangan : A = ml titrasi B = ml titrasi blanko C = Molaritas asam standar D = mg sampel • Kadar lemak Apriyantono et al., 1989 Sampel ditimbang sebanyak 3 gram W1, lalu dibungkus dengan kertas saring dengan bagian atas dan bawah diberi kapas bebas lemak lalu disiapkan labu lemak yang sudah diketahui beratnya W2 dan disambung dengan tabung Soxhlet . Selongsong dimasukkan ekstraktor tabung Soxhlet, lalu disiram dengan pelarut lemak petroleum benzen. Setelah itu dilakukan ekstraksi selama 16 jam pada suhu sekitar 40 o C. Setelah ekstraksi selesai, dikeluarkan selongsong yang berisi sampel. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi sehingga semua pelarut lemak menguap, kemudian labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 3-5 jam. Labu lemak yang sudah didinginkan ditimbang dalam desikator sampai berat konstan W3. W3 – W2 Lemak = x 100 W1 Keterangan : A = gram cawan B = gram cawan dan sampel basah C = gram cawan kering • Kadar karbohidrat Winarno, 1992 Kadar karbohidrat diperoleh dengan menghitung selisih dari empat komponen yaitu kadar air, protein, lemak dan abu. Perhitungannya sebagai berikut: Karbohidrat = 100 - air + lemak + protein + Abu

3.3.3 Analisis asam amino Nur, Adijuwana 1989