aroma yang gurih dan manis. Jenis-jenis asam amino ikan tuna dapat dilihat pada Gambar 17.
2.253 3.284
0.898 1.056
0.648 1.316
0.964 1.331
0.7780.743 1.133
0.651 0.236
1.014 1.788
0.859 2.02
0.743 0.5
1 1.5
2 2.5
3 3.5
Asam Aspartat Asam Glutamat
Serin Glisin Histidin Arginin Treonin Alanin
Prolin Tirosin Valin Metionin Sistein Isolisin Leusin
Fenilalanin Lisin
Tirosin
Jenis Asam Amino Kadar Asam Amino
Gambar 17. Diagram batang asam amino ikan Tuna
4.5 Ekstraksi Daging Ikan Laut Dalam
Langkah awal yang dilakukan pada uji aktivitas antibakteri adalah ekstraksi daging ikan laut dalam. Ikan laut dalam yang diekstrak berjumlah 6
jenis yang meliputi ikan dari famili Nomeidae, famili Ophidiidae, famili Pereichthydae, Parascolopsis sp., Hydrolagus sp. dan satu jenis ikan yang belum
teridentifikasi. Hal ini disesuaikan dengan jumlah sampel ikan laut dalam yang terbatas. Tingkat kesegaran ikan- ikan tersebut berada dalam kisaran agak segar
dan tidak segar. Ekstraksi dilakukan untuk memisahkan senyawa bioaktif yang ada pada
daging ikan laut dalam. Metode ekstraksi yang dilakukan dalam penelitian ini mengikuti metode Quin 1988 yang diacu dalam Darusman et al. 1995 yang
telah dimodifikasi. Metode ini merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi hendaknya mempunyai sifat-
sifat: a melarutkan senyawa yang diekstraksi b mudah dipisahkan setelah proses ekstraksi c kemurniaannya terjamin d tidak toksik Harborne, 1973.
Jenis pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah kloroform, etil asetat dan metanol. Ekstraksi yang dilakukan secara bertingkat karena belum diketahui sifat
senyawa yang terdapat dalam daging ikan laut dalam dengan tahapan pelarut non polar, pelarut semi polar dan pelarut polar. Pelarut non polar diwakili oleh
kloroform, pelarut semi polar diwakili oleh etil asetat dan pelarut polar diwakili oleh metanol.
Tahap ekstraksi dalam metode ini terdiri dari beberapa proses, yaitu penghancuran sampel, maserasi, penyaringan dan evaporasi. Proses
penghancuran bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel. Semakin kecil partikel bahan yang akan diujikan semakin mudah kontak dengan pelarut sehingga
diharapkan semakin banyak senyawa bioaktif terekstrak. Setelah proses penghancuran selesai kemudian dilanjutkan dengan proses maserasi.
Maserasi merupakan proses perendaman bahan dengan pelarut sampai dengan waktu tertentu sehingga senyawa dalam bahan larut dalam pelarut
tersebut. Dalam proses ini digunakan alat bantu magnetic stirer untuk memperbesar kemungkinan proses tumbukan antara bahan dengan pelarut.
Hal ini dilakukan dengan harapan senyawa bioaktif dapat terekstrak dengan sempurna. Proses selanjutnya adalah proses penyaringan dan evaporasi.
Proses penyaringan dilakukan untuk memisahkan bahan dan senyawa bioaktif yang larut dalam pelarut dengan menggunakan kertas saring Whatman.
Sedangkan proses evaporasi dilakukan untuk menguapkan pelarut sehingga ekstrak dapat terpisah dari pelarutnya. Pada proses evaporasi digunakan suhu
± 30-40
o
C. Hal ini ditujukan untuk mengurangi kemungkinan rusaknya senyawa bioaktif pada suhu tinggi.
Berat ekstrak daging ikan laut dalam dapat dilihat pada Tabel 14. Persentase ekstrak merupakan hasil perbandingan antara berat ekstrak kasar yang
dihasilkan dengan berat awal bahan yang digunakan. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 14 menunjukkan bahwa jumlah ekstrak rata-rata tertinggi dihasilkan dari ekstrak kasar-metanol, kemudian diikuti oleh ekstrak kasar-etil asetat dan
ekstrak kasar-kloroform. Hasil proses ekstraksi suatu bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi alamiah bahan alam, metode ekstraksi yang
digunakan, ukuran partikel sampel serta kondisi dan lama penyimpanan Shahidi dan Naczk, 1995.
Proses ekstraksi terhadap daging ikan laut dalam menghasilkan ekstrak yang berbeda-beda. Dari segi warna, ekstrak kasar-kloroform mempunyai warna
jernih kekuning-kuningan sedangkan ekstrak kasar-etil asetat menghasilkan warna jernih kuning kemerahan. Adapun ekstrak kasar- metanol menghasilkan warna
putih keruh. Tabel 14. Rendemen hasil ekstraksi daging beberapa ikan laut dalam
Volume Nama ikan
Pelarut Pelarut
ml Berat
sampel awal gr
Berat ekstrak
gr Ekstrak
Klorofom 50
24,4200 0,0564
0,23 Etil Asetat
50 24,4200
0,0543 0,22
Famili Nomeidae Metanol
50 24,4200
0,0557 0,23
Parascolopsis sp.
Klorofom 15
7,4356 0,0266
0,36 Etil Asetat
15 7,4356
0,0632 0,85
Metanol 15
7,4356 0,0602
0,81 Hydrolagus
sp. Klorofom
60 30,0000
0,0130 0,04
Etil Asetat 60
30,0000 0,0167
0,06 Metanol
60 30,0000
0,0550 0,18
Klorofom 110
55,2131 0,0551
0,10 Etil Asetat
110 55,2131
0,0557 0,10
Famili Ophididae Metanol
110 55,2131
0,0588 0,11
Klorofom 50
25,0525 0,0580
0,23 Etil Asetat
50 25,0525
0,0525 0,21
Belum teridentifikasi
Metanol 50
25,0525 0,0598
0,24 Klorofom
25 12,8377
0,0202 0,16
Etil Asetat 25
12,8377 0,0459
0,36 Famili
Pereichthydae Metanol
25 12,8377
0,0792 0,62
4.6 Uji Aktivitas Antibakteri