jernih kekuning-kuningan sedangkan ekstrak kasar-etil asetat menghasilkan warna jernih kuning kemerahan. Adapun ekstrak kasar- metanol menghasilkan warna
putih keruh. Tabel 14. Rendemen hasil ekstraksi daging beberapa ikan laut dalam
Volume Nama ikan
Pelarut Pelarut
ml Berat
sampel awal gr
Berat ekstrak
gr Ekstrak
Klorofom 50
24,4200 0,0564
0,23 Etil Asetat
50 24,4200
0,0543 0,22
Famili Nomeidae Metanol
50 24,4200
0,0557 0,23
Parascolopsis sp.
Klorofom 15
7,4356 0,0266
0,36 Etil Asetat
15 7,4356
0,0632 0,85
Metanol 15
7,4356 0,0602
0,81 Hydrolagus
sp. Klorofom
60 30,0000
0,0130 0,04
Etil Asetat 60
30,0000 0,0167
0,06 Metanol
60 30,0000
0,0550 0,18
Klorofom 110
55,2131 0,0551
0,10 Etil Asetat
110 55,2131
0,0557 0,10
Famili Ophididae Metanol
110 55,2131
0,0588 0,11
Klorofom 50
25,0525 0,0580
0,23 Etil Asetat
50 25,0525
0,0525 0,21
Belum teridentifikasi
Metanol 50
25,0525 0,0598
0,24 Klorofom
25 12,8377
0,0202 0,16
Etil Asetat 25
12,8377 0,0459
0,36 Famili
Pereichthydae Metanol
25 12,8377
0,0792 0,62
4.6 Uji Aktivitas Antibakteri
Selain dari segi kandungan gizi atau nilai nutrisinya, ikan laut dalam juga diduga mempunyai potensi sebagai obat-obatan alami di masa datang. Sebagai
contoh, squalene hati dari ikan hiu laut dalam Centrophorus atromarginatus gaman
yang hidup di kedalaman 500-1000 m di bawah permukaan laut mempunyai kemampuan yang tidak tertandingi dalam hal pencegahan terhadap
infeksi dan penyakit. Selain itu, tulang rawan ikan hiu dapat sebagai salah satu obat kanker Anonimus, 2004.
Uji aktivitas antibakteri bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya kandungan senyawa antibakteri pada beberapa daging ikan laut di perairan selatan Jawa. Uji
aktivitas antibakteri dilakukan dengan melarutkan 0,0075 gram, 0,0150 gram,
0,0225 gram, 0,0300 gram, 0,0500 gram dan 0,0525 gram ekstrak pada 0,1 ml pelarut sehingga diperoleh konsentrasi masing- masing 100 µgml, 200 µgml,
300 µgml, 600 µgml dan 700 µgml. Jumlah ekstrak yang digunakan disesuaikan dengan jumlah rendemen ekstrak masing- masing ikan laut dalam
yang diperoleh. Hal ini dilakukan untuk memperoleh konsentrasi maksimal dari masing- masing jumlah ekstrak daging ikan laut dalam yang akan diuji ada
tidaknya kandungan senyawa antibakteri. Contoh perhitungan dapat dilihat di Lampiran 6.
Jenis bakteri yang digunakan dalam uji antibakteri adalah Staphylococcus aureus
sebagai wakil dari bakteri gram positif dan bakteri Escherichia coli sebagai wakil dari bakteri gram negatif. Optical density OD
600
bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli masing- masing 0,540 dan 0,620 yang diperoleh dari inkubasi selama 12-18 jam pada suhu 37
C. Hasil uji
aktifitas antibakteri dapat dilihat pada Tabel 15, Gambar 18 dan 19. Tabel 15. Diameter hambatan yang terbentuk pada uji aktivitas antibakteri
Nama ikan Kode
Ikan Pelarut
Zona Hambat Staphylococcus
aureus mm
Zona Hambat Escherichia
coli mm
Konsen trasi µgml
Klorofom -
- 700
Etil asetat 5,0
2,0 700
Famili Nomeidae 3
Metanol -
- 700
Klorofom -
- 300
Etil asetat 2,5
1,0 700
Parascolopsis sp.
11 Metanol
- -
700 Klorofom
- -
100 Etil asetat
2,0 -
200 Hydrolagus
sp. 13
Metanol -
- 700
Klorofom -
- 700
Etil asetat -
- 700
Famili Ophididae
14 Metanol
- -
700 Klorofom
- -
700 Etil asetat
- -
700 Belum
teridentifikasi 15
Metanol -
- 700
Klorofom -
- 200
Etil asetat -
- 600
Famili Pereichthydae
C Metanol
- -
700 Klorofom
- -
- Etil asetat
- -
- Kontrol negatif
Metanol -
- -
Aquades 11,0
7,0 1
Aquades 11,0
6,0 1
Kontol positif kloramfenikol
Aquades 11,0
6,0 1
Keterangan : - = Tidak ada zona hambat
a b
c Gambar 18. Aktivitas antibakteri ekstrak kasar daging beberapa ikan laut
dalam dari perairan selatan Jawa bakteri Staphylococcus aureus
Keterangan : 3b. Ekstrak kasar-etil asetat daging ikan famili Nomeidae
11b. Ekstrak kasar-etil asetat daging ikan Parascolopsis sp. 13b. Ekstrak kasar-etil asetat daging ikan Hydrolagus sp.
kf. Kloramfenikol
a b
c Gambar 19. Aktivitas antibakteri ekstrak kasar daging beberapa ikan laut
dalam dari perairan selatan Jawa bakteri Escherichia coli
Keterangan : 3b. Ekstrak kasar-etil asetat daging ikan famili Nomeidae
11b. Ekstrak kasar-etil asetat daging ikan Parascolopsis sp. kf. Kloramfenikol
Dari hasil uji aktivitas antibakteri, tidak semua ekstrak kasar daging ikan laut dalam dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hanya ekstrak-etil asetat dari
ikan famili Nomeidae, Parascolopsis sp. dan Hydrolagus
sp.
dengan konsentrasi
masing- masing 700 µgml, 700 µgml dan 200 µgml yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar
kertas cakram pada media agar. Ekstrak-etil asetat daging ikan laut dalam jenis famili Nomeidae, Parascolopsis sp. dan Hydrolagus
sp
.
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan zona hambat masing- masing
sebesar 5 mm, 2,5 mm dan 2 mm. Selain itu, ekstrak-etil asetat daging ikan laut dalam jenis famili Nomeidae dan Parascolopsis sp. Juga mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan zona hambat masing- masing sebesar 2 mm dan 1 mm.
Adanya daya hambat pada pertumbuhan bakteri yang terbentuk dari ekstrak kasar-etil asetat dari daging ikan laut dalam diduga dipengaruhi oleh
adanya komponen bioaktif yang terekstrak. Ukuran zona hambat yang terbentuk dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu mikrorganisme uji strain bakteri uji,
fisiologi sel, medium kultur, metode uji Parish dan Davidson, 1993 dan kecepatan difusi zat Barry 1986 diacu dalam Branen dan Davidson, 1993.
Dari Tabel 15, Gambar 18 dan 19 dapat pula dilihat bahwa ekstrak kasar- etil asetat memberikan zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus lebih
besar dibandingkan dengan zona hambat pada bakteri Escherichia coli. Besarnya ukuran zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus dikarenakan bakteri
Staphylococcus aureus cenderung lebih sensitif terhadap komponen antibakteri.
Hal ini disebabkan oleh struktur dinding sel bakteri Staphylococcus aureus bakteri gram positif relatif lebih sederhana sehingga memudahkan senyawa
antibakteri untuk masuk ke dalam sel dan menemukan sasaran untuk bekerja. Adapun bakteri Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif.
Kelompok bakteri gram negatif mempunyai sifat kurang rentan terhadap beberapa antibiotik. Hal ini disebabkan struktur dinding sel bakteri gram negatif relatif
lebih kompleks dan berlapis tiga, yaitu lapisan luar berupa lipoprotein, lapisan tengah berupa lipopolisakarida dan lapisan dalam berupa peptidoglikan Pelczar
dan Chan, 1986. Faktor lain yang diduga dapat menyebabkan adanya perbedaan ukuran
zona hambat yang terbentuk adalah pengaruh kecepatan difusi zat. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh pengaruh konsentrasi mikroorganisme, komposisi media,
suhu inkubasi dan waktu inkubasi Schelegel dan Schumid diacu dalam Suhartini, 2003.
Ekstrak kasar-etil asetat memiliki daya hambat terhadap aktivitas bakteri cukup luas karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan bakteri Escherichia coli. Aktivitas antibakteri ekstrak kasar-etil asetat
daging ikan laut dalam diduga mempunyai efek yang sama dengan kloramfenikol yaitu sama-sama bersifat bakteriostatik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya
bakteri yang tumbuh di zona hambat setelah diinkubasi selama 3-24 jam Khusniya, 2004.
Zona hambat yang dibentuk oleh kontrol positif kloramfenikol pada bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli mempunyai ukuran
yang berbeda. Zona hambat kontrol positif pada bakteri Staphylococcus aureus mempunyai ukuran 11 mm sedangkan zona hambat kontrol positif pada bakteri
Escherihcia coli mempunyai ukuran 6-7 mm. Perbedan zona hambat ini diduga
karena pengaruh dari kecepatan difusi zat. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh struktur dinding sel bakteri Staphylococcus aureus bakteri gram positif relatif
lebih sederhana sehingga memudahkan senyawa antibakteri untuk masuk ke dalam sel dan menemukan sasaran untuk bekerja. Adapun bakteri Escherichia
coli merupakan bakteri gram negatif. Kelompok bakteri gram negatif mempunyai
sifat kurang rentan terhadap beberapa antibiotik. Hal ini disebabkan struktur dinding sel bakteri gram negatif relatif lebih kompleks dan berlapis tiga, yaitu
lapisan luar berupa lipoprotein, lapisan tengah berupa lipopolisakarida dan lapisan dalam berupa peptidoglikan Pelczar dan Chan, 1986.
Perbedaan zona hambat antara ekstrak daging ikan laut dalam dengan kloramfenikol diduga disebabkan ekstrak daging ikan laut dalam masih berupa
ekstrak kasar sedangkan ekstrak kloramfenikol sudah dalam keadaan murni. Oleh karena itu, untuk mendapatkan aktivitas antibakteri yang optimum, ekstrak
daging ikan laut dalam perlu pemurnian lebih lanjut. Secara umum, konsentrasi standar yang digunakan oleh NCI National
Cancer Institute USA, ekstrak kasar dikatakan aktif jika dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 20 µgml. Sedangkan untuk ekstrak murni sebesar 4 µgml Suhartini, 2003. Bell 1984 me nyatakan bahwa jika diameter
zona hambat yang terbentuk lebih besar atau sama dengan 6 mm, maka ekstrak dikategorikan memiliki aktifitas antibakteri. Jika diameter yang terbentuk lebih
kecil dari 6 mm atau tidak terbentuk, maka ekstrak tersebut dikategorikan tidak memiliki aktifitas antibakteri. Dengan demikian, ekstrak-etil asetat daging ikan
laut dalam jenis ikan famili Nomeidae, Parascolopsis sp dan Hydrolagus sp. tidak memiliki aktifitas antibakteri. Hal ini dikarenakan jumlah konsentrasi ekstrak
kasar-etil asetat beberapa daging ikan laut dalam yang digunakan 20 µgml dan zona hambat yang digunakan lebih kecil dari 6 mm. Tidak adanya aktifitas
antibakeri pada ekstrak-etil asetat daging ikan laut dalam jenis ikan famili Nomeidae, Parascolopsis sp dan Hydrolagus sp. diduga karena ekstrak masih
berupa ekstrak kasar dan tingkat kesegaran ikan laut dalam yang diteliti berada pada kisaran agak segar dan tidak segar.
4.7 Uji Toksisitas