Peneliti  memberikan  batasan  pantun  yang  akan  dipelajari  siswa  dalam penelitian  ini  sesuai  kompetensi  dalam  kurikulum  tahun  2006  yaitu  jenis  pantun
anak pantun anak suka-citakesukaan, duka-citakedukaan, teka-teki, dan jenaka. Pantun  yang  dibuat  seputar  tema  persahabatan,  ketekunan,  kepatuhan,  dan  tema
lingkungan serta pengalaman siswa.
2.1.9 Hakikat Pendekatan Kontekstual
Hal-hal  yang  dibahas  dalam  hakikat  pendekatan  kontekstual  diantaranya: pengertian  pendekatan  kontekstual,  asas-asas  pendekatan  kontekstual,  kelebihan
dan  kekurangan  pendekatan  kontekstual,  serta  teori  belajar  yang  mendasari pendekatan kontekstual.
2.1.9.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual
Berikut  ini  uraian  beberapa  pengertian  pendekatan  kontekstual  menurut beberapa ahli:
a. Pendekatan  kontekstual  merupakan  strategi  pembelajaran  yang  menekankan
proses  keterlibatan  siswa  secara  penuh  untuk  dapat  menemukan  materi  yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan Sanjaya 2011: 255; b.
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan materi dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk dapat
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya setelah pembelajaran dengan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari Suprijono 2012: 79;
c. Pendekatan kontekstual merupakan konsepsi yang membantu guru mengaitkan
konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata, memotivasi siswa membuat
hubungan  antara  pengetahuan  dan  penerapannya  dalam  kehidupan  mereka Trianto 2007: 101.
Berdasarkan  pendapat-pendapat  di  atas,  disimpulkan  bahwa  pendekatan kontekstual  adalah  suatu  pendekatan  yang  menghubungkan  materi  pembelajaran
dengan lingkungan dan pengalaman yang dialami oleh siswa sehingga siswa dapat mendapat  pembelajaran  yang  bermakna  serta  memotivasi  siswa  untuk  dapat
menerapkan pengetahuan serta pengalamannya tersebut. 2.1.9.2
Asas-asas Pendekatan Kontekstual Berikut asas dalam pendekatan kontekstual Sanjaya 2011: 263-269:
a. Konstruktivisme,  yaitu  proses  membangun  atau  menyusun  pengetahuan  baru
dalam  struktur  kognitif  siswa  berdasarkan  pengalaman.  Selama  pembelajaran dilakukan selalu dihubungkan dengan pengalaman di lingkungan siswa;
b. Inkuiri,  yaitu  proses  pembelajaran  didasarkan  pada  pencarian  dan  penemuan
melalui proses berpikir secara sistematis; c.
Bertanya,  yaitu  refleksi  dari  rasa  keingintahuan  setiap  individu,  sedangkan menjawab  pertanyaan  mencerminkan  kemampuan  seseorang  dalam  berpikir.
Siswa diberikan pertanyaan yang membangkitkan keingintahuan mereka; d.
Pemodelan, yaitu proses belajar dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang  dapat  ditirukan  siswa,  yaitu  dengan  memberikan  gambaran  konkret
melalui  media  kartu  warna,  guru  menjadi  model,  membimbing  siswa  cara membuat pantun, menjadikan siswa sebagai contoh cara membaca pantun;
e. Masyarakat  belajar,  yaitu  bahwa  hasil  belajar  diperoleh  dari  kerjasama  atau
diskusi bersama kelompok;
f. Penilaian  nyata,  yaitu  proses  yang  dilakukan  guru  untuk  mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa, diamati melalui lembar aktivitas siswa dan hasil belajar;
g. Refleksi,  yaitu  proses  pengendapan  pengalaman  yang  telah  dipelajari  yang
dilakukan dengan mengingat kembali materi yang sudah dipelajari. Berdasarkan  uraian  di  atas,  disimpulkan  bahwa  pendekatan  kontekstual
merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan materi dengan dunia  nyata  siswa,  dan  mendorong  siswa  untuk  membuat  hubungan  antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkannya pada kehidupan. Penelitian ini banyak menghubungkan pembelajaran dengan lingkungan kelas, sekolah, dan
lingkungan sekitar sekolah, misalnya: pasar, jalan, sungai, toko. 2.1.9.3
Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual di SD Hal-hal  yang  harus  diidentifikasi  dalam  pendekatan  kontekstual  adalah
materi  yang  diharapkan,  situasi  dunia  nyata  siswa,  pengetahuan  yang  dimiliki, penerapan  dalam  kehidupan  sehari-hari  dan  tujuh  komponen  utama.  Menurut
Sutardi  dan  Sudirjo  2007:  99,  keunggulan  pendekatan  kontekstual  adalah  real world  learning,  mengutamakan  pengalaman  nyata,  berpikir  tingkat  tinggi,
berpusat  pada  siswa,  aktif,  kreatif,  pengetahuan  diberi  makna,  dan  kegiatannya bukan  mengajar  tetapi  belajar.  Keunggulan  lain  pendekatan  kontekstual  adalah
kegiatannya berupa pendidikan bukan pengajaran dan hasil belajar diukur dengan berbagai alat ukur, tidak hanya tes saja.
Selanjutnya,  kelemahan  pendekatan  kontekstual  adalah  orientasi  yang melibatkan aktivitas siswa sehingga guru harus dapat memahami secara mendasar
tentang  perdebatan  potensi  individu  siswa,  dan  pembelajaran  ini  pada  dasarnya membutuhkan  berbagai  sarana  dan  media  pembelajaran  yang  variatif.  Menurut
Sutardi  dan  Sudirjo  2007:  100,  kelemahan  pendekatan  kontekstual  antara  lain: a  bagi  guru,  harus  memiliki  kemampuan  untuk  memahami  secara  mendalam
tentang  konsep  pembelajaran  itu  sendiri,  potensi  perbedaan  individu  siswa  di kelas, beberapa pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada aktivitas siswa
dan  sarana,  media,  alat  bantu  serta  kelengkapan  pembelajaran  yang  menunjang aktivitas  belajar  siswa  dalam  belajar;  b  bagi  siswa,  diperlukan  inisiatif  dan
kreativitas  dalam  belajar,  adanya  perubahan  sikap  dalam  menghadapi  persoalan dan memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam menyelesaikan tugas.
Menanggapi  kekurangan  di  atas,  peneliti  mempelajari  konsep  belajar pendekatan kontekstual dengan sungguh-sungguh. Selain itu, pengkondisian siswa
dilakukan  dengan  memahami  berbagai  potensi  siswa,  menyediakan  sarana,  dan penggunaan media yang variatif dan menarik bagi siswa yaitu media kartu warna.
Media  ini  dirancang  dengan  menarik,  yaitu  dengan  adu  cepat  antar  kelompok dalam menyusun kartu warna dan mengerjakan LKS dibimbing oleh guru.
2.1.9.4 Teori Belajar yang Mendasari Pendekatan Kontekstual
Teori  belajar  yang  mendasari  pendekatan  kotekstual  menurut  Komalasari 2010: 19-23:
2.1.9.4.1 Teori Pembelajaran dari Piaget
Seseorang  memperoleh  kecakapan  intelektual  pada  umumnya  akan berhubungan  dengan  proses  mencari  keseimbangan  antara  apa  yang  ia  rasakan
dan ketahui pada satu sisi dengan apa  yang  ia  lihat sebagai  suatu fenomena  baru
sebagai  pengalaman  dan  persoalan.  Proses  adaptasi  ini  melalui  asimilasi, akomodasi,  ekuilibrasi. Proses asimilasi merupakan proses penyatuan informasi
baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki. Proses akomodasi merupakan proses  penyesuaian  struktur  kognititf  dengan  situasi  yang  baru.  Dan  proses
ekuilibrasi merupakan penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi. 2.1.9.4.2
Teori Free Discovery Learning dari Bruner Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, atau  pemahaman  melalui  contoh-contoh  yang  dia  jumpai  dalam  kehidupannya.
Perkembangan kognitif menurut teori ini melalui 3 tahap yaitu enaktif melakukan aktivitas  dalam  upaya  memahami  lingkungan  sekitar,  ikonik  memahami  objek
melalui gambar, dan simbolik berpikir abstrak dan logika. 2.1.9.4.3
Teori Meaningful Learning dari Ausubel Menurut  teori  ini,  belajar  merupakan  asimilasi  bermakna.  Materi  yang
dipelajari  diasimilasikan  dan  dihubungkan  dengan  pengetahuan  yang  telah dimiliki  sebelumnya.  Faktor  motivasi  dan  pengalaman  emosional  sangat  penting
dalam peristiwa belajar, tanpa motivasi dan keinginan yang kuat, maka pebelajar tidak akan mampu mengasimilasikan pengetahuan yang baru didapatnya ke dalam
struktur kognitifnya. 2.1.9.4.4
Teori Belajar dari Vygotsky Teori ini memandang bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari
latar belakang sosial dan sejarahnya. Dalam belajar, seseorang harus dihubungkan
dengan  latar  belakang  sosial  dan  budayanya  sehingga  lebih  mudah  dalam mengasimilasikan pengetahuan baru dalam struktur kognitifnya.
Berdasarkan  teori-teori  belajar  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  belajar menggunakan  pendekatan  kontekstual  mengarahkan  proses  belajar  dengan
menemukan sendiri pengetahuan melalui hal-hal yang diketahui sebelumnya oleh pebelajar, seperti: lingkungan, latar belakang sosial, budaya, sejarah, pengetahuan.
Proses belajar akan sangat memerlukan motivasi, karena tanpa motivasi pebelajar akan kesulitan dalam memasukkan pengetahuan dalam struktur kognitifnya.
2.1.10 Hakikat Media Pembelajaran