1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD tingkat Sekolah Dasar SD atau Madrasah Ibtidaiyah MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Permendiknas Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 untuk satuan pendidikan SD atau MI menyebutkan bahwa mempelajari Bahasa Indonesia dapat
bermanfaat untuk mengembangkan semua aspek pada diri siswa, baik intelektual, sosial, maupun emosional, dan merupakan penunjang dalam mempelajari semua
bidang studi. Siswa diharapkan mampu berkomunikasi dengan baik dan benar baik secara lisan maupun tulis.
Selanjutnya, SK mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal bagi siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,
keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia Depdiknas 2006: 317. SK ini merupakan dasar bagi siswa untuk memahami dan
merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Melalui SK mata pelajaran Bahasa Indonesia diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi diri sesuai
kemampuan, kebutuhan, minat dan bakatnya, serta siswa dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri
melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang guru. Terdapat empat ruang lingkup dalam aspek kebahasaan, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, menulis Depdiknas 2006: 318. Empat aspek kebahasaan
tersebut saling mendukung dalam upaya mengembangkan keterampilan berbahasa seseorang. Hal tersebut diperkuat oleh Doyin, dkk. 2002: 5-7 yang berpendapat
bahwa bahasa sebagai suatu keterampilan didalamnya akan meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai. Keterampilan menulis membutuhkan kemampuan berpikir hingga tingkat tinggi
serta membutuhkan penguasaan berbagai unsur kebahasaan yang akan digunakan dalam menulis. Menurut pendapat Tarigan 2008: 3-4 keterampilan menulis yaitu
keterampilan yang produktif dan ekspresif. Siswa harus terampil memanfaatkan struktur bahasa, kosakata, dan grafologi. Keterampilan menulis dapat berkembang
dengan baik melalui pembiasaan. Siswa di setiap jenjang pendidikan formal wajib menguasai keterampilan ini, baik berupa karya sastra maupun karya nonsastra.
Menurut Suparno dan Yunus 2010: 1.4 seseorang tidak suka menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat untuk menulis, dan tidak
tahu bagaimana caranya menulis dan membuat suatu karya dalam bentuk tulisan. Permasalahan tersebut yang mempengaruhi kurangnya minat dan motivasi siswa
dalam pembelajaran menulis, terutama dalam menulis karya sastra. Karya sastra membutuhkan imajinasi yang tinggi sehingga ketika minat dan motivasi menulis
sastra rendah, maka hasilnya juga akan kurang optimal. Kompetensi menulis pantun anak merupakan bagian dari KD menulis yang
harus dikuasai siswa jenjang SD kelas empat pada semester dua tahun pelajaran 2012-2013. Materi pokok dari KD menulis pantun adalah menulis pantun anak
yang menarik tentang berbagai tema sesuai dengan ciri-ciri pantun Depdiknas
2006: 326. Siswa kelas IV SD harus menguasai keterampilan menulis dengan baik dalam rangka memenuhi KD tersebut. Untuk dapat mencapai kualifikasi
baik, guru yang bertanggung jawab untuk membimbing siswa melalui kegiatan pembelajaran yang tepat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI offline pantun adalah puisi Indonesia. Pantun terdiri dari empat baris, bersajak a-b-a-b, tiap baris
biasanya terdiri atas 4 kata, baris pertama dan kedua untuk sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi. Kemudian, menurut Asrifin 2008: 22 pantun
merupakan bentuk puisi lama, asli berasal dari Indonesia dan merupakan jenis puisi tertua. Sedangkan menurut Rizal 2010: 11:
Pantun diambil dari bentuk Bahasa Jawa krama kromo yang berasal dari kata, ”pari atau parian”, yang dalam bahasa
Sansekerta berarti paribahasa dan dalam Bahasa Indonesia menjadi peribahasa. Kata “pantun” kemudian dijadikan bentuk
krama kata “pari”’ yang mempunyai akar kata “rik” atau“rit” yang mengandung arti menyusun atau mengatur.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pantun merupakan karya sastra yang termasuk dalam bentuk puisi lama, asli Indonesia
yang berarti menyusun suatu perumpamaan. Pantun terdiri dari empat baris yang bersajak a-b-a-b, setiap baris biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan
kedua untuk sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi pantun. Penelitian Depdiknas 2007: 9 menemukan masih terdapat permasalahan
pelaksanaan standar isi mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD. Permasalahan tersebut yaitu: a guru masih kesulitan dalam menentukan kegiatan belajar
mengajar yang tepat untuk mencapai kompetensi dasar; b masih banyak guru yang belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi; c guru belum
menggunakan media pembelajaran yang menarik minat siswa. Permasalahan tersebut yang mengakibatkan kegiatan belajar mengajar berlangsung kurang
optimal dan hasil belajar siswa masih rendah. Temuan seperti di atas juga terjadi di SDN Sampangan 01 Semarang.
Berdasarkan refleksi awal bersama kolaborator, pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kompetensi keterampilan menulis pantun anak masih belum optimal. Guru
masih kesulitan dalam menentukan kegiatan belajar mengajar yang tepat untuk mencapai KD tersebut. Guru juga masih belum menggunakan variasi metode
pembelajaran, guru cenderung menjelaskan materi kemudian menugaskan siswa untuk langsung menulis pantun anak tanpa menggunakan media yang menarik dan
mengoptimalkan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru juga belum menggunakan media pendukung maupun sumber belajar yang dekat
dengan pengalaman siswa. Kondisi tersebut mengakibatkan minat, motivasi dan keterampilan menulis menulis pantun anak pada siswa kelas IVB termasuk masih
rendah. Temuan-temuan di atas didukung dengan hasil analisis data pengambilan
skor pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis pantun anak sebelum dilakukan tindakan, sebanyak 21 siswa dari 32 siswa memiliki skor
di bawah KKM yaitu 60, dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 10, rata-rata kelas 53,28 serta persentase ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 31,25.
Ketika pembelajaran, siswa masih cenderung pasif dan kurang antusias mengikuti pelajaran, terlihat beberapa perilaku menyimpang siswa, seperti siswa tidak fokus.
Kondisi tersebut memerlukan perbaikan pembelajaran yang lebih inovatif.
Hasil diskusi peneliti dengan kolaborator, untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran menulis pantun anak pada siswa kelas IVB, peneliti
menetapkan pemecahan masalah yaitu pendekatan kontekstual dengan media kartu warna. Menurut Sanjaya 2011: 255 pendekatan kontekstual merupakan
strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata sehari-hari sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Selanjutnya, kartu dalam KBBI offline adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang. Sedangkan warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya
yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya. Dapat disimpulkan bahwa media kartu warna merupakan media berupa kartu dengan bentuk persegi panjang
yang dibuat menggunakan kertas tebal berwarna. Melalui pendekatan kontekstual dengan media kartu warna akan menciptakan pembelajaran yang berhubungan
dengan pengalaman dan lingkungan siswa sehari-hari sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami materi. Pembelajaran juga akan berlangsung lebih
bervariasi sehingga menarik keaktivan dan minat belajar siswa. Pembelajaran ini akan menggunakan sistem adu cepat dalam diskusi. Dengan bimbingan dari guru,
kegiatan tersebut akan menciptakan persaingan positif antar kelompok. Berdasarkan kajian data dalam latar belakang masalah, kemudian peneliti
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul, ”Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Anak melalui Pendekatan Kontekstual dengan Media Kartu
Warna pada Siswa Kelas IVB SDN Sampangan 01 Semarang.”
1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH