Jaringan mitra kerja Pemberdayaan Masyarakat Miskin Sekitar Hutan Melalui Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

66 - memilih dan dipilih sebagai pengurus. Sanksi anggota : - anggota LMDH yang tidak mengelola lahan dalam kegiatan budidaya pertanian semusim, maka tidak mendapatkan bagian dari usaha tersebut, - jika terjadi sengketa antar anggota LMDH, maka pengurus memanggil pihak-pihak yang bersengketa untuk dimusyawarahkan guna mencapai mufakat. Karena kondisi LMDH “Wana Bhakti” Desa Tonjong saat ini dalam kondisi tidak aktif, maka pelaksanaan aturan-aturan dalam ADART tersebut belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. ADART tersebutpun dapat dikatakan belum mencerminkan seluruh aspirasi pengurus dan anggota LMDH, karena baru merupakan format yang bersumber dari Perum Perhutani dan baru dibahas diketahui pada tingkat pengurus sebagian saja.

4. Jaringan mitra kerja

Dalam pelaksanaan program PHBM, Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH “Wana Bhakti” Desa Tonjong, bekerjasama dengan berbagai pihak dalam mengelola sumberdaya hutan. Kerjasama tersebut dilakukan dengan berbagai pihak, antara lain : a. Kerjasama dengan Perum Perhutani Kerjasama antara LMDH “Wana Bhakti” Desa Tonjong dituangkan dalam Surat Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat antara Perum Perhutani KPH Balapulang dengan LMDH “Wana Bhakti” Desa Tonjong Nomor : 64059.9SLBPL2004 tanggal 29 Desember 2004. Perjanjian ini merupakan kegiatan kerjasama Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat secara menyeluruh pada petak-petak pangkuan dalam wilayah Desa Tonjong seluas 112,40 hektar. Dalam perjanjian kerjasama tersebut juga disebutkan hak dan kewajiban dari masing- masing pihak LMDH dan Perum Perhutani dan mekanisme berbagi dengan nilai dan proporsi berbagi yang telah ditentukan dari hasil pengelolaan sumber daya hutan. 67 § Hak dan kewajiban Perum Perhutani Perum Perhutani berhak : - menerima pengembalian modal dan hasil sharing, - menentukan cara penanaman dan pemeliharaan tanaman hutan dan tanaman pertanian semusim dan hortikultura, - menghentikan dan mencabut secara sepihak jika LMDH melalaikan kewajiban dan melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku baik sebagai akibat perorangan maupun kelompok, - mengalihkan pekerjaan yang telah dicabut kepada pihak lain setelah meminta pertimbangan kepada pengurus LMDH. Perum Perhutani berkewajiban : - memberikan kegiatan pembuatan tanaman yang berlokasi di hutan pada petak-petak wilayah administrasi desa, penjarangan sampai dengan pemeliharaan dan tebangan kepada LMDH, - memberikan lahan garapan tanaman pada LMDH, - memberikan kegiatan kepada LMDH terhadap kegiatan pengamanan hutan, pemeliharaan tanaman dan tebangan dengan pola bagi hasil, - memberikan bimbingan teknis cara bertanam, baik tanaman kehutanan maupun tanaman pertanian. § Hak dan kewajiban LMDH LMDH berhak atas : - hasil tanaman pertanian semusim, - pengelolaan dan pemilikan hasil tanaman holtikultura, kecuali pohon kayu, - menerima pembagian hasil kayu sesuai perhitungan bagi hasil yang telah ditentukan. LMDH berkewajiban atas : - mentaati petunjuk-petunjuk teknis dan non teknis dari Perum Perhutani, - mengelola tanaman kehutanan, membersihkan bidang tanaman dan sisa- sisa kotoran tanaman pertanian yang ada dan menatanya dengan teratur, 68 - turut menjaga keamanan hutan baik di lokasi maupun di sekitarnya. Walaupun surat perjanjian tersebut telah diputuskan secara bersama-sama antara pengurus LMDH dengan pihai Perum Perhutani, namun dalam pelaksanaannya kerjasama tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya dikarenakan kondisi LMDH dan kepengurusan LMDH yang vakum tidak aktif. Sehingga akhirnya pihak Perum Perhutani memutuskan untuk menyerahkan kegiatan pemeliharaan dan pengamanan hutan kepada masyarakat miskin yang berdomisili di wilayah sekitar hutan. Perum Perhutani memberikan kesempatan kepada masyarakat miskin di sekitar hutan untuk menanam lahan kosong di sekitar hutan dengan tanaman palawija pisang, singkong, jagung, kacang tanah dengan catatan masyarakat harus ik ut memelihara dan menjaga keamanan tegakan pohon kayu hutan. b. Kerjasama dengan aparat desa Kerjasama yang dilakukan oleh LMDH dengan aparat desa pernah dilakukan pada awal-awal pendirian LMDH. Bentuk kerjasama yang dilakukan adalah kerjasama dalam upaya me ngakses sumber-sumber yang berasal dari pemerintah daerah. Kegiatan yang pernah dilakukan adalah bersama-sama menghubungi dan mendatangkan petugas-petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Brebes untuk meneliti tanaman-tanaman yang kira-kira cocok dan lebih banyak menghasilkan untuk ditanam pada lahan- lahan di sekitar hutan. c. Kerjasama dengan LMDH lainnya Kerjasama yang dilakukan LMDH “Wana Bhakti” Desa Tonjong dengan LMDH-LMDH lainnya dilakukan dalam Forum Komunikasi PHBM tingkat kecamatan yang dilakukan secara rutin setiap 2 bulan sekali. Forum ini difasilitasi oleh Perum Perhutani sebagai ajang untuk berkomunikasi dan bertukar informasi tentang perkembangan LMDH-LMDH desa-desa se Kecamatan Tonjong. Namun demikian, tingkat kehadiran LMDH “Wana Bhakti” dalam pertemuan tersebut masih sangatlah rendah, hal ini disebabkan karena tidak aktifnya LMDH dan kepengurusan LMDH. Kehadiran perwakilan LMDH “Wana Bhakti” dalam pertemuan tersebut biasanya diwakili oleh Bapak Kusnadi Penasehat LMDH dikarenakan ketua 69 tidak bisa hadir karena kesibukan dinas sebagai guru biasanya pertemuan dilaksanakan pada saat jam kerja. Informasi hasil pertemuan tersebut juga hanya disampaikan pada ketua sehingga semua pengurus lainnya tidak mengetahuinya karena tidak adanya forum pertemuan pengurus LMDH “Wana Bhakti”. Kapasitas individu masyarakat miskin Yang dimaksud dengan individu masyarakat miskin adalah kepala keluarga kelompok masyarakat orang yang bertempat tinggal di desa yang secara geografis dan administratif berbatasan dengan kawasan atau di sekitar kawasan wilayah hutan. Pada awal pendirian LMDH “Wana Bhakti” telah terdaftar sekitar 60 orang warga masyarakat Desa Tonjong yang berada di sekitar wilayah hutan. Namun, sampai saat ini jumlah yang masih aktif dalam mengolah lahan sekitar hutan hanya berjumlah 20-25 orang saja. Masyarakat di sekitar wilayah hutan ini biasanya berada dalam kondisi miskin dan melakukan kegiatan-kegiatan sehari- hari yang berinteraksi dengan sumberdaya hutan untuk mendukung kehidupannya. Aktifitas-aktifitas yang mereka lakukan biasanya adalah mencari kayu bakar dan mengumpulkan daun- daun jati untuk dijual dipasar. Secara umum kondisi kemiskinan pada masyarakat miskin di Desa Tonjong disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Rendahnya pendidikan tersebut menyebabkan mereka tidak dapat bersaing dalam lapangan pekerjaan yang tersedia. Sebagian besar diantara mereka hanya bekerja sebagai buruh pertanian maupun bangunan. Hasil pendapatan yang mereka peroleh dari pekerjaan sebagai buruh ternya ta masih rendah dan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga maka sebagian besar diantara mereka berada dalam kondisi kemiskinan. Kondisi diatas diperkuat berdasarkan informasi di lapangan dari beberapa responden diantaranya yang menyatakan : 70 • Wlm Selama ini penghasilan saya sebagai buruh tani sangat kecil dan terkadang tidak mencukupi untuk membiayai keperluan keluarga. Ya maklumlah pendidikan saya cuma sampai SD saja, jadi tidak bisa mencari pekerjaan lain yang lebih bagus. Apalagi sekarang ini usaha tani dan lahan pertanian di Tonjong makin kurang, jadi penghasilan saya juga jadi ikut berkurang. • Sr Pekerjaan sebagai buruh tani itu sekarang ini hasilnya tidak tentu karena lahan pertanian sekarang banyak menjadi perumahan sehingga jadi berkurang. Apalagi jumlah tanggungan keluarga saya banyak 4 orang jadi terkadang penghasilan saya kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sementara untuk mencari pekerjaan lain susah karena saya hanya tamatan SD. Pekerjaan masyarakat sebagai buruh tani tentunya memerlukan lahan sebagai faktor produksi. Sebagai buruh tentunya mereka mengolah lahan yang bukan milik sendiri. Mereka biasanya mengolah lahan milik pemilik tanah dengan sistem mertelu hasil pertanian 23 untuk pemilik lahan dan 13 untuk penggarapburuh tani. Dengan sistem pembagian hasil tersebut, mengakibatkan rendahnya kondisi penghasilan buruh tani, sehingga pada akhirnya menyebabkan mereka semakin terpuruk dalam kondisi kemiskinan. Semakin rendahnya hasil pendapatan dari usaha pertanian dan kurang baiknya saluran irigasi, mengakibatkan pemilik lahan menjual sawahnya dan beralih fungsi menjadi bangunanpemukiman penduduk. Kondisi ini mengakibatkan hilangnya sumber penghasilan para buruh tani yang miskin. Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah desa mengambil kebijakan kepada para buruh tani untuk mengolahmenggarap ”tanah bengkok” dengan sistem sewa Rp. 400.000,00hektarpertahun. Sementara untuk masyarakat miskin di sekitar wilayah hutan Dukuh Pecangakan, Dukuh Karang Anjog, Dukuh Mingkrik, mereka diberi kesempatan untuk mengolah lahan disekitar hutan sebagai sumber penghasilan mereka. 71 Melalui Program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat PHBM, Perum Perhutani melalui LMDH memberikan kesempatan kepada masyarakat di sekitar hutan untuk mengolah lahan- lahan di sekitar tegakan tanaman hutan dengan tanaman-tanaman palawija seperti jagung, singkong, pisang dan kacang tanah. Akan tetapi karena tidak aktifnya kepengurusan LMDH, pihak Perum Perhutani mengambil kebijakan untuk secara langsung memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengolah lahan dengan catatan mereka juga harus ikut merawat dan menjaga kelestarian tegakan tanaman hutan. Rendahnya kapasitas individu masyarakat miskin di sekitar hutan dapat digambarkan dalam tabel berikut : 72 73 Berdasarkan tabel tersebut maka secara garus besar, rendahnya kapasitas individu masyarakat miskin di sekitar hutan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Rendahnya pengetahuan dan keterampilan Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi kelompok dengan masyarakat miskin di sekitar hutan menunjukan bahwa sebagian besar memiliki pendidikan yang tergolong rendah. Sebagian besar di antara mereka berpendidikan sekolah dasar dan hanya sedikit yang berpendidikan menengah keatas. Dari 10 orang responden 7 orang berpendidikan SD dan sisanya 3 orang berpendidikan SMP. Rendahnya pendidikan warga masyarakat miskin di sekitar hutan berpengaruh pada mata pencaharian mereka. Sebagian besar bekerja di bidang pertanian buruh tani. Dari 10 orang responden 8 orang bekerja sebagai buruh tani, 1 orang sebagai buruh bangunan dan sisanya 1 orang sebagai peternak kambing. Oleh karena itu, sebagian besar di antara mereka hanya memiliki keterampilan- keterampilan di bidang pertanian. Ketrampilan yang dimiliki warga masyarakat di bidang pertanian juga hanya terbatas pada penanaman, perawatan dan pemanenan tanaman yang hasilnya langsung dijual. Hal tersebut didukung pernyataan beberapa responden yaitu : • Wlm Pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki hanya berkaitan dengan pekerjaan sebagai buruh tani, seperti memacul, menanam dan memanen padi. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan tersebut saya melakukan pekerjaan sebagai buruh tani dengan membantu menggarap sawah dari para pemilik tanah. • Sr Disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan bidang pertanian, saya juga memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pertukangan bangunan. Pada saat setelah tanam dan menunggu panen biasanya saya mencari pekerjaan tambahan dengan pergi ke kota untuk menjadi buruh bangunan. • Mj Karena pekerjaan saya sebagai buruh tani maka pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki adalah yang berkaitan dengan pengolahan lahan dan penanaman, perawatan dan pemanenan tanaman khususnya padi. Saya juga pernah dipekerjakan Perum Perhutani menjadi buruh 74 tanam sehingga memiliki sedikit pengetahuan tentang pananaman dan perawatan pohon jati. Sementara itu melalui Program PHBM, masyarakat mengharapkan agar pihak Perum Perhutani memberikan pelatihan keterampilan pengolahan hasil pertanian agar nilai jualnya menjadi bertambah sehingga penghasilan mereka dapat meningkat. Salah seorang responden bernama Mn menyatakan bahwa : Saya mengharapkan adanya program kerja LMDH yang memberi- kan pelatihan wirausaha pembuatan keripik singkong atau opak singkong serta mamberikan modal usaha bagi kami sehingga dapat menerapkan keterampilan berdagangnya untuk memasarkan hasil usahanya tersebut. b. Terbatasnya sumber pendapatan Rendahnya pengetahuan dan keterampilan warga masyarakat mengakibatkan mereka hanya bisa menggantungkan sumber pendapatannya di bidang pertanian buruh tani. Rendahnya penghasilan sebagai buruh tani mengakibatkan mereka berada dalam kondisi miskin, apalagi berkurangnya lahan pertanian di Desa Tonjong mengakibatkan makin rendahnya penghasilan mereka yang makin tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Beberapa pernyataan responden yang menjelaskan rendahnya penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan keluarga, antara lain : • Mn Saat ini saya menjadi buruh tani dengan mengerjakan sawah yang dimiliki oleh paman saya. Dari pekerjaan sebagai buruh tani, penghasilan saya masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan pendidikan anak-anak. Untung saja istri saya membantu memperoleh penghasilan tambahan dari berjualan warung kecil- kecilan. • Sur Karena penghasilan dari buruh tani tidak tentu dan hasil dari hewan ternak baru bisa diperoleh dalam jangka waktu lama, maka penghasil- an yang saya peroleh belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk itu, saya memanfaatkan kesempatan yang diberikan pihak Perum Perhutani untuk mengolah lahan sekitar hutan. Karena kebetulan saya juga sering ke hutan untuk mencari rumput untuk hewan ternak. Jadi sambil mencari rumput saya juga bisa merawat tanaman. Pendapatan yang saya peroleh dari tanaman yang saya tanam 75 di sekitar hutan juga lumayan dan bisa untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk menambah penghasilanpendapatan warga masyarakat, maka melalui Program PHBM pihak Perum Perhutani memberikan kesempatan kepada warga masyarakat di sekitar hutan untuk mengolah lahan- lahan sekitar hutan. Selain itu, biasanya jika tidak sedang mengolah lahan, warga masyarakat biasanya mencari sumber penghasilan lain dengan mengumpulkan kayu bakar dan daun-daun jati dari hutan, mencari pekerjaan-pekerjaan serabutan lainnya atau mencari pekerjaan di kota-kota besar dengan menjadi buruh bangunan. c. Terbatasnya kepemilikan aset Berdasarkan hasil observasi terhadap kondisi kehidupan masyarakat miskin di sekitar hutan menunjukkan bahwa warga masyarakat memiliki aset-aset yang sangat terbatas. Kondisi rumah mereka sebagaian besar semi permanen dengan kondisi antara lain : - sebagian diantara mereka hanya memiliki rumah gubug dan sebagian hanya tembok di bagian ruang tamu dan kamar sementara dapur masih gubug, - sebagian di antara mereka rumahnya berlantai tanah dan sebagian lagi berlantai keramik dalam kondisi rusak di ruang tamu dan kamar, - di ruang tamu ada meja kursi sederhana dan tidak terdapat televisi, - sebagian di antara mereka memiliki fasilitas MCK sementara sebagian lagi tidak memiliki fasilitas MCK, - dapur masih menggunakan kayu bakar, - di belakangsamping rumah ada yang memiliki kandang kambing, tetapi dengan kondisi kosong karena sudah tidak memiliki kambing lagi. - Aset-aset lainnya berupa alat-alat produksi pertanian, seperti : cangul, arit, dll. 76 Performa Kelembagaan PHBM Di dalam kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM terdapat beberapa pihak yang terlibat di dalamnya yaitu Perum Perhutani, LMDH dan masyarakat di sekitar hutan serta aparat pemerintah desa. Berdasarkan hasil penelitian performa kelembagaan PHBM dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu :

1. Program kerja