83 dengan tanaman palawija. Disamping itu, mereka juga ikut merawat dan
menjaga keamanan tanaman tegakan kayu hutan. Partisipasi itu diwujudkan secara sadar dan sukarela karena mereka juga merasa mendapat manfaat dari
hutan di sekitarnya. Kondisi di atas didasarkan pernyataan informan Ks selaku Penasehat
LMDH yang menyatakan : Dalam program PHBM Perum Perhutani mengharapkan kepada
masyarakat agar ikut menjaga dan merawat hutan. Karena masyarakat merasakan telah mendapat manfaat dari hutan di
sekitarnya maka mereka secara bertanggung jawab dan sukarela ikut menjaga dan merawat hutan. Saya berharap agar hal ini bisa
terus berlangsung karena ini sangat bermanfaat baik bagi masyarakat karena mandapat penghasilan dari tanaman mereka
maupun bagi pihak Perum Perhutani karena tanaman kayu jatinya jadi terawat dan aman dari kerusakan dan pencurian.
Pernyataan di atas juga didukung oleh pernyataan informan Wt selaku Ketua LMDH yang menyatakan :
Justru saat ini masyarakatlah yang lebih banyak berperan dalam memelihara dan menjaga kelestarian hutan. Hal itu mereka
lakukan karena mereka juga melakukan aktifitas mengolah lahan sekitar hutan dengan tanaman yang menghasilkan. Dan mudah-
mudahan kondisi ini bisa tetap berlangsung karena memberikan keuntungan bersama baik bagi masyarakat maupun Perum
Perhutani.
3. Jaringan kerjasama
Adanya jaringan kerjasama dengan pihak-pihak lain sangat bermanfaat dalam rangka pengembangan program dan kegiatan LMDH. Kerjasama yang
bisa dilakukan antara lain dengan pihak-pihak pemerintah daerah dan dinas- dinas terkait Dinas Pertanian dan Dinas Peternakan. Selain itu juga dapat
dilakukan kerjasama dengan pihak-pihak swasta pemilik kendaraan angkutan yang dapat digunakan dalam mengangkut kayu-kayu hasil hutan.
Dalam kenyataannya kondisi di lapangan menunjukkan belum terbinanya kerjasama yang intensif dan mendalam yang dilakukan LMDH “Wana Bhakti”
Desa Tonjong. Kerjasama dengan pihak swasta belum pernah dilaksanakan, sedangkan kerjasama dengan pihak pemerintah atau dinas terkait pernah
84 dilakukan yaitu dengan Dinas Pertanian dalam rangka mengidentifikasi
potensi-potensi tanah dan tanaman yang cocok produktif untuk ditanam pada lahan sekitar hutan di wilayah administratif Desa Tonjong. Kerjasama dengan
Dinas Pertanian ini hanya dilakukan pada awal-awal pembentukkan LMDH dan belum ada tindak lanjut lagi.
Belum terbinanya kerjasama yang intensif yang dilakukan oleh LMDH disebabkan kendala tidak aktifnya kepengurusan. Disamping itu, pertimbangan
kondisi hutan dengan tanaman masih muda mengakibatkan LMDH merasa kesulitan untuk menggali kerjasama dalam pengelolaan hutan muda tersebut.
Potensi Lokal 1.
Lahan hutan
Di pedesaan lahan merupakan aset produktif yang penting untuk mempertahankan mata pencaharian. Akses masyarakat pada lahan sangat
penting bagi kesejahteraan rumah tangga, petumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan secara berkelanjutan. Akses pada lahan bagi golongan masyarakat
miskin di pedesaan dapat mendorong rumah tangga miskin untuk bekerja secara produktif.
Kondisi lahan pertanian di Desa Tonjong sebagai sumber mata pencaharian masyarakat saat ini mengalami pergeseran fungsi, sehingga lahan
pertanian semakin berkurang. Lahan pertanian beralih fungsi menjadi areal pemukiman masyarakat dibangun perumahan. Oleh karena itu, maka lahan di
sekitar hutan menjadi salah satu alternatif potensi lokal yang bisa dijadikan sumber penghasilan masyarakat.
Saat ini pengelolaan hutan di Desa Tonjong dikuasakan kepada Perum Perhutani. Sejarah kepemilikanpenguasaan hutan Desa Tonjong dulunya
merupakan tempat bagi masyarakat desa yang menyediakan sumber-sumber bagi kebutuhan masyarakat akan kayu, sumber air, sumber makanan dan
binatang buruan. Pada zaman penjajahan Belanda penguasaan dan pengelolaan sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Setelah Indonesia
merdeka kepemilikan lahan tersebut dikuasai penuh oleh pemerintah Indonesia
85 sebagai hutan negara. Dan, pada masa selanjutnya dengan didirikannya Perum
Perhutani, maka pengelolaannya dialihkan kepada Perum Perhutani. Lahan hutan di Desa Tonjong merupakan hutan negara yang
pengelolaannya dilakukan oleh Perum Perhutani KPH Balapulang. Luas lahan hutan di Desa Tonjong adalah 183 hektar. Melalui Program PHBM pihak
Perum Perhutani bermitra dengan LMDH “Wana Bhakti” dan masyarakat di sekitar hutan di Desa Tonjong.
Tabel 11 Data Luas dan Potensi Hutan
Pangkuan LMDH “Wana Bhakti” Desa Tonjong
No. Tahun Tanam
Jenis Tanaman Luas Hektar
1. 2000
Jati 78,70
2. 2001
Jati 25,60
3. 2003
Jati 78,70
Jumlah 183,00
Sumber : Renstra LMDH “Wana Bhakti” RPH Tonjong
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan adanya potensi lahan yang dapat dikembangkan dalam rangka pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan
dalam bentuk kerjasama antara Perum Perhutani dan LMDH “Wana Bhakti” Desa Tonjong. Namun demikian, hasil dari kayu hutan baru dapat diperoleh
dalam jangka waktu yang panjang selama 40 tahun. Hasil jangka pendeknya dapat diperoleh berupa kayu hasil penjarangan yang dilakukan setiap 10 tahun
sekali yang hasilnya dibagi diantara kedua belah pihak berdasarkan perhitungan yang telah ditentukan sesuai perjanjian.
Pemanfaatan lahan hutan tersebut dalam jangka pendek adalah dari tanaman tumpangsari yang dikelola oleh warga masyarakat miskin di sekitar
hutan. Dengan menanam tanaman palawija pisang, singking, jagung, kacang panjang, masyarakat dapat memperoleh hasil panenan minimal 4 empat
bulan sekali dengan hasil yang dapat digunakan untuk menambah penghasilan untuk keperluan sehari- hari warga masyarakat.
86
2. Tenaga kerja