Petani Pemberdayaan Masyarakat Miskin Sekitar Hutan Melalui Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

38 Tabel 8 Penduduk Desa Tonjong Menurut Jenis Mata Pencaharian No. Mata Pencaharian Jumlah Prosentase

1. Petani

803 28,66 2. Buruh Tani dan bangunan 1.413 50,43 3. Pengusaha 74 2,64 4. Buruh Industri 81 2,89 5. Pedagang 155 5,53 6. Jasa Transportasi 45 1,61 7. PNSTNIPOLRI 171 6,10 8. Pensiunan 45 1,61 9. Lain-Lain 15 0,54 Jumlah 2.802 100,00 Sumber : Kecamatan Tonjong dalam Angka 2004. Dari tabel di atas jelas mengambarkan bahwa mata pencaharian penduduk tergantung kepada sektor pertanian, dengan jumlah petani sebanyak 803 orang 28,66 dan buruh tani sebesar 1.413 orang 50,43 . Petani yang berjumlah tersebut pada kenyataanya bukan pemilik lahan pertanian, mereka sebagai penyewa atau panyawah dari para pemilik tanah. Sebagian dari mereka juga merupakan penyewa atau penyawah dari tanah Bengkok dan lahan- lahan kosong di sekitar hutan. Berdasarkan Tabel 4 disebutkan bahwa mata pencaharian pokok masyarakat Desa Tonjong adalah petani buruh tani. Oleh karena itu, hasil pertanian menjadi sangat dominan pada masyarakat Desa Tonjong. Hasil pertanian Desa Tonjong antara lain : padi, jagung, ubi kayu singkong dan kacang tanah. Hasil pertanian tersebut hanya dipasarkan di pasar Desa Tonjong dan pasar-pasar di desa tetangga. Hasil pertanian tersebut dijual melalui pedagang dan tengkulak dengan harga yang rendah, sehingga pendapatan petani buruh tani tersebut sangatlah rendah. Selain hasil pertanian di atas, masyarakat Desa Tonjong juga menanam komoditas buah-buahan seperti : pepaya, sawo, pisang dan nangka, tanaman obat-obatan seperti : kunyit, lengkuas dan mengkudu, dan perkebunan kelapa. Akan tetapi, komoditas tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dan desa tetangga dan pemasarannya juga dilakukan oleh para pedagang dan tengkulak. 39 Komoditas peternakan di Desa Tonjong antara lain : kerbau, kuda, kambing domba, itikbebek dan ayam kampung merupakan salah satu sumber penghasilan dan harta bagi masyarakat yang sewaktu-waktu dapat dijual melalui pedagangtengkulak jika mereka me mbutuhkan uang. Sedangkan ternak kuda digunakan sebagai saranaalat transportasi berupa dokarandong sebagai sumber pengasilan tambahan. Kondisi wilayah Desa Tonjong yang dilalui perlintasan jalan jalur Tegal Purwokerto, membuat warga desa berupaya untuk membuka usaha perdagangan warung, rumah makan, wartel dan angkutan. Akan tetapi usaha ini tidak mengalami kemajuan yang berarti bagi peningkatan penghasilan warga desa. Wilayah Desa Tonjong sebenarnya juga memiliki potensi sumberdaya ekonomi yang dapat dimanfaatkan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang dihadapi masyarakat. Potensi-potensi sumber daya ekonomi tersebut antara lain : 1. Lahan Lahan adalah sumberdaya ekonomi yang paling dominan dapat dikontrol oleh komunitas. Tanah menjadi sumberdaya ekonomi yang sangat penting, untuk ditanami padi, palawija, buah-buahan, dll. Sehingga tanah merupakan suatu potensi dalam mendukung sistem perekonomian di Desa Tonjong. Kondisi lahan yang ada ternyata tidak memberikan penghasilan sesuai yang diharapkan petani. Usaha pertanian menjadi makin kurang diminati masyarakat karena memerlukan modal dan tenaga yang besar, tetapi hasilnya rendah dan tidak mencukupi kebutuhan masyarakat petani. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pola penggunaan lahan. Sawah yang dimiliki masyarakat petani sedikit demi sedikit dijual dan beralih fungsinya menjadi tempat pemukiman dibangun perumahan. Hal ini perlu diwaspadai oleh aparat pemerintah, karena jika hal ini tidak diatasi, maka lahan pertanian bisa makin berkurang dan habis sehingga lahan pertanian sebagai sumber mata pencaharian masyarakat desa yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian menjadi makin berkurang. 40 2. Hutan Sebagai tipologi desa sekitar hutan, 115 hektar 17,11 luas wilayah Desa Tonjong berupa lahan hutan negara hutan produksi yang bisa memproduksi kayu sebanyak 666 M 3 pertahun. Akan tetapi kepemilikan dan pengelolaan hasil kayu merupakan kewenangan instansi kehutanan, sehingga masyarakat sekitar tidak menikmati hasil hutan tersebut. Hal ini menimbulkan permasalahan, dimana sebagian kecil masyarakat miskin di sekitar wilayah hutan akhirnya terpaksa mencuri kayu hutan untuk menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk mengurangi terjadinya kasus pencurian kayu hutan, akhirnya aparat desa dan pihak instansi kehutanan mengajak masyarakat untuk memanfaatkan lahan kosong disekitar hutan untuk diolahdikelola masyarakat. Lahan kosong tersebut akhirnya dikelo ladiolah masyarakat dengan ditanami jagung dan tanaman lain yang menghasilkan. Potensi wilayah hutan dengan hasil kayu tersebut seharusnya merupakan sumber potensi yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah dan masyarakat desalokal. Usaha pengelolaan hasil kayu hutan bisa merupakan alternatif sumber mata pencaharian masyarakat. Akan tetapi, menurut Kepala Desa sangat sedikit penduduk Desa Tonjong yang memiliki keahlian dalam bidang pengolahan kayu pertukangan. 3. Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang menganggur yang berada di Desa Tonjong cukup banyak. Kondisi ini disatu sisi menjadi beban namun disatu sisi apabila dilatih dan dikembangkan akan menjadi tenaga kerja potensial dalam sistem perekonomian di Desa Tonjong. 4. Sungai Berdasarkan Peta Desa Tonjong, terlihat bahwa terdapat 3 sungai yaitu : Kali Glagah, Kali Kalong, Kali Pedes. Aliran air dari 3 sungai ini dapat dimanfaatan sebagai sumber pengairan untuk lahan sawah. Batu-batu sungai dan pasir juga merupakan potensi yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, yang dapat digali dan dimanfaatkan sebagai bahan-bahan bangunan. 41 Struktur Komunitas Pembahasan mengenai struktur komunitas tentu tidak terlepas dari pelapisan sosial dalam masyarakat, unsur utama pelapisan sosial, kepemimpinan dan sumbernya, respon masyarakat terhadap kepemimpinan, serta jejaring sosial dalam komitas. Hal ini merupakan dasar untuk mengetahui bagaimana masyarakat lokal membangun suatu komunikasi. Lapisan sosial yang pertama paling atas di Desa Tonjong adalah kepimpinan formal Kepala Desa selanjutnya kepimpinan informal kelompok seperti tokoh agama, ustadkyai dan tokoh masyarakat. Tokoh agama berpengaruh dalam lingkungan dan dapat menentukan keberlangsungan suatu pembangunan, hal ini dikatakan oleh Kepala Desa, bahwa tokoh agama ustadkyai merupakan tokoh panutan masyarakat dan juga sebagai kepanjangan tangan dari aparat pemerintah. Lapisan selanjutnya adalah aparat pemerintah seperti PNS antara lain adalah guru yang bagi sebagian masyarakat dijadikan sebagai panutanteladan sesuai istilah “Guru : digugu dan ditiru” dan sebagian masyarakat yang mempunyai kekayaan, lapisan selanjutnya paling bawah adalah masyarakat. Pelapisan sosial di Desa Tonjong sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan kharismatik dan keterlibatan seseorang dala m kemasyarakatan Seperti halnya dalam kepemimpinan formal Kepala Desa Tonjong dari dulu selalu berasal dari tokoh masyarakat atau dari keluarga yang pernah menjabat kepala desa dan merupakan orang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Sehingga sistem pelapisan sosial penduduk Desa Tonjong dapat digambar- kan sebagai berikut: 42 Gambar 4 : Sistem Pelapisan Sosial Penduduk Desa Tonjong Unsur-unsur pelapisan sosial yang ada di masyarakat Desa Tonjong, pada umumnya hampir sama dengan pelapisan sosial masyarakat lainnya yang didasarkan pada: 1 kepemimpinan kharismatik; 2 kekayaan yang dimiliki; 3 tingkat pendidikan formal; 4 status pekerjaan; 5 keaktifan dalam kegiatan kemasyarakatankeagamaan. Dari sumber-sumber tersebut di atas, maka lahirlah tokoh-tokoh pemimpin dengan kriteria seperti : 1 tokoh formal kepala desa, ketua BPD, ketua LPM; 2 tokoh agama ustadkyai; 3 tokoh wanita; 4 tokoh pemuda; 5 tokoh petani. Kepala Desa sebagai pemimpin formal dipilih langsung secara demokratis oleh warga masyarakat desa yang telah memiliki hak pilih. Biasanya masyarakat memilih berdasarkan pada kharisma yang dimiliki, kedekatan kepada masyarakat dan upaya yang dilakukan dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai konsekuensinya masyarakat sangat percaya dan patuh terhadap pemimpin kepala desa yang telah dipilihnya. Pemimpin informal yang banyak berperan dalam masyarakat adalah tokoh- tokoh yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan. Peranan tokoh agama dan tokoh masyarakat ini dianggap cukup berarti dalam pembangunan wilayah desa baik secara fisik maupun mental. Biasanya kepala desa bekerja sama Tokoh Formal kepimimpinan formal Tokoh Informal UstadKyai dan Tokoh Masyarakat Masyarakat PNS dan Kekayaan 43 dengan tokoh agama dan masyarakat untuk mensosialisasikan dan menggali dukungan masyarakat dalam program pembangunan desa. Kerjasama di antara pemimpin formal dan informal ini mendapatkan dukungan dan respon yang baik dari masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan kemasyarakatan yang digerakan pimpinanpanutan mereka. Salah satu bukti tingginya tingkat partisipasi dan swadaya masyarakat ditunjukkan pada kegiatan pembangunan masjid “Baabussalaam” yang dibiayai swadaya masyarakat dan pembangunan jalan dan jembatan desa yang dibiayai dana dari Program Penge mbangan Kecamatan PPK dan swadaya masyarakat. Jejaring sosial yang ada di Desa Tonjong dalam upaya pelaksanaan Program Pembangunan Desa dan pengentasan masalah kesejahteraan sosial diupayakan melalui pengembangan kegiatan “Musyawarah Desa“. Gambaran mengenai jejaring sosial tersebut dapat dijelaskan melalui gambar berikut : Gambar 5 : Jejaring Sosial dalam Komunitas di Desa Tonjong. Musyawarah Desa LPM Tokoh Masyarakat BPD Tokoh Agama Warga Masyarakat Stakeholder : - Pihak swasta - Perum Perhutani Aparat Desa 44 Kelembagaan dan Organisasi Sosial Secara konseptual dikatakan bahwa kelembagaan sosial adalah tata abstraksi yang lebih tinggi dari kelompok, organisasi dan sistem sosial. Kelembagaan sosial biasa diistilahkan sebagai pranata sosial yang merupakan suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktifitas-aktifitas untuk memenuhi kebutuhan kompleks-kompleks khusus dalam kehidupan masyarakat. Kerjasama dan kebersamaan serta gotong royong antar penduduk masih terlihat di Desa Tonjong. Kondisi ini didasarkan atas kebutuhan bersama, contohnya membangun Mesjid BaabusSalaam di Dukuh Karangjati Timur hanya. dalam waktu + 12 bulan dengan prakarsa dan dana swadaya masyarakat. Kelompok kekerabatan yang terdapat di Desa Tonjong adalah keluarga luas extended family. Kelompok kekerabatan ini terdiri dan lebih dari satu keluarga inti, tetapi merupakan satu kesatuan sosial yang erat. Tidak semua keluarga hidup bersama dalam satu rumah, namun ada yang tinggal hidup di rumah yang berdampingan dengan keluarga inti. Sistem jejaring sosial yang ada dan paling dominan adalah sistem kekerabatan saudara, tetangga, kelompok pengajian jamiahan. Menurut beberapa penduduk, apabila terjadi kesulitan maka pihakorang yang pertama diminta bantuan adalah keluarga terdekat, jika keluargasaudara tidak dapat memenuhinya, maka tetangga menjadi akses berikutnya. Salanjutnya, jia tetangga tidak bisa membantu, maka akses selanjutnya kelompok pengajianjamiahan. Jika kelompok tersebut tidak dapat membantu, selanjutnya permasalahan tersebut diserahkan kepada pemerintah desa. Organisasi sosial yang ada di Desa Tonjong antara lain : Badan Perwakilan Desa BPD, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM, PKK, Karang Taruna, Kelompok PengajianJamiahan, Remaja Masjid serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH. Secara umum belum ada peningkatan kegiatan organisasi dan kelembagaan sosial yang ada di Desa Tonjong yang sangat terkait secara langsung dengan upaya penanganan masalah keluarga miskin di desa. Kegiatan-kegiatannya masih terbatas pada kegiatan rutin dan belum ada dorongan maupun motivasi untuk berupaya dan meningkatkan diri guna membantu menanggulangi 45 permasalahan kemiskinan di desa. Padahal sebenarnya kelembagaan dan organisasi sosial tersebut merupakan potensisumber yang dapat dimanfaatkan dan menjadi basis bagi upaya pemberdayaan masyarakat. Penguatan potensi kelembagaan dan organisasi sosial dapat dilakukan mengingat masih terlembaganya nilai- nilai kerjasama, gorong royong dan kepercayaan trust dalam masyarakat sebagai modal sosial. Sumberdaya Lokal Hubungan masyarakat Desa Tonjong dengan ekosistemnya beranggapan alam sebagai sumber penyedia kebutuhan hidup. Pandangan ini dapat dilihat dari aktivitas yang masih memanfaatkan sumber alam bagi kebutuhan keluarga seperti pemanfaatan lahan sawah dan hutan, hasil- hasil hutan, dan sungai. Akan tetapi seperti yang telah dikemukan sebelumnya, bahwa lahan pertanian yang mereka kelola, bukan milik pribadi tetapi milik orang lain, sehingga mereka tidak leluasa untuk mengolah dan menggarap lahan tersebut. Sementara itu, semakin berkurangnya lahan sawah karena dijual dan beralih fungsi menjadi pemukimanbangunan mengakibatkan buruh tani yang miskin menjadi berkurang sumber pendapatanpenghasilannya. Sebagai akibat rendahnya penghasilan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, masyarakat miskin sekitar hutan akhirnya berupaya mencari tambahan penghasilan dengan mencuri kayu-kayu hutan. Untuk mengurangi terjadinya kasus pencurian kayu hutan, akhirnya aparat desa dan pihak instansi kehutanan mengajak masyarakat untuk memanfaatkan lahan kosong di sekitar hutan untuk diolahdikelola masyarakat. Lahan kosong tersebut akhirnya dikeloladiolah masyarakat dengan ditanami jagung dan tanaman lain yang menghasilkan. Potensi sumber daya alam lainnya yang ada di Desa Tonjong adalah sungai yang dapat digali dan dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan masyarakat berupa batu dan pasir kali untuk dijadikan bahan-bahan bangunan. Penggalian material sungai secara terus menerus juga akan mengakibatkan habisnya meterial 46 sungai berupa batu dan pasir, karena merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Disamping sumber daya lokal, berupa sumber daya alam, juga terdapat potensi sumber daya manusia tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang menganggur yang berada di Desa Tonjong cukup banyak. Kondisi ini disatu sisi menjadi beban na mun disatu sisi apabila dilatih dan dikembangkan akan menjadi tenaga kerja potensial dalam sistem perekonomian di Desa Tonjong. LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat komunitas yang ada di desa dalam rangka pengentasan masalah kemiskinan yait u Program Pengembangan Kecamatan PPK dan Program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat PHBM yang dikelola oleh Perum Perhutani. Deskripsi Program Pengembangan Kecamatan PPK Penanggulangan kemiskinan dengan menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat sebagai pendekatan operasional, merupakan wujud komitmen pemerintah dalam merealisasikan kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui program-program nasional penanggulangan kemiskinan, yang salah satu bentuknya adalah Program Pengembangan Kecamatan PPK atau Kecamatan Development Project KDP. Tujuan umum PPK adalah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan kapasitas masyarakat dan kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan desa atau antar desa agar dapat mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri serta peningkatan penyediaan infrastruktur sosial ekonomi masyarakat. Secara khusus tujun PPK yaitu : 1 mengembangkan kemampuan para pelaku pembangunan dalam memfasilitasi proses pambangunan secara partisipatif, 2 mengembangkan kapasitas masyarakat dalam ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan, 3 memperkuat kelembagaan pembangunan di desa atau antar desa, 4 meningkatkan penyediaan infrastruktur sosial ekonomi bagi masyarakat pedesaan, 5 meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin dalam bidang pendidikan dan kesehatan, 6 memperluas kesempatan berusaha dan peluang pengembangan usaha bagi masyarakat miskin. Untuk mendukung pelakasanaan PPK-II maka dibentuk Tim Koordinasi sebagai pembina diberbagai tingkatan. Di tingkat pusat dibentuk Tim Koordinasi yang terdiri dari Bappenas, Depdagri, Kepkeu, Depkimpraswil, dan departemen 48 lembaga lain terkait. Di tingkat provinsi dibentuk tim koordinasi yang ditetapkan gubernur dan terdiri dari berbagai instansi pemerintah terkait. Di tingkat kabupaten dibentuk tim koordinasi yang ditetapkan oleh bupati dan terdiri dari berbagai instansi pemerintah terkait. Di tingkat kecamatan dan desa dibentuk Tim PelaksanaPengelola Kegiatan TPK yang akan memfasilitasi proses kegiatan PPK-II di lapangan. Kriteria kecamatan yang berhak mendapatkan dana PPK-II adalah kecamatan yang memiliki karakteristik : 1 memiliki jumlah penduduk miskin yang relatif lebih besar di kabupaten, 2 memiliki peringkat kemiskinan yang relatif lebih tinggi di kabupaten, 3 memiliki indeks kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang relatif rendah di kabupaten, dan 4 memiliki indeks kualitas pelayanan prasarana dan sarana ekonomi yang relatif rendah. PPK-II merupakan program pembangunan yang menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat sesuai azas “Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat DOUM”, melalui : 1 keberpihakan pada masyarakat miskin dimana orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pema nfaatan hasil ditujukan bagi penduduk miskin, 2 otonomi dan desentralisasi dimana masyarakat memperoleh kesempatan, kepercayaan dan kewenangan yang luas dalam kegiatan, baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan maupun pemanfaatan hasilnya, 3 partisipatif dimana masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfaatan, 4 keswadayaan dimana kemampuan daya dukung masyarakat menjadi faktor pendorong utama dalam keberhasilan setiap kegiatan, 5 keterpaduan pembangunan dimana kegiatan yang dilaksanakan memiliki sinergi dengan kegiatan pembangunan yang lain. Pelaksanaan dan pengelolaan PPK-II juga menerapkan prinsip-prinsip, antara lain : 1 acceptable, dimana semua pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga memperoleh dukungan masyarakat, 2 transparants, dimana pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat, 3 accountable, dimana pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, 4 sustainable, dimana pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan, baik 49 dalam lingkungan eksternal maupun internal, 5 responsiveness, dimana pengelolaan kegiatan dilakukan dengan memperhatikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat serta pelaku pembangunan lainnya, 6 strategic vision, dimana pelaksanaan kegiatan berdasarkan perspektif dan pertimbangan dan sumberdaya di masyarakat dengan perencanaan pembangunan pada tingkat yang lebih tinggi, 7 efectiveness and efficiency, dimana pelaksanaan kegiatan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia dan pengelolaannya sesuai dengan perencanaannya. Sumber pembiayaan PPK-II berasal dari pemerintah Rupiah Murni APBN, Pinjaman Luar Negeri, dan APBD dan juga kontribusi dari masyarakat swasta dan swadaya masyarakat. Dalam pembiayaan PPK-II ini, keberhasilan pelaksanaan PPK-II sangat tergantung pada komitmen dukungan dari pemerintah daerah. Pelaksanaan PPK-II tahun 2003-2005 di Desa Tonjong Kecamatan Tonjong digunakan untuk kegiatan simpan pinjam dan pengerjaan sarana dan prasarana fisik berupa jalan desa dan jembatan. Pelaksanaan PPK-II di Desa Tonjong dari Tahun 2003-2005 diarahkan pada pembangunan fisik berupa pengaspalan jalanan dan pembuatan jembatan. Hal ini bertujuan untuk menyediakan sarana jalan bagi masyarakat sehinga memper- mudah masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sehari- hari maupun kegiatan perekonomian masyarakat. Dengan terrealisasinya kegiatan PPK ini maka jalur transportasi dari Jalan Raya Tonjong Pusat Desa menjadi terhubung baik dengan wilayah-wilayah dari Dukuh Tonjong Lebak, Dukuh Timbang, Dukuh Pecangakan, Dukuh Karang Anjog dan Dukuh Mingkrik. Manfaat secara ekonomis juga sangat dirasakan oleh masyarakat khususnya yang menjadi petani maupun buruh tani dan pedagang bahan-bahan kebutuhan pokok, khususnya di wilayah Dukuh Pecangakan, Karang Anjog dan Mingkrik. Masih banyak lagi pihak-pihak yang merasa terbantu dan merasakan manfaat dari kegiatan PPK ini. Manfaat yang dirasakan oleh petani dan buruh tani adalah meningkatnya penghasilan dikarenakan berkurangnya pengeluaran dari komponen pengangkutan benih, pupuk dan hasil panen. Demikian pula, dirasakan oleh para pedagang yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk ongkos angkut barang sehingga pendapatannya meningkat. 50 Walaupun masih belum bisa dibuktikan secara kuantitatif, namun meningkatnya harga tanah di sepanjang jalan tersebut merupakan salah satu bukti lain dari bertambahnya kemampuan ekonomi warga. Keberhasilan lainnya dapat dilihat dari meningkatnya mobilitas penduduk yang melewati jalan tersebut, baik mobilitas masyarakat yang menuju pusat desa untuk mendapatkan pelayanan pemerintahan maupun kesehatan, juga dalam melakukan aktifitas ekonomi, maupun anak-anak sekolah yang berangkat menuju sekolahnya setiap hari. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan PPK di Desa Tonjong juga didukung oleh adanya pemanfaatan potensi ekonomi lokal yang ada di desa tersebut. Hasil Praktek Lapangan 1 Pemetaan Sosial di Desa Tonjong menunjukkan bahwa potensi sumberdaya ekonomi yang ada di wilayah tersebut antara laian adalah : adanya lahan baik pertanian maupun areal perhutanan, jumlah tenaga kerja yang berasal dari masyarakat yang cukup banyak, dan potensi sungai dengan bahan- bahan materialnya seperti batu-batu kali dan pasir. Selama pelaksanaan kegiatan PPK di Desa Tonjong, ada beberapa catatan yang menunjukkan adanya upaya untuk memanfaatkan dan mengembangkan modal sosial dan gerakan sosial dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan masyarakat tersebut. Hal tersebut didukung adanya unsur struktur komunitas dan organisasikelembagaan yang ada dalam masyarakat sesuai hasil Pemetaan SosialPL-1. Adanya kepemimpinan lokal baik formal dan informal yang mengarahkan dan mengorganisasikan kegiatan. Dukungan dan kepercayaan trust masyarakat terhadap pemimpin menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam mendukung program, baik dalam bentuk tenaga maupun materi. Keterlibatan kelembagaanorganisasi sosial LPM, PKK, Karang Taruna, Kelompok Pedagang Pasar membuat Musyawarah Desa berjalan optimal dengan munculnya berbagai macam idegagasan program yang akhirnya mengkerucut pada kesimpulan program yang disepakati secara musyawarah dan mufakat oleh berbagai unsur dalam masyarakat. 51 Deskripsi Program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat PHBM PHBM adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh Perhutani dan masyarakat desa hutan atau Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan “stakeholder” dengan jiwa berbagi ”shareholder”, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional. PHBM merupakan kebijakan Direksi Perum Perhutani yang dituangkan dalam Keputusan Nomor : 136PRTSDIR2001 tanggal 29 Maret 2001 dan lebih diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.01Menhut-II2004 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat di Dalam dan atau Sekitar Hutan dalam Rangka Social Forestry. Semua biaya-biaya pelaksanaan program PHBM dibebankan pada anggaran Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah dan dana-dana lain yang sah. Pelaksanaan Program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat di Desa Tonjong telah dimulai sejak akhir tahun 2003 dalam bentuk pola kerjasama pengelolaan hutan antara Perum Perhutani Administratur Perum Perhutani PengarasanTonjong dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH “Wana Bhakti” Desa Tonjong. Tahap- tahap pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain : 1. Pengenalan Program Sosialisasi, dilaksanakan Perum Perhutani Adminis- tratur Perum Perhutani PengarasanTonjong yang dihadiri aparat desa, BPD, LPM, dan komponen masyarakat desa sekitar hutan di Desa Tonjong. 2. Persiapan Prakondisi Sosial, dilaksanakan dengan membentuk kelembagaan berupa Lembaga Masya rakat Desa Hutan LMDH “Wana Bhakti” Desa Tonjong. 3. Perencanaan dan Pelaksasanaan Program, dilaksanakan melalui musyawarah diantara LMDH dan Perum Perhutani untuk menyusun rancangan dan pelaksanaan program PHBM. 4. Pengembangan ekonomi kerakyatan, yang dilaksanakan dalam bentuk upaya- upaya untuk menggali peluang-peluang usaha bagi pengembangan ekonomi kerakyatan di Desa Tonjong. 52 5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan, dalam bentuk pemantauan proses PHBM yang dilakukan oleh Perum Perhutani, Masyarakat Desa Hutan dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam PHBM. Evaluasi terhadap PHBM dilakukan sekurang-kurangnya 6 bulan sekali dengan sasaran : perkembangan kegiatan PHBM, tingkat kesejahteraan Kelompok Tani Hutan KTH dan LMDH, tingkat kelestarian sumber daya hutan, serta pelaksanaan peran dan tanggung jawab Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan dalam PHBM. Dalam rangka merealisasikan salah satu tujuan PHBM yaitu meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan dan kapasitas ekonomi dan sosial masyarakat, pihak Perum Perhutani PengarasanTonjong melalui Administratur Perum Perhutani PengarasanTonjong dan Penyuluh Lapangan Perhutanan Sosial PLPS merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sasarannya adalah masyarakat sekitar hutan di Desa Tonjong, antara lain : 1. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan seperti pembenihan, penanaman, perawatan dan pemanenan. Dari kegiatan ini diharapkan ada penghasilan tambahan bagi masyarakat dari Perum Perhutani. 2. Bersama LMDH berupaya mencari alternatif usaha ekonomis produktif bagi masyarakat. 3. Bersama LMDH mengupayakan kegiatan simpan pinjam kepada masyarakat desa di sekitar hutan. 4. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengolah lahan kosong di sekitar hutan. Masyarakat biasanya mengolah lahan sekitar hutan tersebut dengan tanaman padi, jagung, kacang tanah, pisang, singkong dan tanaman lain yang bernilai ekonomis dan menghasilkan bagi masyarakat. Program PHBM merupakan program Perum Perhutani dalam upaya penge- lolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. Melalui program ini sebenarnya banyak manfaat dan peluang-peluang usaha di bidang pengelolaan lahan dan hasil hutan yang dapat dikembangkan oleh masyarakat di Desa Tonjong dala m upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 53 Akan tetapi, peluang ini tidak sepenuhnya bisa dimanfaatkan karena tidak aktifberjalannya LMDH sebagai motor penggerak masyarakat desa sekitar hutan. Untuk itu diperlukan restrukturisasi dan penguatan kapasitas kelembagaan LMDH, sehingga diharapkan LMDH dapat menjadi motor penggerak dan penyalur aspirasi kepentingan-kepentingan warga masyarakat sekitar hutan dalam program PHBM. Melalui program PHBM, diharapkan LMDH juga dapat mengembangkan kerjasama dengan Perum Perhutani, serta dapat mengembang- kan jejaring dan kolaborasi dengan LMDH-LMDH lain dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam upaya mencari dan mengembangkan peluang-peluang usaha ekonomis produktif. Dengan adanya kendala dan masalah di atas maka diperlukan suatu upaya perbaikan bagi pelakasanaan program sehingga bisa berjalan dengan lebih baik dan berkelanjutan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain : 1. Tetap melaksanakan sosialisasi secara berkelanjutan kepada masyarakat tentang maksud dan tujuan program PHBM, agar masyarakat memiliki persepsi yang sama terhadap program dan manfaat program yang bisa dirasakan masyarakat sekitar hutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Melalui kegiatan sosialisasi secara berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mendukung keberhasilan program. 2. Melakukan penguatan kapasitas terhadap kelembagaan LMDH di Desa Tonjong sehingga dapat melaksanakan perannya dalam mengorganisir masyarakat desa hutan dan bekerjasama dengan Perum Perhutani. 3. Meningkatkan kerjasama antara LMDH dan Perum Perhutani dalam me- ngembangkan program PHBM, terutama dalam menggali dan mengembangkan peluang-peluang usaha ekonomis produktif. 4. Meningkatkan kolaborasi dan jejaring dengan lembaga-lembaga informal dan formal, khususnya dengan LMDH- LMDH desa lain yang sudah maju dan pihak swasta serta lembaga keuangan mikro dalam pengembangan usaha pengolahan lahan dan hasil- hasil hutan. ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT PHBM Kapasitas Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH Kegiatan pengelolaan hutan berbasis masyarakat dilakukan dengan jiwa berbagi yang meliputi berbagi dalam pemanfaatan lahan dan atau ruang, berbagi dalam pemanfaatan waktu, berbagi dalam pemanfaatan hasil dalam pengelolaan sumberdaya hutan dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling mendukung. Dalam mewujudkan visi dan missi Perum Perhutani sebagai pihak pengelola sumber daya hutan maka dalam rangka meningkatkan keberhasil- an pengelolaan hutan pihak Perum Perhutani membutuhkan partisipasi aktif berbagai pihak, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar hutan melalui program PHBM. Keterlibatan masyarakat desa sekitar hutan dalam program PHBM diwujudkan dalam wadah Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH yang dibentuk oleh aparat desa dan masyarakat desa dengan difasilitasi oleh pihak Perum Perhutani. Dalam upaya untuk memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat desa di sekitar hutan, wadah LMDH sangat berperan dalam : a. memfasilitasi masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan dalam proses penyusunan rencana, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan PHBM, b. menselaraskan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kegiatan pembangunan wilayah dan kondisi serta karakteristik sosial masyarakat desa hutan sebagai tujuan mensejahterakan masyarakat desa hutan, c. meningkatkan tanggung jawab dan peranserta masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan dan keberlangsungan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan, d. meningkatkan pendapatan negara, desa dan masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan secara simultan. 55 Berdasarkan hasil penelitian, maka kapasitas Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH di Desa Tonjong dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Kepengurusan