Kondisi kepengurusan LMDH yang tidak aktif

91 lebih komprehensif dan dapat memecahkan masalah. Secara keseluruhan pertemuan tersebut menyimpulkan bahwa diperlukan strategi penguatan kapasitas LMDH sebagai sarana aspirasi dan partisipasi warga masyarakat serta penguatan kapasitas individu masyarakat miskin itu sendiri. Identifikasi Masalah, Penyebab dan Potensi Berdasarkan hasil wawancara, diskusi kelompok, FGD tingkat masyarakat dan FGD dalam rangka penyusunan program rencana aksi, dapat diidentifikasi bahwa masalah, penyebab dan potensi yang dirasakan adalah sebagai berikut :

1. Kondisi kepengurusan LMDH yang tidak aktif

Permasalahan utama yang dihadapi dalam upaya pengelolaan hutan bersama masyarakat adalah kondisi kepengurusan LMDH yang saat ini tidak aktif. Padahal LMDH merupakan wadah aspirasi dan partisipasi masyarakat dalam program tersebut. Penyebab utama dari ketidakaktifan pengurus tersebut adalah kurangnya komitmen ketua LMDH dalam memajukan LMDH dan ketidakaktifannya yang disebabkan kesibukan dalam melakukan aktifitas pekerjaan dan kepengurusan dalam koperasi. Hal ini seharusnya tidak terjadi jika Ketua LM DH dapat menggerakkan potensi yang dimiliki kepengurusan LMDH, dimana kepengurusan LMDH Desa Tonjong telah melibatkan berbagai unsur yang terkait dengan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan yaitu aparat desa, organisasi lokal LPM dan BPD dan perwakilan masyarakat di sekitar hutan. Ketidakaktifan kepengurusan LMDH juga disebabkan oleh tidak terlaksananya setiap program kerja yang telah disusun bersama antara LMDH masyarakat dan Perum Perhutani. Adanya kendala dan hambatan yang dihadapi pengurus dalam upaya untuk merealisasikan program membuat semangat pengurus menjadi berkurang. Hal tersebut seharusnya tidak tidak terjadi jika semua pihak yang terlibat dapat menjalankan peran dan tanggungjawab sesuai dengan komitmen bersama yang telah dirumuskan dalam program kerja yang dituangkan dalam Rencana Strategi Lima Tahun Renstra. 92 Penyebab lain dari ketidakaktifan pengurus juga dikarenakan belum adanya penerapan ADART LMDH sebagaimana mestinya. Padahal dalam ADART tersebut sudah jelas mengatur adanya hak, kewajian serta sanksi baik bagi pengurus maupun anggota LMDH. Ketidakaktifan pengurus LMDH juga disebabkan belum dimanfaatkannya jaringan mitra kerja LMDH secara optimal. Karena dalam pelaksanaan pengelolaan sumberdaya hutan melalui program PHBM, LMDH merupakan mitra kerja Perum Perhutani, sehingga seharusnya adanya potensi baik pendanaan dan pembinaan yang dilakukan oleh Perum Perhutani seharusnya bisa dimanfaatkan oleh pengurus LMDH. Selain itu, adanya forum komunikasi LMDH tingkat kecamatan seharusnya juga dapat dimanfaatkan oleh pengurus LMDH sebagai sarana evaluasi dan studi banding bagi pengembangan LMDH.

2. Rendahnya kapasitas individu masyarakat miskin