Tenaga kerja Solidaritas Pemberdayaan Masyarakat Miskin Sekitar Hutan Melalui Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

86

2. Tenaga kerja

Di pedesaan sebagian besar tenaga kerja masih bertumpu pada sektor pertanian. Mereka adalah para petani buruh tani yang sebagian besar merupakan golongan tenaga kerja tak terampil atau semi terampil dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah. Potensi tenaga kerja yang berasal dari warga masyarakat Desa Tonjong dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan sumberdaya hutan dalam setiap kegiatan baik penanaman, penjarangan maupun penebangan disamping ikut membantu dalam perawatan dan pengamanan hutan sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal. Tenaga kerja yang berasal dari warga masyarakat juga dapat dimanfaatkan dalam mengolah lahan di sekitar hutan dengan tanaman palawija. Selama ini pemanfaatan tenaga kerja dalam pengelolaan sumberdaya hutan masih sangat terbatas. Dari tahap awal sekitar 60 orang yang masih bertahan sampai saat ini hanya sekitar 20-25 orang. Padahal potensi jumlah tenaga kerja yang berasal dari warga masyarakat miskin di sekitar hutan 3 dukuh : mingkirik, karanganjog, pecangakan masih sangatlah banyak. Modal Sosial Berdasarkan kenyataan di lapangan, terdapat perwujudan modal sosial yang ada dalam kelembagaan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat PHBM diantara berbagai pihak yaitu LMDH masyarakat dan Perum Perhutani. Perwujudan modal sosial tersebut ditunjukkan dari adanya solidaritas diantara warga masyarakat miskin, adanya kepercayaan trust Perum Perhutani kepada masyarakat miskin serta hubungan saling menguntungkan diantara kedua pihak tersebut.

1. Solidaritas

Bukti dari adanya solidaritas yang ditunjukkan diantara warga masyarakat miskin yang mengolah lahan sekitar hutan antara lain ditunjukkan dari beberapa pendapat respondeninforman antara lain : 87 § Wt Ketua LMDH Desa Tonjong Diantara warga masyarakat juga muncul rasa solidaritas diantara mereka yang didasari adanya kesamaan kondisi mereka yang miskin dan tidak memiliki lahan, juga adanya kebutuhan bersama akan lahan sekitar hutan sebagai sumber penghasilan tambahan bagi mereka. Sehingga diantara mereka saling menjaga dan membantu dalam pengolahan lahan dan hasilnya. Diantara mereka juga memiliki harapan agar Perum Perhutani tetap dan terus memberikan kesempatan agar mereka dapat ikut mengolah lahan sekitar hutan dan mereka akan bertanggung jawab untuk ikut memelihara dan menjaga kelestarian hutan. § Sr masyarakat miskin sekitar hutan Dalam pengolahan lahan khususnya pada saat penanaman dan pemanenan singkong biasanya memerlukan tenaga yang lebih. Biasanya saya bersama warga lainnya yang mengolah lahan sekitar hutan bergantian dan saling membantu. Tentunya bagi yang membantu diberikan sebagian dari hasil panen. § Sl Kepala Dukuh Mingkrikmasyarakat miskin sekitar hutan Biasanya dalam pengolahan lahan sekitar hutan diantara warganya saling kerjasama bantu- membantu khususnya pada saat penanaman atau pemanenan hasil tanaman. Biasanya kepada yang membantu pemilik tanaman memberikan sedikit hasil tanamannya. Hal tersebut dilakukan secara berganti- ganti. Adanya solidaritas dan kerjasama gotong royong diantara warga didasari adanya kesamaan nasib dan kondisi kehidupan masyarakat yang miskin. Solidaritas yang ada dalam masyarakat ditunjukan di antara warga masyarakat miskin di sekitar hutan yang ikut mengolah lahan sekitar hutan. Munculnya rasa solidaritas tersebut didasari perasaan senasib sepenanggungan berada dalam kondisi kemiskinan dan adanya kebutuhan akan lahan sebagai sumber penghasilan mereka. Diantara mereka secara bersama-sama saling menjaga dan membantu dalam pengelolaan dan pengolahan lahan di sekitar dengan berbagai tanaman palawija yang menghasilkan. Diantara mereka juga muncul adanya keinginan dan harapan bersama agar pihak Perum Perhutani terus memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat mengolah lahan sekitar hutan. Dikarenakan mereka ikut mendapat manfaat dari hutan, mereka juga merasa ikut bertanggung jawab dalam memelihara dan menjaga kelestarian hutan di desa mereka. 88

2. Kepercayaan trust