Investasi Modal Manusia GAMBARAN UMUM

65 Anggaran untuk pendidikan yang dialokasikan oleh pemerintah pusat melalui APBN selama periode 2007-2010 mengalami peningkatan sebesar 78,62 yaitu dari 50,843 triliun rupiah pada tahun 2007 menjadi 90,818 triliun rupiah pada tahun 2010. Jika ditinjau berdasarkan jenis belanja, belanja rutin di bidang pendidikan meningkat sebesar 74,31 dari 3,571 triliun rupiah menjadi 8,417 triliun rupiah. Sedangkan belanja modal di bidang pendidikan mengalami peningkatan dari 47,272 triliun rupiah menjadi 82,401 triliun rupiah atau sebesar 135,69. Anggaran pendidikan pemerintah pusat tahun 2010 memiliki porsi terbesar kedua setelah anggaran pelayanan umum, yaitu 13,04 dari total APBN. Hal ini merupakan bentuk implementasi dari UUD 45 yang mengamanatkan alokasi anggaran untuk pendidikan minimal sebesar 20 dari APBN. Sumber: Kementerian Keuangan RI, 2010 diolah. Gambar 16 Proporsi anggaran pendidikan terhadap total APBD per provinsi di Indonesia tahun 2010. Pada era desentralisasi saat ini, investasi modal manusia yang dilakukan pemerintah tidak hanya berasal dari alokasi anggaran pendidikan pada APBN tetapi juga pada APBD yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Hal ini disebabkan sebagian anggaran pendidikan pada APBN ditransfer ke daerah melalui mekanisme seperti Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan APBN 2011. Jika dilihat dari proporsi anggaran pendidikan terhadap total APBD, maka Provinsi Jawa Tengah 10,00 - 19,99 20,00 - 29,99 30,00 - 39.99 66 merupakan provinsi yang memiliki proporsi terbesar yaitu 37,04. Sedangkan provinsi yang memiliki proporsi anggaran pendidikan terendah adalah provinsi Papua Barat sebesar 12,96 Gambar 16. Pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan juga dapat digunakan sebagai ukuran yang menggambarkan komitmen pemerintah di bidang pendidikan. Dengan membandingkan bagaimana pemerintah di berbagai negara melakukan investasi di bidang pendidikan, maka dapat diperoleh suatu gambaran mengenai peranan pemerintah di bidang pendidikan. Salah satu ukuran yang digunakan oleh Bank Dunia dalam mengukur peranan pemerintah di bidang pendidikan adalah persentase pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan terhadap PDB. Gambar 17 menunjukkan bahwa dibandingkan negara-negara anggota ASEAN lainnya kecuali Myanmar, pengeluaran pemerintah Indonesia di bidang pendidikan sebagai persentase dari PDB masih berada di bawah Malaysia, Vietnam, Thailand, Laos, dan Singapura. Keterangan: 1 Data Tahun 2009 2 Data Tahun 2008. Sumber: Bank Dunia, 2011. Gambar 17 Persentase pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan terhadap PDB negara-negara ASEAN tahun 2010. Berbeda dengan anggaran pendidikan, walaupun secara rata-rata terjadi peningkatan, perkembangan anggaran kesehatan pemerintah pusat mengalami fluktuasi selama periode 2007-2010. Penurunan anggaran sempat terjadi dari 2.05 2.60 2.65 3.01 3.26 3.27 3.75 5.32 5.79 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 Brunei Darussalam Kamboja Filipina 1 Indonesia Singapura Laos Thailand Vietnam 2 Malaysia 1 Persen 67 16,005 triliun rupiah pada tahun 2007 menjadi 14,039 triliun rupiah pada tahun 2008. Pada tahun 2009 anggaran kesehatan pemerintah pusat kembali meningkat menjadi 15,743 triliun rupiah, hingga akhirnya terus meningkat menjadi 18,793 triliun rupiah pada tahun 2010. Menurut jenis belanja, jika dibandingkan antara tahun 2007 dengan 2010, belanja rutin untuk anggaran kesehatan pemerintah pusat mengalami peningkatan dari 12,141 triliun rupiah menjadi 15,973 triliun rupiah. Sedangkan belanja modal mengalami penurunan dari 3,864 triliun rupiah menjadi 2,820 triliun rupiah atau sebesar 27,01. Sumber: Kementerian Keuangan RI, 2010 diolah. Gambar 18 Proporsi anggaran kesehatan terhadap total APBD per provinsi di Indonesia tahun 2010. Proporsi anggaran bidang kesehatan pemerintah pusat pada tahun 2010 adalah 2,70 dari keseluruhan APBN. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka proporsi tersebut mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2009 proporsi anggaran bidang kesehatan pemerintah pusat adalah sebesar 2,50. Jika ditinjau menurut pemerintah daerah, maka rata-rata proporsi anggaran kesehatan terhadap total APBD adalah sebesar 9,17. Proporsi anggaran pemerintah daerah untuk bidang kesehatan yang terendah adalah Provinsi Riau sebesar 6,23 dan proporsi terbesar dialokasikan oleh Provinsi Jawa Timur sebesar 11,61 Gambar 18. 6,00 - 7,99 8,00 - 9,99 10,00 - 11.99 68 World Economic Forum 2011a menyatakan bahwa sehubungan dengan modal manusia, kondisi kesehatan Indonesia yang relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya menahan peningkatan daya saing Indonesia. Angkatan kerja yang sehat merupakan hal yang penting untuk daya saing dan produktivitas suatu negara. Kesehatan yang buruk akan mengakibatkan biaya yang signifikan untuk perekonomian, hal ini karena pekerja yang sakit akan sering tidak masuk kerja atau bekerja dengan tingkat efisiensi yang rendah. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan perhatian yang khusus dalam kebijakan pengeluaran di bidang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kondisi kesehatan di Indonesia. Sumber: Bank Dunia, 2011. Gambar 19 Persentase Pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan terhadap PDB negara-negara ASEAN tahun 2009. Untuk mengukur pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan, salah satu ukuran yang digunakan oleh Bank Dunia adalah persentase pengeluaran kesehatan terhadap PDB. PDB mengukur output suatu perekonomian selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun. Pada tingkat agregat, dan secara umum, nilai output suatu perekonomian juga merupakan pendapatan yang dihasilkan oleh perekonomian tersebut. Alasan inilah yang menjadikan persentase pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan terhadap PDB menggambarkan bagian dari 0.20 0.78 1.22 1.33 1.61 1.62 2.15 2.63 2.79 3.27 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 Myanmar Laos Indonesia Filipina Singapura Kamboja Malaysia Brunei Darussalam Vietnam Thailand Persen 69 pendapatan yang tersedia untuk digunakan pada bidang kesehatan Bank Dunia 2011. Persentase pengeluaran pemerintah Indonesia di bidang kesehatan terhadap PDB jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya masih sangat rendah. Pada tahun 2009, persentase pengeluaran kesehatan terbesar di kawasan ASEAN dilakukan oleh Thailand sebesar 3,27 dari total PDB. Indonesia tercatat berada pada urutan ke-8 dari 10 negara ASEAN dengan pengeluaran kesehatan sebesar 1,22 dari PDB, hanya berada di atas Laos 0,78 dan Myanmar 0,20.

4.3 Kondisi Perekonomian

Menurut Mankiw 2007, Produk Domestik Bruto PDB sering dianggap sebagai ukuran terbaik untuk mengetahui kondisi perekonomian. Hal ini dikarenakan PDB dipandang sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa dalam suatu perekonomian, sehingga perekonomian dengan output barang dan jasa yang besar dapat dengan lebih baik memenuhi permintaan para pelaku ekonomi seperti rumahtangga, pemerintah, dan perusahaan. Keterangan: 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa, Sumber: BPS, 2011. Gambar 20 Laju pertumbuhan PDB Indonesia menurut lapangan usaha tahun 2005-2011. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 La ju P e rt u m b u h a n Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 70 Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 6,46. Hal ini berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,20. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun 2011 adalah sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,69. Sektor pertambangan dan penggalian tercatat sebagai sektor yang mengalami pertumbuhan terendah sebesar 1,36, Sedangkan sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang pada tahun sebelumnya mengalami pertumbuhan terendah, tahun ini mengalami pertumbuhan sebesar 2,95. Laju pertumbuhan PDB Indonesia menurut lapangan usaha diilustrasikan pada Gambar 20. Dalam proses produksi suatu perekonomian, output yang dikeluarkan oleh suatu lapangan usaha dapat memengaruhi output lapangan usaha lainnya. Keterkaitan antar lapangan usahaantar sektor tersebut dapat dibedakan menjadi keterkaitan ke depan forward linkage melalui penghitungan indeks daya penyebaran dan keterkaitan ke belakang backward linkage melalui indeks derajat kepekaan. Indeks daya penyebaran memberikan indikasi bahwa, sektor-sektor yang memiliki indeks daya penyebaran lebih besar dari 1, berarti daya penyebaran sektor tersebut di atas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan. Pengertian yang sama juga berlaku untuk indeks derajat kepekaan. Sektor yang memiliki daya penyebaran tinggi memberikan indikasi bahwa sektor tersebut memiliki keterkaitan ke depan atau daya dorong yang cukup kuat terhadap sektor lainnya. Sebaliknya sektor yang memiliki derajat kepekaan tinggi berarti sektor tersebut memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sektor lain BPS 2008. Tabel 9 menunjukkan indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan untuk 31 sektor penelitian. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa sektor yang memiliki indeks daya penyebaran tertinggi di Indonesia adalah jasa kesehatan swasta sebesar 1,2808. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan 1 unit output sektor tersebut akan mengakibatkan kenaikan output sektor-sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri secara keseluruhan sebesar 1,2808 unit. Sektor yang memiliki indeks daya penyebaran tertinggi kedua setelah sektor jasa kesehatan swasta adalah industri makanan, minuman, dan rokok yaitu sebesar 1,2244.