Dampak Investasi Modal Manusia terhadap Kinerja Ekonomi Makro

76 Tabel 10 Dampak investasi modal manusia terhadap beberapa variabel indikator makroekonomi Variabel Makroekonomi Dampak Simulasi 1 Simulasi 2 1 2 3 PDB Riil Indeks Harga Konsumen Deflator PDB Konsumsi Riil Rumahtangga Upah nominal Tenaga Kerja SD ke bawah Upah nominal Tenaga Kerja SLTP Upah nominal Tenaga Kerja SLTA Upah nominal Tenaga Kerja PT Upah riil Tenaga Kerja SD ke bawah Upah riil Tenaga Kerja SLTP Upah riil Tenaga Kerja SLTA Upah riil Tenaga Kerja PT Indeks Harga Investasi Indeks Harga Ekspor Impor Ekspor 0,957 -0,160 -0,212 1,461 0,561 0,461 0,454 0,016 0,722 0,622 0,616 0,176 -0,148 -0,166 0,621 0,796 0,844 -0,142 -0,187 1,289 0,495 0,407 0,401 0,014 0,637 0,549 0,543 0,155 -0,130 -0,147 0,548 0,702 Dampak simulasi kebijakan investasi modal manusia terhadap kinerja ekonomi makro Indonesia dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil simulasi menunjukkan bahwa secara umum, dampak yang dihasilkan oleh investasi modal manusia melalui belanja modal pemerintah simulasi 1 memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan investasi modal manusia melalui belanja rutin pemerintah simulasi 2. Investasi modal manusia yang dilakukan pemerintah, baik melalui belanja modal maupun belanja rutin menyebabkan penurunan biaya produksi per unit pada seluruh sektor perekonomian. Penurunan biaya produksi ini akan disikapi oleh perusahaan atau produsen dengan meningkatkan produksi barangjasa sehingga menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan PDB riil. PDB riil mengalami kenaikan sebesar 0,957 untuk simulasi 1, sedangkan simulasi 2 menghasilkan peningkatan PDB riil sebesar 0,844. Secara empiris, hasil simulasi ini sejalan dengan hasil penelitian Angelopoulos et al. 2007 yang menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dan penelitian Bloom et al. 2004 yang 77 menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan akan meningkatkan output perekonomian secara agregat. Menurut Ebeling 2003, penurunan tingkat harga dapat menyertai peningkatan output yang diakibatkan oleh peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya. Peningkatan output yang terjadi akibat investasi modal manusia akan berdampak pada penawaransupply barang dan jasa yang ada di pasar. Sesuai dengan mekanisme pasar yang kompetitif, penambahan supply barang dan jasa yang tersedia semakin mendorong turunnya harga barang dan jasa yang diperjualbelikan di pasar supply-side deflation. Penurunan variabel indeks harga konsumen dan deflator PDB menunjukkan indikasi terjadinya deflasi yang diakibatkan oleh investasi modal manusia. Berdasarkan perubahan indeks harga konsumen dapat dilihat bahwa simulasi 1 menyebabkan deflasi sebesar 0,160 sedangkan simulasi 2 menyebabkan deflasi sebesar 0,142. Penurunan harga yang terjadi pada jangka panjang tersebut turut memengaruhi konsumsi riil rumahtangga yang mengalami peningkatan sebesar 1,461 untuk simulasi 1 dan 1,289 pada simulasi 2. Dampak simulasi terhadap ketenagakerjaan dapat ditinjau melalui perubahan upah tenaga kerja yang terjadi. Peningkatan produktivitas tenaga kerja, sementara upah tetap, akan meningkatkan permintaan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan peningkatan produksi yang lebih tinggi akan meningkatkan keuntungan perusahaan atau produsen. Pada jangka panjang, dengan suplai tenaga kerja yang tetap, peningkatan permintaan tenaga kerja akan mengakibatkan upah yang lebih tinggi. Tabel 10 menunjukkan bahwa peningkatan belanja modal pemerintah untuk investasi modal manusia simulasi 1 mengakibatkan upah tenaga kerja di semua tingkat pendidikan mengalami peningkatan. Peningkatan upah riil tertinggi dialami oleh tenaga kerja berpendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 0,722 sedangkan peningkatan upah riil terendah dialami oleh tenaga kerja berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu sebesar 0,176. Dampak peningkatan belanja rutin pemerintah untuk modal manusia juga mengakibatkan tenaga kerja berpendidikan SD ke bawah mengalami peningkatan upah riil tertinggi yaitu sebesar 0,637, sedangkan upah yang mengalami peningkatan terendah adalah upah tenaga kerja Perguruan Tinggi, yaitu sebesar 0,155. 78 Kontribusi investasi pemerintah untuk modal manusia terhadap kinerja ekonomi makro juga terlihat dari semakin efisiennya proses produksi domestik. Peningkatan output yang terjadi akan mendorong harga ekspor produk domestik turun dibandingkan komoditas luar negeri, yaitu turun sebesar 0,166 simulasi 1 dan 0,147 simulasi 2. Rendahnya harga komoditas domestik yang diakibatkan investasi modal manusia, mampu meningkatkan daya saing Indonesia dalam perdagangan internasional. Membaiknya daya saing domestik ini menyebabkan indeks volume ekspor Indonesia meningkat sebesar 0,796 simulasi 1 dan sebesar 0,702 simulasi 2. Peningkatan volume ekspor juga diimbangi oleh peningkatan indeks volume impor untuk memenuhi permintaan rumahtangga yang semakin meningkat. Indeks volume impor yang diakibatkan investasi modal manusia melalui belanja modal sebesar 0,621 sedangkan peningkatan indeks volume impor yang diakibatkan investasi modal manusia melalui belanja rutin adalah sebesar 0,548. Semakin membaiknya indikator-indikator makroekonomi akibat investasi modal manusia yang disertai oleh peningkatan produktivitas menjadi salah satu bukti empiris yang mendukung teori pertumbuhan endogen. Hasil ini sesuai dengan teori dan bukti empiris yang dinyatakan oleh Romer 1990b, bahwa peranan pemerintah dan modal manusia memiliki peranan yang penting dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

5.2 Dampak Investasi Modal Manusia terhadap Kinerja Ekonomi Sektoral

Pembahasan dampak investasi modal manusia terhadap kinerja ekonomi sektoral akan dibedakan menurut 2 kelompok, yaitu 1 dampak investasi modal manusia terhadap output domestik dan tingkat harga serta 2 dampak investasi modal manusia terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral menurut tingkat pendidikan. Menurut BPS 2008, output disebut sebagai output domestik karena hanya mencakup produksi dalam suatu wilayah, tanpa melihat pelaku ekonominya. Produksi itu sendiri pada dasarnya dapat dibedakan antara produksi barang dan jasa. Sektor-sektor yang wujud produksinya berupa barang adalah sektor primer pertanian, pertambangan dan penggalian dan sektor sekunder industri, listrik, gas, dan air minum. Sedangkan sektor-sektor yang produksinya berwujud jasa 79 sebagai sektor tersier yang mencakup kegiatan usaha perdagangan, pengangkutan, bank dan lembaga keuangan lainnya, pemerintah, jasa pendidikan, jasa kesehatan, serta jasa-jasa lainnya.

5.2.1 Dampak Investasi Modal Manusia terhadap Output Domestik dan Tingkat Harga Sektoral

Akumulasi modal manusia akibat kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan mengakibatkan peningkatan output yang ditunjukkan oleh peningkatan PDB riil. Sedangkan peningkatan PDB yang terjadi tersebut merupakan agregasi dari peningkatan output secara sektoral yang diakibatkan oleh peningkatan produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas tenaga kerja selain berdampak pada peningkatan output sektoral juga dapat menurunkan harga output sektoral. Penurunan tingkat harga sektoral akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga meningkatkan permintaan barang dan jasa di pasar, yang pada akhirnya akan semakin meningkatkan agregat output perekonomian. Dampak investasi modal manusia yang dilakukan pemerintah terhadap peningkatan produktivitas ekonomi sektoral tersebut menunjukkan peran penting modal manusia dalam menstimulus perekonomian, baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis mengenai kinerja perekonomian di Indonesia secara sektoral yang diakibatkan oleh kebijakan pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan. Hasil simulasi membuktikan bahwa investasi modal manusia yang dilakukan baik melalui belanja modal maupun belanja rutin mengakibatkan peningkatan output pada semua sektor perekonomian, dimana peningkatan output sektoral yang diakibatkan investasi modal manusia melalui belanja modal lebih besar dibandingkan dengan investasi modal manusia melalui belanja rutin. Perbedaan ini dikarenakan produktivitas yang dihasilkan oleh belanja modal lebih besar dibandingkan dengan produktivitas yang terjadi akibat belanja rutin walaupun besaran belanja modal yang dialokasikan pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan jauh lebih kecil dibandingkan alokasi belanja rutin pada sektor yang sama. Hasil simulasi terhadap output sektoral secara lengkap disajikan pada Tabel 11.