Modal Manusia GAMBARAN UMUM
                                                                                60
Tidak sekolahbelum
tamat SD 20.56
Sekolah Dasar 28.84
Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama
18.87 Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas
23.68 Perguruan
Tinggi 8.05
7 menunjukkan bahwa proporsi kelompok umur produktif mengalami peningkatan dari 53,50 pada tahun 1971 menjadi 66,09  pada tahun 2010.
Transisi  demografi  yang  sedang  terjadi  di  Indonesia  merupakan  suatu kesempatan  yang  dapat  digunakan  untuk  memfasilitasi  pertumbuhan  ekonomi.
Menurut  Bloom  et  al.  2003,  terdapat  tiga  mekanisme  penting  dalam  transisi demografi  yang  memberikan  manfaat  bagi  perekonomian.  Pertama  adalah
peningkatan  suplai  tenaga  kerja.  Peningkatan  proporsi  kelompok  umur  produktif 15-64  tahun,  jika  mampu  diserap  oleh  pasar  tenaga  kerja,  akan  mengurangi
angka  ketergantungan  dan  meningkatkan  output  per  kapita.  Mekanisme  kedua adalah  peningkatan  tabungan.  Sejalan  dengan  penurunan  angka  ketergantungan,
maka  orang  dapat  menabung  lebih  banyak.  Kondisi  ini  akan  menghasilkan akumulasi modal yang dapat digunakan dalam perekonomian. Mekanisme ketiga
adalah  modal  manusia.  Penurunan  tingkat  kelahiran  mengakibatkan  alokasi pendapatan orangtua untuk investasi per anak lebih besar, sehingga menghasilkan
tingkat kesehatan dan pendidikan yang lebih baik.
Sumber: BPS, 2011. Gambar 13 Persentase  penduduk  yang  bekerja  menurut  tingkat  pendidikan
tertinggi yang ditamatkan di Indonesia tahun 2011. Modal  manusia  sangat  dipengaruhi  oleh  permasalahan  pendidikan  dan
kesehatan  karena  output  yang  dihasilkan  oleh  seorang  pekerja  turut  dipengaruhi
61
oleh  kemampuan,  keterampilan,  pengetahuan  serta  kesehatan  pekerja  tersebut. Barro  dan  Lee  2000  menyatakan  bahwa  akumulasi  modal  manusia,  terutama
yang  diperoleh  melalui  pendidikan,  juga  akan  membantu  penyerapan  teknologi dari negara-negara maju.
Berdasarkan  data  BPS,  walaupun  komposisi  pekerja  menurut  tingkat pendidikan  terus  mengalami  pergeseran  dari  pekerja  berpendidikan  rendah
menjadi  pekerja  berpendidikan  tinggi,  kondisi  saat  ini  pekerja  berpendidikan rendah  masih  memiliki  persentase  yang  sangat  besar.  Gambar  13  menunjukkan
bahwa  pada  tahun  2011  penduduk  yang  bekerja  dengan  pendidikan  SLTP  ke bawah  mencapai  lebih  dua  pertiga  68,27  dari  keseluruhan  pekerja  di
Indonesia.  Pekerja  yang  berpendidikan  SLTA  hanya  sebesar  23,68,  sedangkan pekerja  dengan  latar  belakang  pendidikan  perguruan  tinggi  memiliki  persentase
yang jauh lebih kecil yaitu sebesar 8,05.
Sumber: UNDP, 2011b; BPS, 2011. Gambar 14 Angka  harapan  hidup  dan  rata-rata  lama  sekolah  di  Indonesia  tahun
2006 – 2010.
Pendidikan memiliki hubungan yang saling terkait dengan kesehatan  dalam pembangunan  ekonomi.  Harapan  hidup  yang  lebih  panjang  dapat  meningkatkan
pengembalian atas investasi dalam pendidikan, sedangkan pendidikan yang lebih baik dapat meningkatkan pengembalian atas investasi kesehatan Todaro  Smith
2006.  Harapan  hidup  juga  dapat  diartikan  bahwa  semakin  lama  umur  seorang
7.4 7.5
7.6 7.7
7.8 7.9
8
66.5 67.0
67.5 68.0
68.5 69.0
69.5
2006 2007
2008 2009
2010
T a
h u
n T
a h
u n
Angka Harapan Hidup Rata-rata Lama Sekolah
62
pekerja maka output yang dihasilkan juga akan lebih banyak. Hal ini ditunjukkan oleh  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Bloom  et  al.  2003  yang  menyimpulkan
bahwa  angka  harapan  hidup,  struktur  umur,  dan  kepadatan  penduduk  memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi
. Angka harapan hidup Indonesia selama periode 2006-2010 terus mengalami
peningkatan,  yaitu  dari  67,4  tahun  menjadi  68,9  tahun.  Hal  ini  berarti  bahwa dengan  asumsi  tidak  ada  perubahan  pada  pola  mortalitas,  rata-rata  bayi  yang
dilahirkan pada tahun 2010 diperkirakan akan mencapai umur 68,9 tahun. Sejalan dengan peningkatan angka harapan hidup, angka rata-rata lama sekolah juga terus
meningkat  dari  7,4  tahun  pada  tahun  2006  menjadi  7,9  tahun  pada  tahun  2010. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk yang berumur 15 tahun ke atas
pada tahun 2010 memiliki tingkat pendidikan mencapai sekolah  lanjutan pertama Gambar 14.
Tabel 8  Human  Development  Index  HDI  negara-negara  ASEAN  tahun  2007- 2011
No. Negara
2007 2008
2009 2010
2011 1
2 3
4 5
6 7
1. 2.
3. 4.
5.
6.
7. 8.
9. 10.
Singapura Brunei
Vietnam Malaysia
Thailand
Indonesia
Filipina Laos
Myanmar Kamboja
0,850 0,835
0,746 0,670
0,630 0,591
0,575 0,500
0,508 0,459
0,855 0,834
0,750 0,672
0,635 0,598
0,580 0,507
0,513 0,468
0,856 0,835
0,752 0,673
0,636 0,607
0,584 0,514
0,513 0,474
0,864 0,837
0,758 0,680
0,641 0,613
0,590 0,520
0,518 0,479
0,866 0,838
0,761 0,682
0,644 0,617
0,593 0,524
0,523 0,483
Sumber: UNDP, 2011b. Walaupun dari tahun ke tahun terjadi peningkatan pada indikator pendidikan
dan  kesehatan  di  Indonesia,  namun  jika  dibandingkan  dengan  negara  lain, pencapaian  tersebut  masih  termasuk  rendah.  Hal  ini  dapat  ditunjukkan  oleh
indikator  HDI  Human  Development  Index  yang  dikeluarkan  setiap  tahun  oleh
63
UNDP, dimana pendidikan dan kesehatan merupakan dua dari tiga dimensi yang diukur secara agregat untuk mengetahui pembangunan manusia di suatu negara.
Menurut  UNDP  2011b,  Indonesia  berada  pada  urutan  ke  124  dari  187 negara  yang  diukur  HDI-nya  pada  tahun  2011.  HDI  Indonesia  tercatat  sebesar
0,617, angka tersebut memiliki selisih yang relatif cukup besar jika dibandingkan dengan  Norwegia  yang  berada  di  urutan  pertama  dengan  HDI  sebesar  0,943.
Bahkan  di  kawasan  Asia  Tenggara,  pencapaian  HDI  Indonesia  masih  relatif tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, dimana dari 10 negara
anggota  ASEAN,  Indonesia  tercatat  pada  urutan  keenam.  Berdasarkan  Tabel  8 dapat dilihat bahwa HDI Indonesia dari tahun 2007 ke tahun 2011 selalu berada di
bawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Kualitas  pendidikan  dan  kesehatan  sebagai  faktor  yang  memengaruhi
modal manusia memiliki peran yang sangat penting dalam era globalisasi saat ini. Salah satu manfaat dari globalisasi adalah semakin terbukanya transfer teknologi
dari  negara  maju  ke  negara  berkembang.  Menurut  Todaro  dan  Smith  2006, melalui  berbagai  jenis  interaksi  dengan  orang-orang  di  negara  lain,  globalisasi
berpotensi memberikan manfaat bagi negara-negara berkembang secara langsung dan  tidak  langsung  melalui  pertukaran  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi.
Penyebaran  ide-ide  produktif  yang  lebih  cepat,  seperti  waktu  yang  lebih  singkat antara  inovasi  dan  penerapan  teknologi  baru  di  seluruh  dunia,  akan  membantu
negara-negara berkembang lebih cepat dalam menyusul ketertinggalan. Ilmu  pengetahuan  dan  teknologi,  yang  merupakan  salah  satu  pondasi
kekayaan  negara  maju,  dapat  diserap  dan  diterapkan  secara  lebih  efektif  dengan dukungan  modal  manusia  yang  berkualitas  sehingga  dapat  meningkatkan  daya
saing Indonesia terhadap negara-negara lainnya. Menurut World Economic Forum 2011b, indeks daya saing  Indonesia pada tahun 2011 berada pada  peringkat 44
dari  139  negara  atau  mengalami  peningkatan  dibandingkan  tahun  sebelumnya yang mencatat Indonesia pada peringkat 54. Hal ini turut dipengaruhi oleh kondisi
kualitas  modal  manusia  sebagaimana  ditunjukkan  oleh  indikator  kesehatan  dan pendidikan dasar yang juga mengalami peningkatan dari peringkat 82 pada tahun
2010  menjadi  peringkat  62  pada  tahun  2011.  Gambar  15  menunjukkan  kondisi kesehatan  dan  pendidikan  dasar  Indonesia  saat  ini  mengakibatkan  daya  saing
64
Indonesia berada di bawah beberapa negara ASEAN seperti: Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand.
Sumber: World Economic Forum, 2011b. Gambar 15 Peringkat  daya  saing  serta  indikator  kesehatan  dan  pendidikan  dasar
beberapa negara tahun 2011.