16 sistem kepercayaan belief systems di mana perasaan atau sistem kepercayaan itu
bisa tidak disadari. Kedua,  pengetahuan  merupakan  sesuatu  yang  eksplisit  sekaligus  tacit.  Beberapa
pengetahuan  dapat  ditulis,  dideskripsikan  dalam  bentuk  kalimat-kalimat  atau diekspresikan  dalam  bentuk  gambar.  Namun  ada  pula  pengetahuan  yang  terkait
erat  dengan  perasaan,  ketrampilan  dan  bentuk  bahasa  tubuh,  persepsi  pribadi, pengalaman fisik, petunjuk-praktis rule of thumb dan intuisi. Pengetahuan tacit
ini  sulit  sekali  dijelaskan  kepada  orang  lain.  Walaupun  gagasan  mengenai pengetahuan  tacit  secara  intuitif  masuk  akal  bagi  banyak  orang,  para  manajer
pendapat  kesulitan  dalam  memahaminya  di  tingkat  praktis.  Mengenali  nilai  dari pengetahuan  tacit  dan  memahami  bagaimana  menggunakannya  merupakan
tantangan  utama  perusahaan  yang  ingin  terus  menciptakan  pengetahuan. Pengetahuan  tacit  nampak  terlalu  misterius  untuk  dapat  digunakan  dalam  situasi
bisnis, namun kualitas yang spesifik pada suatu konteks menjadikan pengetahuan tacit merupakan alat yang luar biasa untuk inovasi.
Ketiga,  penciptaan  pengetahuan  secara  efektif  bergantung  pada  konteks  yang memungkinkan  terjadinya  penciptaan  tersebut.  Yang  dimaksudkan  dengan
konteks  yang  memungkinkan  terjadinya  penciptaan  pengetahuan  adalah  ruang bersama  yang  dapat  memicu  hubungan-hubungan  yang  muncul.  Dalam  konteks
organisasional, dapat berupa fisik, maya, mental atau ketiganya. Definisi konteks ini  berkaitan  erat  dengan  dua  hal  yang  telah  disampaikan  sebelumnya,  yaitu
pengetahuan  bersifat  dinamis,  relasional  dan  berdasarkan  tindakan  manusia. Pengetahuan bergantung pada situasi dan keterlibatan orang, dibanding kebenaran
absolut atau fakta belaka.
2.5.1  Konversi Pengetahuan Nonaka-Takeuchi: Model SECI
Nonaka  dan  Takeuchi  1995  mendasarkan  modelnya  pada  interaksi dinamis  antara  dua  jenis  pengetahuan,  yaitu  pengetahuan  eksplisit  explicit
knowledge dan pengetahuan tacit tacit knowledge. Pengetahuan eksplisit dapat diekspresikan dalam kata-kata dan angka, oleh sebab itu dapat  disebarkan dalam
berbagai bentuk data, formula ilmiah, spesifikasi produk, manual dan sejenisnya. Pengetahuan  jenis  ini  dapat  segara  ditularkan  dari  satu  individu  ke  individu  lain
secara formal dan sistematis. Di sisi lain, pengetahuan tacit bersifat sangat pribadi
17
17 dan sulit diformalkan, sehingga sulit pula untuk dikomunikasikan dari satu pihak
ke pihak lain. Pengetahuan tacit ini sulit diverbalkan karena berakar jauh di dalam tindakan dan pengalaman seseorang, seperti dalam idealisme, nilai-nilai dan emosi
Berman et al. 2002. Pengetahuan eksplisit dan pengetahuan tacit bersifat saling melengkapi atau
komplementer,  juga  berperan  sangat  penting  dalam  proses  penciptaan pengetahuan    Krogh  et  al.  2000.  Kedua  jenis  pengetahuan  ini  berinteraksi  satu
sama lain dan berubah dari satu  jenis ke jenis lainnya secara dinamis Boland  et al.  2001.  Interaksi  dinamis  antara  satu  bentuk  pengetahuan  ke  bentuk  lainnya
disebut  konversi  pengetahuan.  Nonaka  dan  Takeuchi  1995  mengemukakan bahwa  konversi  pengetahuan  merupakan  proses  sosial  antar  individu  dan  tidak
dibatasi  dengan  proses  yang  terjadi  di  dalam  individu  saja.  Dengan  memahami hubungan timbal balik  antara pengetahuan  eksplisit  dan pengetahuan  tacit, dapat
dipahami proses penciptaan pengetahuan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa terdapat empat cara konversi pengetahuan,
yaitu  sosialisasi  socialization,  eksternalisasi  externalization,  kombinasi combination  dan  internalisasi  internalization.  Keempat  cara  konversi
pengetahuan  ini  sering  disebut  sebagai  siklus  SECI  yang  diuraikan  sebagai berikut:
1.  Sosialisasi merupakan istilah  yang digunakan untuk menekankan pentingnya
kegiatan  bersama  antara  sumber  pengetahuan  dan  penerima  pengetahuan dalam  proses  konversi  pengetahuan  tacit.  Karena  pengetahuan  tacit
dipengaruhi  oleh  konteksnya  dan  sulit  sekali  diformalkan,  maka  untuk menyebarkan pengetahuan tacit dari satu individu ke individu lain dibutuhkan
pengalaman yang terbentuk melalui kegiatan-kegiatan bersama, seperti berada bersama  di  satu  tempat,  menghabiskan  waktu  bersama  atau  hidup  dalam
lingkungan yang sama.
2.  Eksternalisasi  merujuk  pada  konversi  pengetahuan  tacit  ke  pengetahuan
eksplisit.  Melalui  cara  ini  pengetahuan  menjadi  terkristalkan  sehingga  dapat didistribusikan ke pihak lain dan menjadi basis bagi pengetahuan baru. Dalam
proses  eksternalisasi,  pengetahuan  tacit  diekspresikan  dan  diterjemahkan menjadi  metafora,  konsep,  hipotesis,  diagram,  model  atau  prototipe  sehingga