139
80 60
60 40
80 atau
 
 
 
x x
x x
50 30
30 50
atau
 
 
 
 
x x
x x
x
200 100
100 90
90 70
200 atau
70
 
 
 
 
x x
x x
x
Tabel 15  Parameter Output, Himpunan Fuzzy dan Domain Himpunan Fuzzy
Parameter Himpunan Fuzzy
Domain Ekspresi Warna
Tampilan Scorecard Perspektif  Finansial
Rendah 0-50
Merah Sedang
40-80 Kuning
Tinggi 75-100
Hijau Perspektif Pelanggan
Rendah 0-50
Merah Sedang
40-80 Kuning
Tinggi 75-100
Hijau Perspektif  Proses Internal
Rendah 0-50
Merah Sedang
40-80 Kuning
Tinggi 75-100
Hijau Perspektif  Pembelajaran
dan Pertumbuhan Rendah
0-50 Merah
Sedang 40-80
Kuning Tinggi
75-100 Hijau
Pada  pengembangan  sistem  fuzzy  ini,  terdapat  empat  variabel  output  yang didekomposisi  menjadi  himpunan    fuzzy,  yaitu  perspektif  finansial,  perspektif
pelanggan,  persepektif  proses  internal  dan  perspektif    pembelajaran  dan pertumbuhan.  Masing-masing  variabel  tersebut  memiliki  tiga  himpunan  fuzzy,
yaitu rendah, sedang dan tinggi. a. Perspektif  Finansial
Variabel Perspektif Finansial terdiri atas tiga himpunan fuzzy, yaitu  rendah, sedang  dan  tinggi  yang  direpresentasikan  dengan  menggunakan  fungsi
keanggotan berbentuk kurva trapesium trapezoidal.  Formulasi persamaan yang digunakan untuk mengembangkan fungsi keanggotaan tersebut adalah:
= 00
1 50
50 30
= 4060
40 80
80 60
= 7090
70 1
200 200
100
140
50 30
30 50
atau
 
 
 
 
x x
x x
x
Berdasarkan  pada  pemetaan  nilai  numerik  pada  semesta  pembicaraan  oleh masing-masing  fungsi  keanggotaan  himpunan  fuzzy  terhadap  nilai  derajat
keanggotaan  pada  himpunan-himpunan  fuzzy,  maka  dihasilkan  kurva-kurva himpunan fuzzy pada masing-masing variabel.    Representasi karakteristik kurva-
kurva  himpunan  fuzzy  pada  variabel  persepktif  finansial  ditampilkan  pada Gambar 39.
Gambar 39   Representasi Fuzzy Perspektif  Finansial Pada Gambar 39 di atas, dapat diketahui  adanya daerah overlapping akibat
perpotongan kurva-kurva himpunan fuzzy yang dibentuk.  Daerah overlapping ini merupakan  representasikan  dari  proses  pengalaman  pakar  untuk  mengatasi
masalh-masalah  ketidakadilan,  ketidakpastian  dan  kesamaran  dalam  melakukan penentuan  daerah  keputusan.    Daerah  overlapping  merupakan  ciri  utama  pada
pengembangan sebuah sistem fuzzy. Selanjutnya  ditampilkan  berturut-turut  representasi  pemodelan  masing-
masing  variabel  perspektif  pelanggan,    persepektif  proses  internal  dan  perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pada Gambar 40, Gambar 41 dan Gambar 42.
b. Perspektif Pelanggan
= 00
1 50
50 30
De ra
jat K ea
nggota an
Capaian terhadap target
141
80 60
60 40
80 atau
 
 
 
x x
x x
200 100
100 90
90 70
200 atau
70
 
 
 
 
x x
x x
x
50 30
30 50
atau
 
 
 
 
x x
x x
x
80 60
60 40
80 atau
 
 
 
x x
x x
200 100
100 90
90 70
200 atau
70
 
 
 
 
x x
x x
x
= 4060
40 80
80 60
= 7090
70 1
200 200
100
Gambar 40  Representasi Fuzzy Perspektif  Pelanggan c. Perspektif  Proses Internal
= 00
1 50
50 30
= 4060
40 80
80 60
= 7090
70 1
200 200
100 De
ra jat K
ea nggota
an
Capaian terhadap target
142
80 60
60 40
80 atau
 
 
 
x x
x x
200 100
100 90
90 70
200 atau
70
 
 
 
 
x x
x x
x
50 30
30 50
atau
 
 
 
 
x x
x x
x
Gambar 41   Representasi Fuzzy Perspektif  Proses Internal d. Perspektif  Pembelajaran Dan Pertumbuhan
= 00
1 50
50 30
= 4060
40 80
80 60
= 7090
70 1
200 200
100
Gambar 42  Representasi Fuzzy Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan De
ra jat K
ea nggota
an
Capaian terhadap target
De ra
jat K ea
nggota an
Capaian terhadap target
143
100 80
80 60
100 atau
 
 
 
x x
x x
200 180
200 120
120 90
200 atau
90
 
 
 
 
x x
x x
x
70 60
60 70
atau
 
 
 
 
x x
x x
x
e.  Representasi Keanggotaan Scorecard Akhir Output
= 00
1 70
70 60
= 6080
60 100
100 80
= 90120
70 1
200 200
100
Gambar 43  Representasi Fuzzy  Scorecard Akhir
Mekanisme  Fuzzy  Rule  Based  Pada  Expert  System  Knowledge  Management for Dairy Cooperatives KaMScD
Konfigurasi  dari mekanisme fuzzy inference system  yang digunakan adalah penalaran metode Mamdani. Pada Metode ini, baik parameter masukaninput dan
output  berupa  himpunan  fuzzy.  Proses  impikasi  menggunakan  operator  AND Minimun,  sedangkan  proses  agregasi  menggunakan  operator  OR  Maximun.
Untuk  penyusunan  KaMScD  ini  telah  ditentukan  rule  seluruhnya  sejumlah  72 Rules.
Berikut  ini detail konfigurasi Fuzzy yang digunakan dari file FisAkhir: [System]
Name=FisAkhir De
ra jat K
ea nggota
an
Scorecard Akhir
144 Type=mamdani
Version=2.0 NumInputs=4
NumOutputs=1 NumRules=72
AndMethod=min OrMethod=max
ImpMethod=min AggMethod=max
DefuzzMethod=centroid [Input1]
Name=finansial Range=[0 200]
NumMFs=3 MF1=rendah:trapmf,[0 0 30 50]
MF2=sedang:trimf,[45 60 80] MF3=tinggi:trapmf,[70 90 200 200]
[Input2] Name=pelanggan
Range=[0 200] NumMFs=3
MF1=rendah:trapmf,[0 0 30 50] MF2=sedang:trimf,[45 60 80]
MF3=tinggi:trapmf,[70 80 200 200] [Input3]
Name=proses_internal Range=[0 200]
NumMFs=3 MF1=rendah:trapmf,[0 0 30 50]
MF2=sedang:trimf,[45 60 80] MF3=tinggi:trapmf,[70 90 200 200]
[Input4] Name=pembelajaranpertumbuhan
Range=[0 200] NumMFs=3
MF1=rendah:trapmf,[0 0 30 50] MF2=sedang:trimf,[45 60 80]
MF3=tinggi:trapmf,[70 80 200 200] [Output1]
Name=ScoreCard Range=[0 200]
NumMFs=3 MF1=rendah:trapmf,[0 0 60 70]
145 MF2=sedang:trimf,[60 80 100]
MF3=tinggi:trapmf,[90 120 200 200] Sebagai contoh adalah kasus di bawah ini
Misalkan diberikan parameter  masukan sebagai berikut: finansial
= 100 pelanggan
= 100 proses internal
= 100 pembelajaran  pertumbuhan
= 100 Berdasarkan    fungsi    keanggotaan  dari  masing-masing  input,  didapatkan
sebagai berikut: finansial
= 100 termasuk himpunan tinggi dengan mf = 1 pelanggan
= 100 termasuk himpunan tinggi dengan mf=1 proses internal
= 100  termasuk himpunan tinggi dengan mf=1 pembelajaran  pertumbuhan = 100 termasuk himpunan tinggi dengan mf=1
a.  Keempat  input  tersebut  kemudian  diimplikasi  dengan  mencari  nilai minimun, yaitu mencari nilai terkecil dengan  min1,1,1,1 = 1.
b.  Proses berikutnya adalah dengan membaca rule yang digunakan . Dari rule tersebut, yang digunakan adalah rule nomor 1
“ Jika finansial tinggi AND pelanggan tinggi AND proses_internal tinggi AND  pembelajaranpertumbuhan  tinggi  THEN  scorecard  tinggi”    atau
dengan  melihat pada konfigurasi rule pertama  sebagai berikut : 3 3 3 3, 3 1 : 1
Keterangan :
3 3 3 3  mf  ketiga dari setiap input yaitu tinggi , 3         mf ketiga dari output scorecard yaitu tinggi
1       operator yang digunakan adalah AND 1
 bobot rule yang digunakan adalah 1
c.  Pada rule pertama terlihat bahwa kurva  yang terbentuk adalah trapesium. Karena  hanya  rule  satu  saja  yang  digunakan,  maka  proses  agregasi  ini
146 hanya  menghasilkan  satu  kurva  seperti  yang  dilihat  pada  Gambar  44  di
bawah ini.
Gambar 44   Hasil Agregasi Rule yang Digunakan
d.  Dari  kurva  tersebut  kemudian  dilakukan  proses  defuzzifikasi  dengan persamaan sebagai berikut atau dengan menggunakan metode centroid:
atau
e.  Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa hasil defuzzifikasinya adalah 153.
Rule View pada Matlab untuk kasus di atas  dapat diilhat  pada Gambar  45 dibawah ini.
1 1
 
 
n j
j n
j j
j
z z
z z
 
 
z z
dz z
dz z
z z
 
tinggi Daerah
keanggotaan
147
Gambar  45. Rule view yang Menunjukkan Rule 1 yang Digunakan Adapun  proses  defuzzifikasi  dengan  menggunakan  metode  centroid  dapat
dilihat pada Gambar 46.
Gambar 46  Penentuan Nilai Tengah Proses Defuzzifikasi dengan Metode Centroid
148 Sistem pakar yang dikembangkan menggunakan Matlab pada penelitian ini
menyediakan sebuah halaman antarmuka utama User interface yang merupakan tempat  dimulainya  pihak  pengguna  melakukan  interaksi  terhadap  sistem  pakar.
Langkah  awal,  pengguna  menetapkan  terlebih  dahulu  target  dan  bobot  dari masing-masing  Indikator  Kinerja  Kunci  IKK.  Langkah  berikutnya,  pengguna
memasukkan  hasil  atau  kondisi  aktual.  Sistem  pakar  akan  memproses  untuk menghasilkan  nilaiscorecard  akhir.  Antarmuka  Sistem  Pakar  KM-Scorecard
Koperasi Susu ditampilkan pada Gambar 47.
Gambar  47  Antarmuka Sistem Pakar KM-Scorecard  Koperasi Susu
149 Setelah  semua  kolom  yang  tersedia  diisi  oleh  pengguna,  maka  diperoleh
hasil  nilai  KM-scorecard  dari  Koperasi  Susu  tersebut.  Nilai  KM-scorecard  ini menggambarkan  tingkat  keberhasilan  yang  dicapai  dari  target  yang  sudah
ditentukan sebelumnya. Contoh tampilan hasil nilai KM-Scorecard Koperasi Susu ditampilkan pada Gambar 48.
Gambar  48  Tampilan Hasil Nilai KM-Scorecard  Koperasi Susu
6.3.2  Validasi dan Verifikasi Model
Validasi  model  dilakukan  dengan  teknik    face  validity  sesuai  dengan  saran Sargent  1999.  Teknik  validasi  ini  dilakukan  dengan    wawancara  mendalam
pendapat pakar atas model yang sudah dibangun. Verifikasi  model  pada  penelitian  ini  dilakukan  dengan  pemeriksaan
sederhana  meliputi  pemeriksaan  aliran  logika  dari  masing-masing  perspektif  ke masing-masing  sasaran  strategis,  kemudian  dari  masing-masing  sasaran  strategis
tersebut ke key performance indicators Indikator Kinerja Kunci masing-masing.
150 Secara  prinsip  pemeriksaan  ini  dimaksudkan  mencari  kekeliruan  dalam  program
baik yang bersifat logika maupun kesalahan editorial. Pada pemilihan Indikator Kinerja Kunci IKK, verifikasi dilakukan dengan
mengajukan alternatif berdasarkan kriteria penting untuk dilakukan penilaian oleh sejumlah pakar untuk menentukan prioritas IKK yang dinilai paling cocok untuk
menggambarkan  capaian  masing-masing  sasaran  strategis.  Berdasarkan  IKK terpilih tersebut dirancang target capaiannya. Hasil analisis yang merupakan target
dibanding  capaian  aktual,  sehingga  menghasilkan  besaran  tertentu  sebagai  nilai KM Scorecard. Nilai tersebut akan direpresentasikan menjadi warna hijau, kuning
atau  merah.  Hasil  analisis  diajukan  kembali  kepada  pakar  untuk  dikonfirmasi. Dari hasil konfirmasi tersebut dapat disimpulkan bahwa bahwa sistem pakar yang
dirancang layak untuk diterapkan dan selanjutnya dapat dikembangkan.
6.4  Implikasi Manajerial
Bagi Koperasi Susu yang berkepentingan untuk meningkatkan inovasi yang dihasilkan,  maka  temuan  bahwa  aset  pengetahuan  konseptual  merupakan  aset
paling  dominan  berkorelasi  dengan  proses  konversi  pengetahuan  perlu ditingkatkan  pemanfaatannya.  Bagi  para  pelaku  Koperasi  Susu,  dari  model  yang
dikembangkan  penelitian  ini  menunjukkan  bahwa  pengetahuan  tacit  yang  ada pada  masing-masing  individu  anggota  koperasi  baik  itu  peternak  maupun
karyawan merupakan aset yang sangat berharga dan harus dikembangkan dengan lebih  memberi  kesempatan  untuk  berbagi  pengetahuan  sehingga  terbentuk  aset
pengetahuan eksperiensial melalui pembelajaran bersama. Dalam  rangka  meningkatkan  kepemilikan  aset  pengetahuan  sistemik  yang
merupakan  aset  terlemah  yang  dimiliki  koperasi  susu  saat  ini,  dapat  dirancang dengan  penerapan  KM-Scorecard,  sehingga  sasaran  strategi  Koperasi  Susu
tersebut dapat dikomunikasikan menjadi aktivitas yang bisa dipahami oleh seluruh karyawan  dan  anggota  koperasi  tersebut  melalui  perancangan  peta  strategi.  Peta
strategi  memberikan  gambaran  keterkaitan  antar  sasaran-sasaran  strategi  yang dirumuskan  disertai  ukuran-ukuran  dan  targetnya.  Untuk  itu  dalam  rencana
penerapannya perlu disusun inisiatif strategis sebagai langkah-langkah yang perlu dilakukan agar target tercapai.
151 Secara umum,  KM-Scorecard ini dapat  berfungsi  sebagai  diagnosis  kinerja
Manajemen  Pengetahuan  pada  Koperasi  Susu.  Karena  itu,  kegagalan  capaian target kinerja bisa dihindari dari awal. Target  IKK yang relatif baru,  yang belum
banyak  diterapkan  oleh  organisasi  sejenis,  hendaknya  ditetapkan  target  kinerja yang moderat.
Bagi  peternak,  temuan  penelitian  ini  dapat  diindaklanjuti  dengan  lebih mengaktifkan  kelompok  peternak  yang  sudah  terbentuk  sebagai  sarana  berbagi
pengetahuan. Bagi koperasi yang relatif baru, yang belum memilikinya, kelompok peternak dapat dibentuk berdasarkan kedekatan kandang yang dimiliki.
Bagi  regulator,  temuan  penelitian  ini  dapat  menjadi  masukan  untuk mendesain  inovasi  bagi  koperasi  susu  yang  difasilitasi  pemerintah  dengan
mendesain  bentuk  kerja  sama  sebagai  sinergi  dengan  berbagi  pihak,  yaitu akademisi  dan  pihak  industri.  Kontribusi  yang  signifikan  dari  pihak  regulator
sangat menentukan laju inovasi yang dihasilkan. Kinerja  penerapan  Manajemen  Pengetahuan  pada  Koperasi  Susu  dapat
ditingkatkan  dengan  meningkatkan  adopsi  ide  baru  dari  pihak  eksternal  dan mengkonversi  ide-ide  tersebut  dalam  aktivitas  organisasi.  Untuk  dapat
meningkatkan konversi ide-ide baru tersebut maka penggunaan saluran knowledge sharing  oleh  para  peternak  yang  tergabung  dalam  koperasi,  karyawan  koperasi
dan juga pihak manajemen koperasi harus semakin intensif. Penerapan  Manajemen  Pengetahuan  juga  diharapkan  meningkatkan
kepemilikan  aset  pengetahuan  sistemik  yang  selama  ini  Koperasi  Susu  belum memilikinya.  Untuk  itu  pertemuandiskusi  tentang  bagaimana  Manajemen
Pengetahuan  diterapkan  perlu  diagendakan  sebagai  kegiatan  rutin.  Dari  diskusi rutin  yag  dilakukan  diharapkan  muncul  banyak  ide  baru  yang  inovatif,  sehingga
inovasi-inovasi  baru  yang  telah  bernilai  komersial  dapat  menjadi  hak  kekayaan intelektual bagi Koperasi Susu.
6.5  Kontribusi Penelitian
Kontribusi  penelitian  ini  terkait  proses  penciptaan  pengetahuan  pada Koperasi  Susu  berupa  faktor-faktor  yang  perlu  diperhatikan  oleh  Koperasi  Susu
dalam  mengembangkan  strategi  bersaingnya.  Ringkasan  faktor-faktor  apa  saja
152 yang  perlu  diperhatikan  oleh  para  pengambil  keputusan  di  Koperasi  Susu  agar
dapat  menghasilkan  output-output  yang  inovatif  disusun  sebagai  usulan  model penciptaan pengetahuan pada koperasi susu yang ditampilkan pada Gambar 49.
Terdapat tiga kegiatan utama yang perlu dikelola dengan baik oleh Koperasi Susu, yaitu:
1  Kegiatan akuisisi pengetahuan Pada kegiatan akuisisi pengetahuan, sangatlah penting bagi Koperasi Susu
untuk memperhatikan daya serap organisasi. 2  Kegiatan berbagi dan mendistribusikan pengetahuan
Kegiatan  ini  dapat  terlaksan  dengan  baik  bila    terdapat  dukungan  berupa kelompok-kelompok  peternak  yang  aktif,  adanya  kebiasaan-kebiasaan  baik
yang  didukung  oleh  kebijakan  Koperasi  Susu  serta  adanya  infrastruktur teknologi  informasi dan  komunikasi  yang memudahkan kegiatan berbagi dan
mendistribusikan pengetahuan. 3  Kegiatan penggunaan pengetahuan
Setelah  pengetahuan  diakuisisi  dan  didistribusikan,  maka  kegiatan  yang terpenting  adalah  menggunakan  pengetahuan-pengetahuan  tersebut  untuk
menghasilkan inovasi.
153
153 Gambar 49.  Usulan Model Penciptaan Pengetahuan pada Koperasi Susu di Indonesia
Aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan mengedepankan  kreativitas dalam
suasana yang harmonis disertai komitmen bersama
Interaksi informal terutama dengan pihak Koperasi, Lembaga Keuangan dan pemasok sapronak sarana
produksi peternakan
Aset Pengetahuan
Daya Serap
Akuisisi Pengetahuan
Kapabilitas Pemecahan Masalah
Pengambilan Keputusan
Konversi Pengetahuan
Inovasi
Manfaat komersial dari
inovasi proses
Proses berbagi pengetahuan melalui kombinasi yang merupakan pemrosesan
pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan eksplisit lain
Daya serap organisasi berupa dukungan Koperasi untuk
mencari informasi yang dibutuhkan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
Kepemilikan aset pengetahuan sistemik yang merupakan pengetahuan eksplisit yang
merupakan intellectual property rights
155
BAB 7  KESIMPULAN DAN SARAN
7.1  Kesimpulan
Pengembangan  model  penciptaan  pengetahuan  dalam  upaya  meningkat keunggulan bersaing  koperasi susu di  Indonesia  menghasilkan lima model. Dari
kelima model tersebut, model 5 yang terdiri atas dua variabel eksogen, yaitu aset pengetahuan dan akuisisi  pengetahuan  serta empat variabel  endogen,  yaitu daya
serap,  kapabilitas  pemecahan  masalah  dan  pengambilan  keputusan,  konversi pengetahuan  dan  inovasi  dianggap  sebagai  model  terbaik.    Model  tersebut  dapat
diterima untuk mengkonfirmasi adaptasi teori  yang dihasilkan dari integrasi  dua teori penciptaan pengetahuan, yaitu yang dikemukakan Nonaka  et al. 2000 dan
Soo  et  al.  2000a.  Temuan  penelitian  ini  menunjukkan  bahwa,  keberadaan  aset pengetahuan  yang  paling  berpengaruh  tampak  pada  pengetahuan  konseptual,
sedangkan  terjadinya  akuisisi  pengetahuan  tercermin  adanya  kegiatan  kolaborasi formal.  Daya  serap  koperasi  susu  terhadap  hasil  akuisisi  pengetahuan  lebih
dipengaruhi  oleh  daya  serap  organisasi.  Indikator  terkuat  adanya  konversi pengetahuan  pada  koperasi  susu  adalah  proses  eksternalisasi,  sedangkan  faktor
paling  berpengaruh  dalam  kegiatan  pemecahan  masalah  dan  pengambilan keputusan  adalah  konsensus.  Inovasi  pada  koperasi  susu  lebih  dicirikan  adanya
inovasi produk. Dari  model  struktural  yang  telah  dibentuk,  maka  dapat  dikatakan  bahwa
inovasi  yang  terjadi  pada  koperasi  susu  berhubungan  erat  dengan  kemampuan pemecahan  masalah  dan  pengambilan  keputusan,  sedangkan  konversi
pengetahuan  tidak  terbukti  berpengaruh  terhadap  inovasi.  Keberhasilan pemecahan  masalah  dan  pengambilan  keputusan  pada  koperasi  susu  dipengaruhi
oleh  akuisisi  dan  konversi  dengan  sama  besarnya.  Konversi  pengetahuan  yang terjadi terbukti sangat dipengaruhi oleh kepemilikan aset pengetahuan.
Model  kontribusi  aset  pengetahuan  terhadap  proses  konversi  pengetahuan pada  koperasi  susu  telah  dikembangkan  sebagai  sebuah  model  yang  paling
mendekati  pola  data  yang  diambil  dari  Koperasi  Susu  di  Indonesia.  Model tersebut  dapat  menerangkan  bahwa  secara  bersama-sama  aset-aset  pengetahuan
yang  dimiliki  berkontribusi  terhadap  proses  konversi  pengetahuan,  kecuali  aset pengetahuan  sistemik.  Dibanding  aset  pengetahuan  lainnya,  aset  pengetahuan
156 konseptual  memiliki  korelasi  yang  lebih  besar  terhadap  proses  sosialisasi  dan
eksternalisasi.  Aset  pengetahuan  rutin  memiliki  korelasi  lebih  besar  terhadap proses ekternalisasi. Aset pengetahuan eksperiensial memiliki korelasi lebih besar
terhadap proses internalisasi dan kombinasi.  Dibanding aset pengetahuan lainnya, pengetahuan  sistemik  terbukti  memiliki  korelasi  paling  lemah  terhadap  proses
konversi pengetahuan. Sistem  Pakar  yang  dikembangkan  dengan  model  KM-Scorecard  dirancang
mampu  memberikan  diagnosis  kinerja  koperasi  susu  terkait  penerapan Manajemen  Pengetahuan  dalam  rangka  meningkatkan  inovasinya.  Sistem  Pakar
tersebut  layak  untuk  diterapkan  dan  cukup  fleksibel  untuk  dikembangkan  sesuai dengan kebutuhan.
7.2  Saran
1.  Model  yang  telah  dikembangkan  ini  lebih  menitikberatkan  pada pentingnya  pengembangan  sumberdaya  internal  koperasi  susu.  Namun
tidak dapat disangkal bahwa koperasi membutuhkan dukungan lingkungan eksternal.  Untuk  itu  perlu  penelitian  lebih  lanjut  mengenai  keterkaitan
model penciptaan pengetahuan antara pengambil kebijakan, akademisi dan koperasi dalam rangka mendukung inovasi koperasi.
2.  Operasionalisasi  Sistem  Pakar  KM-Scorecard  belum  dapat  dilakukan secara  mandiri,  untuk  itu  perlu  dirancang  Sistem  Manajemen  Ahliyang
lebih  komprehensif  dan  user  friendly.  Hal  ini  dapat  menjadi  peluang penelitian  lebih  lanjut  di  bidang  Manajemen  Pengetahuan  dengan
perspektif  teori organisasi dan pendekatan sistem.