Metode Analisis Data Korelasi Kanonikal
                                                                                52 konstruk dengan memilih skala pengukuran yang digunakan untuk masing-masing
konstruk tersebut. Tahap kedua, yaitu mengembangkan dan menspesifikasi model pengukuran.
Pada  tahap  ini,  peneliti  mengidentifikasi  setiap  konstruk  variabel  laten  yang tergabung dalam model dan menentukan variabel-variabel indikator dari masing-
masing konstruk tersebut.  Variabel-variabel indikator  inilah yang nantinya akan menghubungkan  variabel-variabel  laten  dengan  data  lapangan.  Pada  dasarnya
model pengukuran memuat informasi mengenai operasionalisasi variabel-variabel teoritis.  Model  pengukuran  terdiri  atas  dua  macam  persamaan,  yaitu  persamaan
variabel  laten  eksogen  dan  persamaan  variabel  laten  endogen  yang  dinotasikan sebagai berikut:
Y
n
= 
y
+
n
X
n
=
 
x
+
n
Di mana:
Y
n
=
indikator ke-n dari variabel laten endogen
y
=  koefisien model pengukuran konstruk y
=  peubah laten endogen
n
=  kesalahan pengukuran untuk y X
n
=  indikator ke-n dari variabel laten eksogen
x
=  koefisien model pengukuran konstruk x
=  peubah laten eksogen
n
=  kesalahan pengukuran untuk x
Tahap  ketiga,  yaitu  merancang  penelitian  untuk  memperoleh  hasil  secara empiris.  Dengan  basis  model  yang  spesifik,  peneliti  harus  menentukan  beberapa
hal  yang  terkait  dengan  rancangan  penelitian,  antaral  lain:  tipe  data  yang dianalisis, pengaruh missing data dan ukuran contoh yang diambil.
Tahap keempat, yaitu validasi model pengukuran. Validasi model dilakukan dengan  beberapa  kriteria  Good-of-fit  GOF  yang  mengindikasikan  derajat
kesesuaian  antara  model  yang  dihipotesiskan  dan  data  yang  diperoleh.    Secara umum, GOF dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1  Absolute  fit  measures  kecocokan  absolut,  yang  hanya  mengkaji  model secara  keseluruhan  model  struktural  dan  model  pengukuran  secara
bersama- sama,  tanpa  penyesuaian  derajat  ‘overfitting’  yang  mungkin
53 terjadi.  Kriteria  yang  dapat  digunakan  adalah  nilai:  chi-square  x
2
= diharapkan  kecil  atau  signifikansi  p    0,05,  degree  of  freedom  DF  =
diharapkan  kecil,  Goodness  of  Fit  Index  GFI  =  semakin  besar  semakin baiktidak  ada  batasan  nilai,  Root  Mean  Square  Error  of  Approximation
RMSEA    0.08,  Root  Mean  Square  Residual  RMSR  =  tidak  ada batasan nilai.
2  Incremental fit measures kecocokan inkremental,  yang membandingkan model yang diusulkan dengan model lain yang ditetapkan peneliti. Kriteria
yang dapat digunakan adalah nilai: Adjusted Goodness of Fit Index AGFI direkomendas
ikan ≥ 0,90, Normed Fit Index NFI semakin tinggi semakin baikdirekomendasikan  ≥  0,90,  Non-Normed  Fit  Index  NNFI
direkomendasikan ≥ 0,90, Comparative Fit Index CFI = semakin tinggi
semakin baik, Incremental Fit Index IFI = semakin tinggi semakin baik, Relative Fit Index RFI = semakin tinggi semakin baik.
3  Parsimonious  fit  measures  kecocokan  parsimoni,  yang  menyesuaikan ukuran  kecocokan  untuk  menghasilkan  perbandingan  antarmodel  dengan
membedakan jumlah koefisien yang diperhitungkan, yang bertujuan untuk menentukan  jumlah  kecocokan  yang  diperoleh  masing-masing  koefisien
yang  diperhitungkan.  Kriteria  yang  dapat  digunakan  adalah  nilai: Parsimonious  Normed  Fit  Index  PNFI  =  semakin  tinggi  semakin  baik,
dan    Parsimonious  Goodness  of  Fit  Index  PGFI  =  semakin  tinggi semakin  baik.  Dalam  SEM,  tidak  satupun  pengukuran  yang  bersifat
mutlak.  Pada  akhirnya  peneliti  yang  memutuskan  apakah  pengukuran dapat  diterima.  Evaluasi  model  yang  diusulkan  perlu  dilakukan  terhadap
sejumlah pengukuran dari setiap kelompok. Tahap  kelima,  yaitu  menspesifikasi  model  struktural.  Spesifikasi  model
struktural  dilakukan  dengan  menentukan  hubungan  antara    satu  konstruk  dengan konstruk lainnya berdasarkan teori-teori  yang sudah dikembangkan cukup mapan
atau  teori  baru  yang  dikembangkan  sendiri  oleh  peneliti,  yang  pembuktiannya memerlukan  pengujian  empirik.  Pengujian  empirik  menggunakan  teknik  SEM,
tidak  untuk  membentuk  sebuah  teori  kausalitas,  tetapi  digunakan  untuk  menguji
54 kausalitas yang sudah ada teorinya. Pada tahap ini, hipotesis untuk masing-masing
hubungan antar konstruk ditentukan. Tahap keenam, yaitu validasi model struktural.  Dengan menentukan tingkat
signifikasi tertentu, maka setiap koefisien yang diestimasi dapat diuji signifikansi statistiknya  untuk  hubungan  kausal  yang  telah  dihipotesiskan.  Kriteria  yang
digunakan  adalah  tingkat  signifikansi    0,05  dengan  nilai  t  pada  koefisien persamaan struktural  1,96.  Setelah  model  dapat  diterima,  maka  dilakukan
kajian korespondensi  model terhadap teori  yang  diajukan. Dalam SEM, keluaran paling  akhir  yang  diharapkan  selalu  merupakan  kajian  serangkaian  hubungan.
Penggunaan SEM bukan sekedar untuk menguji model secara empiris, melainkan juga  memberikan  alternatif  respesifikasi  modelnya.  Tahapan  pengembangan
model SEM secara skematis ditampilkan pada Gambar 9.
55
Gambar 9  Tahapan Pengembangan Structural Equation Modeling Mengembangkan dan Menspesifikasi  Model