relatif konstan atau lebih banyak ditentukan oleh perusahaan, sedangkan harga produk pertanian relatif berfluktuasi karena produk pertanian mempunyai
beberapa sifat yaitu: 1.
Keadaan biologi di lingkungan pertanian, seperti hama dan penyakit begitu juga iklim menyebabkan output pertanian bersifat musiman dan tidak
kontinu. 2.
Adanya time lags waktu yang terlambat ketika keputusan dalam menggunakan input dan menjual output dibidang industri waktu ini
sangat dekat. 3.
Keadaan pasar, khususnya struktur pasar dan berbagai anggapan tentang pasar pertanian yang menyebabkan semakin tidak menentunya harga
dibidang pertanian. 4.
Dampak dari institusi, seperti BULOG dan komitmen perdagangan antara lain pengurangan tarif dan lain-lain.
2.5.1 Kebijakan Harga
Kebijakan harga dan non-harga untuk komoditas pangan telah lama dikenal dalam literatur ekonomi pertanian. Namun, kebijakan harga bagi
kepentingan petani padi dan beras pertama sekali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1969. Sejak itu, kebijakan harga dan non-harga dilaksanakan secara
bersamaan, sehingga Indonesia mampu meningkatkan produksi gabah yang tinggi. Kebijakan harga gabahberas untuk produsen dapat terlaksana karena
adanya pengadaan, dalam hal ini BULOG sebagai lembaga pengesekusi.
Universitas Sumatera Utara
Pengadaan gabahberas dapat terealisasi karena adanya mekanisme penyalurannya. Penyaluran beras pengadaan tersebut akan terhambat apabila
kualitas gabahberas tetap rendah. Kualitas gabah dan beras adalah salah satu kunci daya saing industri padi
dan beras nasional. Oleh karena itu, kebijakan harga dan insentif pendukung lainnya perlu dirancang untuk saling memperkuat keterkaitan tersebut, sehingga
mampu memperkuat industri primer padi dan industri sekunder beras. Pemerintah mendorong petani untuk meningkatkan produksi melalui
program bimbingan massal BIMAS pada pertengahan 1960an. Pada awalnya, pemerintah mendorong petani untuk meningkatkan produksi padi melalui
kebijakan non-harga, seperti memperkenalkan varietas unggul padi, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, perbaikan pengairan, dan perbaikan teknik
pertanian. Namun kebijakan non-harga saja ternyata belum cukup ampuh untuk mendorong petani meningkatkan produksi, karena harga gabahberas yang
diterima petani seringkali di bawah biaya produksi Pemerintah melalui Inpres no. 9 tahun 2001 mengganti kebijakan HDG
harga dasar gabah menjadi Harga Dasar Pembelian Pemerintah HDPP , dan selanjutnya diubah lagi menjadi Harga Pembelian Pemerintah HPP melalui
Inpres No.2 tahu 2005. Kebijakan HPP memang berbeda dengan kebijakan HDG,walaupun keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyangga harga
gabah supaya tidak anjlok utamanya pada musim panen raya melalui intervensi peningkatan permintaan pembelian harga gabah.
Universitas Sumatera Utara
Volume pembelian dan harga gabah pada kebijaka HPP telah ditentukan dengan kemampuan menajemen pemerintah misalnya 2 juta ton beras dengan
harga Rp 3550 per kg, sehingga diharapkan dengan jumlah pembelian sebesar itu, tekanan terhadap anjloknya harga gabah pada musim panen raya dapat
dikurangi. Dengan demikian kebijakan HPP tidak menjamin bahwa harga gabah di pasar, utamanya pada panen raya, di atas HPP yang telah ditetapkan
pemerintah. Kebijakan harga melalui jaminan harga dasar dapat memperkecil resiko
dalam berusahatani, karena petani terlindungi dari kejatuhan harga jual gabahberas di bawah ongkos produksi, yang sering terjadi dalam musim panen
raya. Manakala resiko suatu usaha dapat ditekan sekecil mungkin, maka ketersediaan beras dari produksi dalam negeri lebih terjamin.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisa pengaruh luas lahan produktif dan harga dasar beras terhadap ketahanan pangan kota
Padangsidimpuan dalam kurun waktu 36 bulan selama 3 tahun 2008-2010 3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk times series yang bersifat kuantitatif yaitu data-data yang berupa
angka-angka, sedangkan sumber data diperoleh dari publikasi Badan Ketahanan Pangan dan Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan dengan kurun waktu 36
bulan selama 3 tahun 2008-2010, serta bahan-bahan kepustakaan jurnal, serta website-website yang terkait.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan library research, yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-
bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel dan laporan- laporan penelitian yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan pencatatan secara langsung dari sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara