Pekerjaan Status Perkawinan 7.03 PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Widodo S 1999 di RSUP Dr. Kariadi Semarang yang menemukan bahwa proporsi pendidikan tertinggi penderita NPB adalah dari SLTA 46,8. 42

e. Pekerjaan

Proporsi penderita NPB yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2010 berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada gambar 6.5 di bawah ini: Gambar 6.5. Diagram Bar Distibusi Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 Berdasarkan gambar 6.5 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita NPB berdasarkan pekerjaan adalah Ibu Rumah Tangga 34,3. Universitas Sumatera Utara Tingginya proporsi penderita NPB dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga berkolaberasi dengan sikap waktu bekerja yaitu banyak duduk, berdiri lama serta bekerja terus menerus. 16 Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Windari, N.W 2010 di RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat yang mengemukakan bahwa proporsi tertinggi berdasarkan pekerjaan penderita NPB adalah Ibu Rumah Tangga 36,1. 45

f. Status Perkawinan

Proporsi penderita NPB yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2010 berdasarkan status perkawinan dapat dilihat pada gambar 6.6 di bawah ini: 79.3 9.3 7.8 3.6 Kawin Belum kawin Janda Duda Gambar 6.6. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Status Perkawinan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan gambar 6.6 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita NPB berdasarkan status perkawinan adalah kawin 79,3 dan terendah adalah janda 3,6. Hal ini disebabkan karena umur penderita NPB pada umumnya berada pada usia perkawinan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Altinel L., dkk 2008 di wilayah Afyon, Turki dengan desain kasus kontrol yang menunjukkan proporsi tertinggi berdasarkan status perkawinan penderita NPB adalah kawin 97. 37

g. Daerah Asal

Proporsi penderita NPB yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2010 berdasarkan daerah asal dapat dilihat pada gambar 6.7 di bawah ini: 78.6 21.4 Kota Medan Luar Kota Medan Gambar 6.7. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Daerah Asal di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan gambar 6.7 dapat diketahui bahwa proporsi penderita NPB berdasarkan daerah asal adalah dari Kota Medan 78,6. Hal ini dikaitkan dengan lokasi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi yang berada di kota Medan sehingga penderita NPB yang datang berobat sebagian besar berasal dari kota Medan. Penderita NPB yang berasal dari luar kota Medan meliputi daerah Deli Serdang, Prapat, Tebing Tinggi, Siantar, Binjai, Perbaungan, Sibolga, Bandar Pulau, Kabanjahe, Langkat, Berastagi dan Aceh.

6.1.2. Riwayat Cedera Trauma

Proporsi penderita NPB yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2010 berdasarkan riwayat cedera trauma punggung dapat dilihat pada gambar 6.8 di bawah ini: 72.9 27.1 Tidak pernah Pernah Gambar 6.8. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Cedera Trauma di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan gambar 6.8 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita NPB yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan adalah yang tidak pernah mengalami cedera trauma punggung sebelumnya 72,9. Riwayat cedera trauma punggung sebelumnya seperti pernah mengalami kecelakaan lalu lintas, jatuh, fraktur merupakan beberapa contoh trauma yang diketahui memicu nyeri punggung bawah. Sekitar 20 kasus NPB disebabkan oleh riwayat cedera trauma sebelumnya. 48 Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Widodo S., 1999 di RSUP Dr. Kariadi Semarang bahwa berdasarkan riwayat cederatrauma penderita NPB tertinggi adalah yang tidak pernah mendapat cederatrauma 87,5. 42

6.1.3. Klasifikasi NPB

Jumlah penderita berdasarkan klasifikasi NPB dan umur penderita yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar 6.9 di bawah ini: Universitas Sumatera Utara Gambar 6.9. Diagram Bar Distibusi Jumlah Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Rincian Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 Berdasarkan gambar 6.9 dapat dilihat bahwa penderita NPB Mekanikal dengan jumlah penderita terbanyak disebabkan traumatik 50 orang penderita dan degeneratif 42 orang, penderita NPB Nonmekanikal dengan jumlah penderita terbanyak adalah referred pain 15 orang penderita. Pada NPB Mekanikal, degenerasi diskus intervebra dan hipertrofi pada pinggir-pinggir tulang vertebra menyebabkan penyempitan dan tekanan pada saraf- saraf spinal. Pembatasan gerakan sepanjang kolom vertebra menyebabkan gerakan Universitas Sumatera Utara berlebihan sehingga menimbulkan tarikan dan tekanan pada otot-otot dan ligamen yang menimbulkan rasa nyeri di punggung bawah. 18 Bernard, dkk menemukan bahwa perubahan fibrosus degeneratif terjadi pada usia 40-60 tahun dan akan bertambah parah sejalan dengan bertambahnya usia 60-83 tahun. 46 Referred pain pada NPB Nonmekanikal merupakan rasa nyeri rujukan ke daerah lumbosakral dan sakroiliaka dari kelainan yang terdapat dalam rongga panggul, perut dan retroperitoneal. Pada NPB jenis ini tidak terdapat rasa kaku dan gerakan tidak mempengaruhi intensitas nyeri. 16 Sehingga berdasarkan data yang telah tersedia, NPB dapat diklasifikasikan menjadi NPB Mekanikal dan NPB Nonmekanikal yang dapat dilihat pada gambar 6.10 berikut: 77.1 22.9 NPB Mekanikal NPB Nonmekanikal Gambar 6.10. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan gambar 6.10 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita NPB yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan berdasarkan klasifikasi NPB adalah NPB Mekanikal 77,1. Sembilan puluh persen 90 penderita NPB mempunyai dasar penyebab mekanik. NPB mekanik didefenisikan sebagai NPB pada struktur anatomik normal yang digunakan secara berlebihan atau nyeri terhadap trauma dan degenerative. 41 Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Galukande, M., et al 2005 di Rumah Sakit Mulago Uganda yang mengemukakan bahwa proporsi tertinggi penderita NPB Mekanikal adalah sebesar 62,3. 43

6.1.4. Penatalaksanaan Medis

Proporsi penderita NPB berdasarkan penatalaksanaan medis konservatif yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar 6.11 di bawah ini: 100 31.4 8.6 6.4 20 40 60 80 100 120 Medikamentosa Fisioterapi Tirah baring Korset Je nis Pe natalaksanaan M e dis Konse rv atif P ro p o rs i Gambar 6.11. Diagram Bar Distibusi Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Konservatif di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan gambar 6.11 di atas dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penatalaksanaan medis penderita secara konservatif dilakukan dengan medikamentosa 100. Untuk lebih rinci, proporsi kombinasi penatalaksanaan medis konservatif dapat dilihat pada gambar 6.12. di bawah ini: Gambar 6.12. Diagram Bar Distibusi Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Rincian Penatalaksanaan Medis Konservatif di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 Berdasarkan gambar 6.12 di atas dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi rincian penatalaksanaan medis penderita secara konservatif dilakukan dengan medikamentosa 62,9. Universitas Sumatera Utara Penatalaksanaan medis konservatif NPB berupa medikamentosa, mobilisasi, fisioterapi dan tirah baring. Salah satu atau semua komponen pengobatan konservatif ini dapat diterapkan pada penderita. Penatalaksanaan medis konservatif pada penderita NPB sangat efektif untuk mengatasi NPB sehingga penderita tidak memerlukan pemeriksaan mendalam ataupun operasi. 41

6.1.5. Lama Rawatan Rata-rata

Lama rawatan rata-rata penderita NPB yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2010 adalah 7,21 hari 7 hari dengan Standard Deviasi SD 5,949 hari. Lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawatan paling lama 33 hari. Berdasarkan 95 CI didapatkan lama rawatan rata-rata 6,22- 8,21 hari. Karakteristik penderita yang paling lama dirawat dengan lama rawatan maksimum 33 hari yaitu laki-laki berumur 63 tahun, suku Batak, beragama Islam, tingkat pendidikan terakhir S1 dan pekerjaan PNS, penyebab NPB adalah spondilosis yang merupakan NPB Mekanikal, tidak memiliki riwayat cedera trauma, dan penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah medikamentosa. Lamanya pasien tersebut dirawat disebabkan karena ada penyakit lain yang diderita oleh pasien yaitu Hipertensi berat. Penderita dirawat inap atas dua keluhan yaitu NPB dan hipertensi. Penyakit hipertensi yang diderita mengakibatkan proses penyembuhan NPB berlangsung lambat. Setelah keadaan penderita terlihat membaik, penderita kemudian diperbolehkan pulang berobat jalan. Universitas Sumatera Utara

6.1.6. Sumber Biaya

Proporsi penderita NPB berdasarkan sumber biaya yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar 6.13 di bawah ini: 80.7 19.3 Bukan Biaya Sendiri Biaya Sendiri Gambar 6.13. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Sumber biaya di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 Berdasarkan gambar 6.13 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi sumber biaya penderita NPB adalah bukan biaya sendiri 80,7. Banyaknya pasien yang melakukan pengobatan bukan dengan biaya sendiri karena Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit yang menerima pasien dengan Askes, Jamkesmas, Jamkesda dan JPKMS. Untuk lebih jelasnya, rincian sumber biaya dapat dilihat pada gambar 6.14: Universitas Sumatera Utara Gambar 6.14. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Sumber biaya Askes, Medan Sehat dan Umum di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 Berdasarkan gambar 6.14 diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita NPB berdasarkan sumber biaya adalah Askes 69,3. Besarnya proporsi penderita NPB yang rawat inap menggunakan Askes karena banyaknya penderita yang bekerja sebagai PNS sehingga mereka dapat menggunakan Askes sebagai sumber biaya pengobatan. Selain itu, pasangan dan anak dari pemilik Askes juga dapat menggunakan Askes sebagai sumber biaya pengobatan. Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan merupakan salah satu rumah sakit rujukan untuk daerah Sumatera Utara karena memiliki fasilitas terlengkap dan tenaga kesehatan profesional lebih banyak dibandingkan rumah sakit lainnya. Sehingga bila ada rumah sakit yang tidak mampu untuk menangani kasus kesehatan tertentu akan langsung dirujuk ke RSU Dr. Pirngadi Medan. Universitas Sumatera Utara

6.1.4. Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita NPB berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar 6.15 di bawah ini: 64.3 19.3 16.4 Pulang Berobat Jalan PBJ Sembuh Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS Gambar 6.15. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB yang Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 Berdasarkan gambar 6.15 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita NPB berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan 64,3. Penderita NPB diperbolehkan dokter meninggalkan rumah sakit jika kondisinya telah membaik dan memungkinkan untuk pulang. Namun, penderita NPB yang diperbolehkan pulang harus melakukan kontrol paska pengobatan berobat jalan karena penyembuhan NPB umumnya relatif lama. Universitas Sumatera Utara 6.2. Analisa Statistik 6.2.1. Umur Berdasarkan Klasifikasi NPB Proporsi umur penderita NPB yang rawat inap di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2010 berdasarkan klasifikasi NPB dapat dilihat pada gambar 6.16 di bawah ini: Gambar 6.16. Diagram Batang Proporsi Umur Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 Berdasarkan gambar 6.16 dapat dilihat proporsi tertinggi penderita NPB dengan NPB Mekanikal, adalah pada kelompok umur 41-65 tahun 42,6. Proporsi tertinggi penderita NPB Nonmekanikal adalah kelompok umur 41-65 tahun 53,1. Tingginya proporsi NPB mekanikal pada umur 41-65 tahun disebabkan karena pada umur tersebut telah terjadi proses degenerasi. Universitas Sumatera Utara Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p0,05, artinya secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan klasifikasi NPB. Hal ini diasumsikan karena setelah melalui periode puncak atau masa keemasan pada usia sekitar 40 tahun, setiap manusia akan mulai menurun grafik hidupnya. Berbagai organ, sel, dan fungsi berbagai faktor dalam tubuh akan mengalami kemunduran seperti penurunan metabolisme tubuh dan keterbatasan aktivitas fisik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ginting N. 2010 bahwa tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan klasifikasi NPB p0,05. 15

6.2.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Klasifikasi NPB

Proporsi jenis kelamin penderita NPB yang rawat inap di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2010 berdasarkan klasifikasi NPB dapat dilihat pada gambar 6.17 di bawah ini: Universitas Sumatera Utara 36.1 63.9 50.0 50.0 10 20 30 40 50 60 70 NPB Mekanikal NPB Nonmekanikal Klasifikasi NPB P ro p o rs i Laki-laki Perempuan Gambar 6.17. Diagram Batang Proporsi Jenis Kelamin Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009- 2010 Berdasarkan gambar 6.17. di atas dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita NPB Mekanikal adalah perempuan 63,9. Proporsi penderita NPB Nonmekanikal berdasarkan jenis kelamin adalah sama pada laki-laki maupun perempuan 50,0. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p0,05, artinya secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan klasifikasi NPB. Tingginya proporsi penderita NPB Mekanikal pada perempuan dikaitkan dengan pekerjaan dari sebagian besar perempuan yang menderita NPB adalah ibu rumah tangga. Pada NPB Nonmekanikal proporsi penderita NPB laki-laki dan perempuan adalah sama, penyebab NPB terbanyak adalah karena referred pain. Pada Universitas Sumatera Utara wanita NPB dikaitkan karena penyakit-penyakit ginekologis sedangkan pada pria berhubungan dengan penyakit pada prostat. 17 Kehilangan kepadatan tulang pada pria dan wanita berbeda. Pria hanya kehilangan 20-30 massa tulang selama hidupnya, sedangkan wanita kehilangan massa tulang lebih tinggi yaitu 30-40. 50 Berkurangnya hormon estrogen pada masa menapouse dikaitkan dengan semakin cepatnya masa tulang yang berkurang pada wanita. Ketika tingkat hormon estrogen turun setelah menapouse, tulang mengalami reabsoprsi lebih cepat.

6.2.3. Jenis Pekerjaan Penderita Berdasarkan Klasifikasi NPB

Proporsi jenis pekerjaan berdasarkan klasifikasi NPB penderita yang rawat inap di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar 6.18 di bawah ini: 22.2 28.1 69.5 68.8 8.3 3.1 10 20 30 40 50 60 70 80 NPB Mekanikal NPB Nonmekanikal Klasifikasi NPB P ro p o rs i Pekerjaan Ringan Pekerjaan Sedang Pekerjaan Berat Gambar 6.18. Diagram Batang Proporsi Jenis Pekerjaan Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan gambar 6.18 di atas dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita NPB Mekanikal adalah pada jenis pekerjaan sedang 69,5. Proporsi tertinggi penderita NPB Nonmekanikal adalah pada jenis pekerjaan sedang 68,8. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p0,05, artinya secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis pekerjaan berdasarkan klasifikasi NPB. Penyebab utama NPB adalah karena faktor mekanis, seperti tarikan dan regangan mekanis yang umum terjadi pada aktivitas fisik berat terkait pekerjaan. Dalam studi Kadvar Porter dalam Zaki menemukan pekerja yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi semasa hidupnya memiliki tingkat kekuatan tulang belakang dan intervertebralis yang lebih tinggi sehingga akan memiliki kekuatan serta fleksibilitas otot dan persendian yang lebih baik. Dibanding dengan pekerja dengan aktivitas fisik rendah, dapat mengakibatkan kekakuan otot dan persendian tulang punggung sehingga lebih rentan menderita NPB. 49 Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Widodo, S 1999 di Semarang yang mengemukakan bahwa jenis pekerjaan penderita yang paling banyak ditemukan adalah tingkat menengahsedang 71,88. 42

6.2.3. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Klasifikasi NPB

Proporsi lama rawatan rata-rata penderita NPB yang rawat inap berdasarkan klasifikasi NPB di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar 6.19 di bawah ini: Universitas Sumatera Utara

7.27 7.03

1 2 3 4 5 6 7 8 NPB Mekanikal NPB Nonmekanikal Klasifikasi NPB Lama Rawatan Rata-rata hari Gambar 6.19. Diagram Batang Lama Rawatan Rata-rata Penderita Nyeri Punggung Bawah yang Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009- 2010 Berdasarkan gambar 6.19. di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita NPB Mekanikal adalah 7,27 hari 7 hari, lama rawatan rata-rata 32 penderita NPB Nonmekanikal adalah 7,03 hari 7 hari. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh nilai p0,05, artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata- rata berdasarkan klasifikasi NPB. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan klasifikasi NPB tidak menentukan lamanya penderita dirawat di rumah sakit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ginting N. 2010 di Rumah Sakit Santa Elisabeth bahwa lama rawatan rata-rata penderita NPB mekanikal adalah 7,19 hari dan NPB Nonmekanikal 5,82 hari 6 hari. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan klasifikasi NPB p0,05. 15 Universitas Sumatera Utara

9.52 7.1