penyakit visceral menghasilkan juga nyeri abdominal dengan manifestasi masing- masing organ yang terganggu.
NPB yang bersifar referred pain memiliki ciri-ciri khas yaitu: g.1 Nyeri hanya dirasakan berlokasi di punggung bawah
g.2. Daerah lumbal setempat tidak memperlihatkan tanda-tanda abnormal, yakni tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri gerak, tidak ada nyeri isometrik dan
motalitas punggung tetap baik. Walaupun demikian sikap tubuh mempengaruhi bertambah atau meredanya referred pain.
g.3. Referred pain lumbal ada kalanya merupakan ungkapan dini satu-satunya
penyakit visceral. g.4. Dalam tahap klinis dan selanjutnya, penyakit visceral mengungkapkan
adanya keadaan patologik melalui manifestasi gangguan fungsi dan referred pain
di daerah lumbal.
h. NPB psikoneurotik
17
Beban psikis yang dirasakan berat oleh penderita, dapat pula bermanifestasi sebagai nyeri punggung karena menegangnya otot-ototnya. NPB karena problem
psikoneuretik misalnya disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai dasar organik
dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan NPB dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai
dengan penemuan gangguan fisiknya. Ada 3 jenis keluhan NPB pada penderita psikoneurotik. Yang pertama ialah
seorang histerik. Ia sungguh-sungguh merasakan sakit di pinggang, tetapi sakit
Universitas Sumatera Utara
pinggangnya merupakan ungkapan penderitaan mentalnya kepada dunia luar. Yang kedua ialah seorang pengeluh . Dalam hidupnya banyak waktu terbuang
untuk merengek rengek saja. Letaknya nyerinya berubah ubah, misal di kepala, lain kali perutnya kembung, punggung bawah sakit dan seterusnya. Penyakitnya
adalah sekaligus hobinya. Dan yang ketiga adalah seorang yang dengan keluhannya hendak memperoleh uang ganti rugi. Dan sakit pinggangnya dikenal
sebagai NPB kompensantorik.
j. Infeksi
13
Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan infeksi akut misalnya kuman pyogenik stafilokokus, streptokokus. NPB yang disebabkan
infeksi kronik misalnya spondilitis TB.
2.4.2. Diagnosis Banding
21
Berdasarkan penyebab NPB yang telah dijelaskan, masing-masing penyebab tersebut dapat dikategorikan kedalam beberapa diagnosis banding antara lain:
a. NPB Mekanikal NPB akibat kondisi mekanik antara lain: kongenital, degeneratif, trauma dan
gangguan mekanik, dan gangguan metabolik. b. NPB Nonmekanikal
NPB akibat kondisi nonmekanik antara lain: radang, tumor, infeksi, dan problem psikoneurotik.
Universitas Sumatera Utara
c. NPB Penyakit Viseral NPB karena penyakit viseral adalah penyakit yang berhubungan dengan organ
pelvis dan alat-alat dalam lain misal nephrolitiasis, pyelenopritis, aortic anyeurym, dll.
2.5. Epidemiologi NPB 2.5.1. Distribusi NPB
a. Menurut Orang
22, 13
Pada umumnya sekitar 70-80 orang dewasa diestimasikan akan pernah menderita Nyeri Punggung Bawah dalam hidup mereka. Insidensi nyeri pinggang di
negara berkembang lebih kurang 15-20 dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik.
Hasil penelitian Perdossi 2001 pada 44 pasien penderita NPB di Jakarta diketahui bahwa kelompok umur pria yang sering menderita NPB adalah kelompok
umur 30-39 tahun, sedangkan pada wanita adalah kelompok umur 50-59 tahun. Berdasarkan penelitian Tavafian SS, et al 2004 pada 101 wanita penderita
NBP di Iran diperoleh umur rata-rata wanita yang menderita NPB adalah 44 tahun dengan berat badan rata-rata 69 kg.
b. Menurut Tempat dan Waktu
Nyeri Punggung Bawah adalah masalah yang banyak dihadapi oleh banyak negara dan menimbulkan banyak kerugian.
16
Berdasarkan data dari penelitian Picavet dan Schouten 2001 untuk melihat prevalensi nyeri muskoletal termasuk NPB pada
beberapa negara di dunia, diketahui prevalensi penderita NPB di Swedia pada tahun
Universitas Sumatera Utara
1998 adalah sebesar 56, Norwegia pada tahun 1997 sebesar 21,6, Spanyol pada tahun 1999 sebesar 23,7, dan di Belanda pada tahun 2001 adalah sebesar 26,9
dari total populasi.
8
Pada tahun 1998, prevalensi penderita NPB di Inggris adalah 40 dalam 1 tahun terakhir. Ada sedikit peningkatan dibandingkan tahun 1996 dengan prevalensi
NPB 35. Pada tahun 1992 prevalensi NPB hanya 10.
38
Menurut Altinel Levent, et al 2008, prevalensi penduduk Turki menderita NPB adalah 51 selama hidup mereka.
37
Di Rumah sakit Dr. Kariadi Semarang, proporsi pasien baru yang berkunjung di Divisi Rehabilitasi Medik pada tahun 1995 adalah sebanyak 20 276 orang
dengan keluhan NPB dengan 5 orang harus menjalani operasi. Pada bulan Mei tahun 2000 di tempat yang sama didapatkan 52 penderita 5 NPB dari 1092 pasien baru
yang berkunjung di RS ini.
23
Menurut Harsono 1991 di rawat jalan unit penyakit saraf RSUP Dr. Sardjito, penderita NPB meliputi kurang dari 5,5 dari jumlah pengunjung, sementara
proporsi NPB rawat inap 8-9.
24
2.5.2. Determinan Nyeri Punggung Bawah
Faktor pencetus untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas, pekerjaan, faktor psikososial, riwayat cedera punggung sebelumnya, aktivitas
olahraga dan kebiasaan merokok.
27
Universitas Sumatera Utara
a. Usia Usia merupakan faktor yang memperberat terjadinya NPB, sehingga biasanya
diderita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda.
Penelitian telah memperlihatkan bahwa resiko dari NPB meningkat pada pasien yang semakin tua, tetapi ketika mencapai usia sekitar 65 tahun resiko
akan berhenti meningkat. Tetapi saat ini sering ditemukan orang berusia muda sudah terkena NPB. Bahkan anak-anak dan remaja saat ini ini semakin
beresiko mengalami nyeri punggung akibat menghabiskan terlalu banyak waktu membungkuk di depan komputer atau membawa tas sekolah yang berat
dari dan ke sekolah.
6
Dalam penelitian Louw, Q.A, et al 2007 di Afrika ditemukan bahwa populasi yang paling banyak menderita NPB meliputi kelompok usia pekerja
produktif 48. Kelompok usia sekolah yang menderita NPB adalah 15 dari total penderita NPB. Prevalensi anak-anak dan remaja untuk menderita
NPB adalah 33 sedangkan prevalensi orang dewasa menderita NBP adalah 50.
39
Menurut penelitian Jones, G.T 2004 di Inggris ditemukan bahwa pada anak- anak dan remaja memiliki resiko yang sama seperti orang dewasa dalam
menderita NPB dengan prevalensi 70-80. Walaupun banyak kasus anak- anak yang dilaporkan aktivitas sehari-harinya terhambat karena menderita
NPB, namun gangguan seriusparah jarang ditemukan sehingga konsultasi kesehatan dan rawat inap masih jarang dilakukan.
12
Universitas Sumatera Utara
b. Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri
punggung bawah sampai umur 60 tahun. Namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya NPB, karena pada wanita
keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan
tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya NPB.
Berdasarkan penelitian Altinel, Levent, et al 2007 di Turki didapatkan bahwa prevalensi NPB pada perempuan adalah 63,2 dan pada laki-laki
sebesar 33,8 setidaknya satu kali dalam hidup mereka untuk menderita NPB.
37
c. Obesitas Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih, risiko timbulnya NPB
lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya NPB.
Obesitas dapat diukur dengan menggunakan IMT Indeks Massa Tubuh dengan rumus BBkgTB
2
m. WHO telah menetapkan standar obesitas pada orang Asia yaitu dengan ukuran IMT
≥ 25kgm
2
.
40
Inggris memiliki prevalensi obesitas yang pertumbuhannya paling cepat di negara Barat dan hal ini mungkin berperan terhadap masalah punggung pada
tahun-tahun yang akan datang. Frekuensi obesitas orang dewasa hampir empat
Universitas Sumatera Utara
kali lipat dalam 25 tahun terakhir. Tiga perempat orang Inggris memiliki berat badan berlebih.
25
Menurut penelitian Putri Perdani 2010 dengan desain penelitian kasus kontrol terhadap 110 responden didapat orang yang mempunyai postur tubuh
piknik beresiko 6,9 kali OR=6,9 untuk timbulnya nyeri punggung bawah. Dengan adanya berat badan berlebih, terutama beban ekstra di daerah perut
dapat menyebabkan tekanan pada daerah tersebut meningkat.
26
d. Pekerjaan Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka
terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja
statis. Oleh karena itu, riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab NPB.
Berdasarkan penelitian Punnet Laura, et al 2005 dengan desain Kohort pada 1.404 subjek, diperoleh bahwa kategori pekerjaan pekerja sales RR=1,38
operator RR=2,39, pekerja pelayanan jasa RR=2,67, dan petani RR=5,17 memiliki hubungan dalam menimbulkan NPB.
33
e. Faktor Psikososial Berbagai faktor psikologis dan sosial dapat meningkatkan risiko NPB.
Kecemasan, depresi, stress, tanggung jawab, ketidakpuasan kerja, mental, stress di tempat kerja dapat menempatkan orang-orang pada peningkatan
risiko NPB kronis.
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian Muto Shigeki et al 2005 di Jepang pada 975 subjek yang bekerja sebagai guru sekolah dengan desain penelitian cross sectional
didapatkan bahwa jumlah kasus guru berjenis kelamin pria yang menderita NPB dan mengalami depresi dalam pekerjaannya ada sebanyak 58 kasus
59,2 dibandingkan dengan jumlah subjek pria seluruhnya, sedangkan guru perempuan penderita NPB yang mengalami depresi dalam pekerjaan ada
sebanyak 121 kasus 59,9 dibandingkan dengan jumlah seluruh guru wanita yang diteliti. Berdasarkan penelitian tersebut, kasus NPB yang dilaporkan
dengan gejala depresi jumlahnya lebih banyak proporsi 60 dibandingkan dengan yang tidak mengalami depresi.
34
f. Riwayat cederatrauma Satu-satunya alat prediksi terbaik NPB adalah riwayat cederatrauma.
Seseorang yang pernah mengalami cederatrauma sebelumnya beresiko untuk mengalami NPB dikarenakan faktor kekambuhan atau karena cedera tersebut
berlangsung kronis.
41
g. Aktivitas olahraga Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab NPB yang sering tidak disadari
oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang
salah dapat menyebabkan NPB. Misalnya seorang pelajar mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi tidur
yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang tulang belakang.
Universitas Sumatera Utara
Posisi mengangkat beban dengan berdiri lalu langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah.
Selain sikap tubuh yang salah yang sering kali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1
jam sehari, melakukan aktivitas dengan duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, dapat pula meningkatkan resiko timbulnya NPB.
Pada penelitian Putri Perdiani 2010 dengan desain penelitian kasus kontrol terhadap 110 responden didapat bahwa posisi duduk memiliki hubungan yang
bermakna dengan nyeri punggung bawah OR= 6,01, orang yang mempunyai posisi duduk beresiko 6,01 kali untuk timbulnya NPB.
26
h. Merokok Perokok lebih beresiko terkena NPB dibandingkan dengan yang bukan
perokok. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen ke cakram dan berkurangnya oksigen darah akibat nikotin terhadap penyempitan
pembuluh darah arteri. Menurut penelitian Sarnad, Nurul I, dkk 2010 di Malaysia ditemukan bahwa
perokok beresiko 1,32 kali OR=1,32 untuk menderita NPB dibandingkan dengan yang bukan perokok.
5
Universitas Sumatera Utara
2.6. Pencegahan Nyeri Punggung Bawah 2.6.1. Pencegahan Primer
16, 28, 20
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat tetap memiliki faktor resiko agar tetap sehat atau mencegah orang
yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan: a. Lakukan aktivitas yang cukup yang tidak terlalu berat
b. Selalu duduk dalam posisi yang tepat.”Duduk harus tegap, sandaran tempat duduk harus tegak lurus, tidak boleh melengkung. Posisi duduk berarti membebani
tulang belakang 3-4 kali berat badan, apalagi duduk dalam posisi yang tidak tepat. Sementara pada posisi berdiri, punggung hanya dibebani satu setengah kali berat
badan normal. c. Jangan terlalu lama duduk. Untuk orang normal, cukup satu setengah jam hingga
dua jam. Setelah itu, sebaiknya berdiri dan lakukan peregangan dan duduk lagi lima menit kemudian.
d. Jangan membungkuk ketika berdiri atau duduk. Ketika berdiri, jaga titik berat badan agar seimbang pada kaki. Saat bekerja di rumah atau di kantor, pastikan
permukaan pekerjaan berada pada ketinggian yang nyaman untuk bekerja. e. Jika tidur, pilih tempat tidur yang baik, misalnya yang memiliki matras kasur
yang kuat firm, sehingga posisi tidur tidak melengkung. Yang paling baik adalah tidur miring dengan satu bantal di bawah kepala dan dengan lutut yang
dibengkokkan. Bila tidur terlentang sebaiknya diletakkan bantal kecil di bawah lutut.
Universitas Sumatera Utara
f. Lakukan olah raga teratur. Pilih olah raga yang berfungsi menguatkan otot-otot perut dan tulang belakang, misalnya sit up. Postur tubuh yang baik akan
melindungi dari cedera sewaktu melakukan gerakan, karena beban disebarkan merata keseluruh bagian tulang belakang.
g. Berjalan rileks dengan sikap tubuh tegak. h. Bila mengendarai mobil, jok mobil jangan terlalu digeser ke belakang hingga
posisi tungkai hampir lurus. i. Kenakan sepatu yang nyaman dan bertumit rendah.
j. Jangan mengangkat dengan membungkuk. Angkat objek dengan menekuk lutut dan berjongkok untuk mengambil objek. Jaga punggung lurus dan terus dekatkan
objek ke tubuh. Hindari memutar tubuh saat mengangkat. Lebih baik mendorong daripada menarik ketika harus memindahkan benda berat. Minta bantuan orang
lain bila mengangkat benda yang berat. k. Jaga nutrisi dan diet yang tepat untuk mengurangi dan mencegah berat badan
berlebihan, terutama lemak di sekitar pinggang. Diet harian yang cukup kalsium, fosfor, dan vitamin D membantu menjaga pertumbuhan tulang baru.
l. Berhenti merokok. Merokok mengurangi aliran darah ke tulang punggung bagian bawah dan menyebabkan cakram tulang belakang mengalami degenerasi.
2.6.2. Pencegahan Sekunder
30, 24, 31
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghindarkan komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan pada orang yang telah sakit. Pencegahan sekunder ini
Universitas Sumatera Utara
dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan yang cepat dan tepat.
a. Diagnosis Klinis NPB
Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
a.1. Anamnesis Mengingat struktur punggung bawah yang sangat berdekatan dengan organ
lain yang terletak di dalam rongga perut serta rongga pelvis, dan juga mengingat banyaknya faktor penyebab NPB, maka anamnesis terhadap setiap
keluhan NPB akan merupakan sederetan daftar pertanyaan yang harus diajukan kepada penderita atau pengantarnya. Daftar pertanyaan tersebut
diharapkan dapat mengurangi adanya kemungkinan hal-hal yang terlewatkan dalam anamnesis. Daftar pertanyaan tersebut antara lain apakah terjadi secara
akut atau kronis, disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung, mengalami gangguan tidur, menstruasi atau libido, disertai nyeri pada tungkai
atau menjalar ke tungkai, diperberat oleh batukbersin, memiliki riwayat tuberkulosis, keganasanoperasi tumor, kencing batu, klaudikasio intermitten,
bekerja dengan sikap yang salah atau mengejan kuat, memiliki perasaan cemas atau gelisah, memiliki riwayat demam atau gangguan buang air
kecilbesar, atau memiliki rasa kesemutan pada tungkai. Anamnesis NPB mempunyai kerangka acuan tertentu minimal harus meliputi
hal-hal sebagai berikut: a Letak atau lokasi nyeri
Universitas Sumatera Utara
b Penyebaran nyeri c Sifat nyeri
d Pengaruh aktivitas terhadap nyeri e Pengaruh posisis tubuh atau anggota tubuh
f Trauma g Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya
h Obat-obat analgetika yang pernah diminum i Kemungkinan adanya proses keganasan
j Riwayat menstruasi k Kondisi mentalemosional
a.2. Pemeriksaan Umum Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a Inspeksi b Palpasi dan perkusi
c Pemeriksaan tanda vital vital sign a.3. Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan neurologik meliputi pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologik dan patologik, serta percobaan-percobaan atau test untuk
menentukan apakah sarafnya ada yang mengalami kelainan. a.4. Pemeriksaan dengan alat-alat
Yang dimaksud dengan pemeriksaan alat-alat disini ialah neuroimaging dengan menggunakan alat-alat seperti foto polos vertebra lumbosakral, Bone
scan, mielografi, CT Scan Computerized Tomography, MRI Magnetic
Universitas Sumatera Utara
Resonance Imaging , ultrasonografi, biopsi tertutup vertebra lumbal,
densitometri tulang.
b. Pengobatan NPB