Proses Pengalihan Tahanan HIV+ dari Rutan ke Lapas Pelepasan Narapidana Terinfeksi HIV+

Program bagi tahanan pria yang dapat dilaksanakan edukasi dan konseling bagi narapidanatahanan pria yang HIV positif, terutama saat akan keluar dari Lembaga Pemasyarakatan. Edukasi ini menjadi sangat penting dalam upaya pencegahan penularan HIV kepada pasangannya setelah tahanan bebas. Di samping edukasi cara mencegah, Tim HIV dan AIDS Lembaga Pemasyarakatan juga perlu membantu tahanan untuk dapat mengakses lembaga-lembaga yang menyediakan layanan lanjutan. Program bagi tahanan wanita yang dapat dilaksanakan meliputi: a edukasi bagi semua tahanan wanita dalam upaya pencegahan penularan HIV, b konseling bagi narapidanatahanan wanita yang HIV positif agar dapat menjaga kesehatannya dan tidak menularkan pada pasangannya, c perawatan bagi tahanan yang HIV positif dan dalam keadaan hamil bekerja sama dengan RS terdekat untuk pengobatan ARV profilaksis dan persalinan yang aman. Dukungan oleh petugasmanajer kasus dan tim klinik Lembaga Pemasyarakatan sangat dibutuhkan Depkes RI, 2010b. 2.2.9 Proses Pengalihan Tahanan HIV+ dari Rutan ke Lapas Proses pengalihan tahanan yang sudah diketahui terinfeksi dari Rutan ke Lapas perlu ditata kembali dengan maksud untuk menghindari tumpang tindih kegiatan seperti konseling dan testing serta menindak lanjuti pengobatan yang sudah berjalan. Rumah Tahanan dimaksud adalah Rutan di kepolisian Polsek, Polres, Polda, Rutan Kejaksaan maupun Rutan Pemasyarakatan PAS. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Proses Pengalihan Tahanan HIV+ dari Rutan ke Lapas Sumber : Dirjen Pemasyarakatan 2009 Perlu ada kerjasama antar Tim AIDS yang ada di Rutan-Rutan tersebut. Mekanisme pengalihan transfer tahanan dilakukan sesuai prosedur yang sudah ada, hanya untuk tahanan yang terinfeksi ditambahi dengan pencantuman kode World Health Organization B24 dan ditandatangani oleh dokter. Bagi Rutan yang tidak punya dokter dapat bekerjasama dengan Dinas Kesehatan setempat. Perlu penyerahan medical record atau Berita Acara Pemeriksaan BAP kesehatan dari dokter Rutan ke dokter Lapas yang memberitahukan riwayat penyakit, pengobatan yang sudah dilakukan dan jenis ARV yang sudah diberikan, dan dosis metadon bagi yang sedang melakukan terapi Dirjen Pemasyarakatan, 2009. Universitas Sumatera Utara 2.2.10 Pelepasan Narapidana Terinfeksi HIV+ Ada beberapa jenis pelepasan narapidana dari Lapas dan Rutan yaitu: bebas habis masa pidana; Pembebasan Bersyarat PB dan Cuti Menjelang Bebas CMB; asimilasi; tahanan yang bebas karena penangguhan; dan pengeluaran demi hukum dan pengalihan jenis penahanan. Prosedur umum pelepasan narapidana ke komunitas tetap dilaksanakan seperti yang telah ditetapkan, hanya untuk yang sudah diketahui terinfeksi HIV perlu dilakukan beberapa prosedur sebagai berikut : a perlu dilengkapi dengan Surat Keterangan Dokter Lapas atau dokter yang bertanggung jawab bagian dari catatan medis untuk rujukan ke rumah sakit, b perlu diberikan informasi tentang ke pelayanan kesehatan mana mereka harus pergi untuk melanjutkan pengobatan-nya, dan nama-nama lembaga yang dapat mendukungnya kesehatan. Pembekalan diberikan langsung pada tahanan yang mau bebas, dan apabila memungkinkan dapat diberikan kepada keluarganya, c diperkenalkan dengan staf dari Lembaga Swadaya Masyarakat yang nantinya akan dapat menjadi pendamping bagi tahanan tersebut setelah bebas, d menjalin kerjasama dengan pelayanan yang akan dirujuk dan menginformasikan kapan pasien akan dirujuk ke lembaga pelayanan tersebut. Apabila di Lembaga Pemasyarakatan sudah mempunyai tenaga manajer kasus yang sudah dilatih semua pembekalan ini menjadi tanggung jawabnya dengan berkoordinasi dengan dokter Lapas atau Rutan. Namun jika tidak ada manajer kasus, kegiatan pembekalan dilakukan oleh Bagian Pembinaan dan Pelayanan Tahanan dan dokter yang ada. Agar persiapan pembekalan dapat dilakukan secara efektif perlu Universitas Sumatera Utara direncanakan dengan baik, dan oleh karenanya perlu diketahui kapan masa bebas atau pelepasan tahanan itu akan dilaksanakan. Pembekalan kembali tentang pencegahan penularan dan perawatan

2.3 Klinik VCT Voluntary Counseling and Testing

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

5 90 147

Pengaruh Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene terhadap Kejadian Penyakit Skabies pada Warga Binaan Pemasyarakatan yang Berobat Ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan

10 99 155

Pengaruh Karakteristik Individu dan Mutu Pelayanan Klinik VCT terhadap Pemanfaatan Klinik VCT oleh Warga Binaan Pemasyarakatan Risiko HIV/AIDS di Rumah Tahanan Negara Klas I Medan

1 68 120

Pengaruh Higiene dan Sanitasi Lingkungan terhadap Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Blok D Rumah Tahanan Negara Klas I Medan

9 72 139

Pengaruh Perencanaan Dan Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Petugas Pemasyarakatan Pada Kantor Rumah Tahanan Negara Klas I Medan

4 58 129

Pengaruh Demografi Dan Pengetahuan Pekerja Seks Komersial Tentang HIV/AIDS Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik VCT Komite Penanggulangan HIV/AIDS Di Kabupaten Toba Samosir

1 44 124

Persepsi Pekerja Seks Komersial Terhadap Pemanfaatan Klinik IMS Dan VCT Di Klinik VCT Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan Kota Medan Tahun 2009

1 44 97

Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Klas I Medan

1 48 133

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 0 13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 0 16