pemeriksaan terhadap 323 sampel, 14 orang terinfeksi HIV dan 1 orang IMS KPAND SU tahun 2005.
Mengingat masalah ketergantungan NAPZA serta penggunaan NAPZA tidak lagi terbatas pada masyarakat namun sudah masuk ke dalam lingkungan Lembaga
Pemasyarakatan, serta peningkatan perilaku yang berisiko di dalam Lembaga Pemasyarakatan termasuk dampak buruknya, maka Kanwil Departemen Hukum dan
HAM Sumatera Utara memandang perlu untuk melaksanakan program penanggulangan HIV dan AIDS di Lembaga Pemasyarakatan. Sebagai acuannya
adalah Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia Tahun 2005–2009 yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia KPAND SU tahun 2005.
Guna pelaksanaan Strategi Nasional tersebut sangatlah diperlukan panduan operasional pelaksanaan program di Lembaga Pemasyarakatan yang dapat dijadikan
acuan bagi para petugas di wilayah Sumatera Utara. Panduan operasional pelaksanaan program ini menjadi pelengkap dari panduan yang berasal dari Dirjen
Pemasyarakatan, baik panduan tata laksana untuk penanganan narapidana Napi secara umum maupun yang berkaitan dengan penanggulangan HIV dan AIDS Dirjen
Pemasyarakatan, 2009.
2.2.1 Tujuan Penanggulangan HIVAIDS di Lembaga Pemasyarakatan
Secara umum tujuan penanggulangan HIVAIDS di Lembaga Pemasyarakatan adalah mencegah terjadinya penularan HIV dan meningkatkan kesehatan warga di
Universitas Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan termasuk tahanan dan para petugas Lembaga Pemasyarakatan. Secara khusus adalah; a sebagai pedoman penatalaksanaan
kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS di Lembaga Pemasyarakatan, khususnya bagi petugas maupun ins tans i yang terkai t dengan program penanggulangan HIV
dan AIDS di Lembaga Pemasyarakatan dan b menjaga mutu layanan program sehingga upaya pencegahan penularan dan peningkatan kesehatan dapat tercapai
secara optimal Dirjen Pemasyarakatan, 2009. 2.2.2 Pelaksana Penanggulangan HIVAIDS di Lembaga Pemasyarakatan
Untuk mendukung pelaksanaan penanggulangan HIVAIDS di Lembaga Pemasyarakatan perlu dibentuk: Tim Pokja AIDS di Lembaga Pemasyarakatan dan
Tim Pokja Lapas. Tim HIV dan AIDS di Lembaga Pemasyarakatan mempunyai peran dan fungsi untuk melaksanakan kegiatan pencegahan melalui pendidikan,
konseling dan testing Voluntary Conseling and Testing serta perawatan, dukungan dan pengobatan Care, Support and Treatment. Untuk melaksanakan peran dan
fungsi tersebut Tim HIV dan AIDS perlu melakukan kerjasama dengan lembaga lain terutama untuk kegiatan pengobatan, perawatan, dan pemberian dukungan kepada
tahanan Dirjen Pemasyarakatan, 2009. Susunan Tim HIV dan AIDS di Lembaga Pemasyarakatan ini sebaiknya
diketuai kepala Lembaga Pemasyarakatan karena akan memudahkan dalam mengkoordinasikan tugas dari anggota tim serta staf lain dalam Lembaga
Pemasyarakatan. Sesuai dengan fungsi pokok Tim HIV dan AIDS Lapas maka dalam
Universitas Sumatera Utara
struktur organisasi perlu ada petugas yang bertanggung jawab pada pemberian informasi dan edukasi, pelayanan medis, melakukan konseling, melayani VCT
Voluntary Conseling and Testing, dan kegiatan pendampingan pada tahanan yang terinfeksi manajemen kasus. Oleh karenanya dalam keanggotaan tim ini perlu
disesuaikan dengan kelembagaan yang sudah ada, sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih kegiatan dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang.
Pembentukan tim ini akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Lembaga Pemasyarakatan Dirjen Pemasyarakatan, 2009.
Komisi Penanggulangan AIDS KPA merupakan lembaga yang bertanggung jawab mengkoodinir dan meng-integrasikan semua kegiatan penanggulangan HIV
dan AIDS yang dilaksanakan oleh berbagai sektor. Dengan belum berjalannya program yang tertata dalam sistem maka KPA perlu membentuk Kelompok Kerja
Pokja untuk membantu sektor terkait dalam pelaksanaannya. Pokja bersifat adhoc sementara, apabila program tersebut sudah berjalan dengan optimal dan sistem
sudah terbentuk dan berfungsi maka kemungkinan Pokja tidak diperlukan lagi. Ada beberapa Pokja berkaitan dengan berbagai program, misalnya Pokja untuk
penanggulangan dampak buruk NAPZA suntik Harm Reduction dan Pokja penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja Dirjen Pemasyarakatan, 2009.
Berkaitan dengan program penanggulangan HIV dan AIDS di Lembaga Pemasyarakatan juga perlu dibentuk Tim Pokja Lapas untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh Tim AIDS di Lembaga Pemasyarakatan. Peran dan fungsi Tim Pokja Lapas lebih diarahkan untuk advokasi, mediasi, penyusunan
Universitas Sumatera Utara
panduan dan regulasi, serta koordinasi. Sebagai contoh, koordinasi dalam hal pelayanan dan pengobatan, kerjasama dengan lembaga lain dalam mendukung
pelayanan bagi warga binaan, advokasi pada penentu kebijakan sektoral untuk mendukung pelaksanaan program di Lembaga Pemasyarakatan. Oleh Karenanya Tim
Pokja Lapas diharapkan melibatkan lintas sektor baik instansi pemerintah maupun LSM. Tim Pokja Lapas akan sangat berperan dalam membantu kinerja dari Tim
AIDS di Lapas. Sebagai ketua tim Pokja Lapas sebaiknya dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan. Keanggotaan Tim Pokja Lapas melibatkan Dinas Kesehatan, rumah
sakit, pihak kepolisian, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, dan lembaga terkait yang dirasa perlu. Dalam pembentukannya diharapkan berkoordinasi dengan Komisi
Penanggulangan AIDS kabupatenkota setempat. Sebagai contoh, ditingkat provinsi telah dibentuk Pokja Lapas SK Gubernur tentang pembentukan pokja LAPAS.
2.2.3 Kebijakan Pelaksanaan Program Penanggulangan HIVAIDS di Lembaga Pemasyarakatan