Pentingnya peningkatan mutu pelayanan kesehatan terhadap warga binaan di lembaga pemasyarakatan sebagai upaya meningkatkan pemanfaatan pelayanan
kesehatan, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik individu dan mutu pelayanan terhadap pemanfaatan Klinik VCT oleh warga binaan
pemasyarakatan Risiko HIVAIDS di Rumah Tahanan Negara Klas I Medan.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan penelitian ini sebagai berikut: bagaimanakah pengaruh karakteristik individu umur,
pendidikan dan status perkawinan dan mutu pelayanan: reliability keandalan; responsiveness cepat tanggap; assurance kepastian; empaty empati; dan tangible
berwujud terhadap pemanfaatan Klinik VCT oleh warga binaan pemasyarakatan risiko HIVAIDS di Rumah Tahanan Negara Klas I Medan ?.
1.3. Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh karakteristik individu umur, pendidikan dan status perkawinan dan mutu pelayanan: reliability keandalan; responsiveness cepat
tanggap; assurance kepastian; empaty empati; dan tangible berwujud terhadap pemanfaatan Klinik VCT oleh warga binaan pemasyarakatan risiko HIVAIDS di
Rumah Tahanan Negara Klas I Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Hipotesis
Karakteristik individu umur, pendidikan dan status perkawinan dan mutu pelayanan: reliability keandalan; responsiveness cepat tanggap; assurance
kepastian; empaty empati; dan tangible berwujud berpengaruh terhadap pemanfaatan Klinik VCT oleh warga binaan pemasyarakatan risiko HIVAIDS di
Rumah Tahanan Negara Klas I Medan. 1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1.5.1. Bagi pengembangan Ilmu Administrasi Kebijakan Kesehatan yang berkaitan
dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan di lembaga pemasyarakatan melalui penelitian terhadap sarana pelayanan VCT.
1.5.2. Bagi Rutan Klas I Medan, sebagai masukan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan di Klinik VCT sehingga cakuan pelayanan dapat meningkat.
1.5.3. Bagi tenaga kesehatan yang bekerja pada Klinik VCT Rutan Klas I Medan, sebagai masukan dalam mengupayakan pelayanan kesehatan yang bermutu
sesuai dimensi: berwujud, keandalan, cepat tanggap, kepastian dan empati.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIVAIDS
2.1.1 Pengertian HIVAIDS AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan
sekumpulan gejala-gejala yang menyertai infeksi HIV Human Immunodeficiency Virus Phair and Chadwick. 1997. Gejala-gejala tersebut tergantung dari infeksi
oportunistik yang menyertainya. Infeksi oportunistik terjadi oleh karena menurunnya daya tahan tubuh kekebalan yang disebabkan rusaknya sistem imun tubuh akibat
infeksi HIV Yunihastuti, 2005. HIV, termasuk familia retrovirus. Sel-sel darah putih yang diserang oleh HIV
pada penderita yang terinfeksi HIV adalah sel-sel limfosit T CD4 yang berfungsi dalam sistem imun kekebalan tubuh. HIV memperbanyak diri dalam sel limfosit
yang diinfeksinya dan merusak sel-sel tersebut, sehingga mengakibatkan sistem imun terganggu dan daya tahan tubuh berangsur-angsur menurun De Cock et al, 2000.
2.1.2 Situasi Epidemi HIVAIDS a. Status Epidemi Global
AIDS yang pertama kali ditemukan pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan global. Sekitar 60 juta orang telah tertular HIV dan 25
juta telah meninggal akibat AIDS, sedangkan saat ini orang yang hidup dengan HIV sekitar 35 juta. Setiap hari terdapat 7.400 orang baru terkena HIV atau 5 orang per
Universitas Sumatera Utara
menit. Pada tahun 2007 terjadi 2,7 juta infeksi baru HIV dan 2 juta kematian akibat AIDS UNAIDS, 2008.
Di Asia terdapat 4,9 juta orang yang terinfeksi HIV, 440 ribu diantaranya adalah infeksi baru dan telah menyebabkan kematian 300 ribu orang di tahun 2007.
Cara penularan di Asia sangat bervariasi, namun yang mendorong epidemi adalah tiga perilaku yang berisiko tinggi: Seks komersial yang tidak terlindungi, berbagi alat
suntik di kalangan pengguna napza dan seks antar lelaki yang tidak terlindungi UNAIDS, 2008.
b. Status Epidemi di Indonesia