panduan dan regulasi, serta koordinasi. Sebagai contoh, koordinasi dalam hal pelayanan dan pengobatan, kerjasama dengan lembaga lain dalam mendukung
pelayanan bagi warga binaan, advokasi pada penentu kebijakan sektoral untuk mendukung pelaksanaan program di Lembaga Pemasyarakatan. Oleh Karenanya Tim
Pokja Lapas diharapkan melibatkan lintas sektor baik instansi pemerintah maupun LSM. Tim Pokja Lapas akan sangat berperan dalam membantu kinerja dari Tim
AIDS di Lapas. Sebagai ketua tim Pokja Lapas sebaiknya dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan. Keanggotaan Tim Pokja Lapas melibatkan Dinas Kesehatan, rumah
sakit, pihak kepolisian, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, dan lembaga terkait yang dirasa perlu. Dalam pembentukannya diharapkan berkoordinasi dengan Komisi
Penanggulangan AIDS kabupatenkota setempat. Sebagai contoh, ditingkat provinsi telah dibentuk Pokja Lapas SK Gubernur tentang pembentukan pokja LAPAS.
2.2.3 Kebijakan Pelaksanaan Program Penanggulangan HIVAIDS di Lembaga Pemasyarakatan
Sebagai acuan pelaksanaan program adalah Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan tahun
2005–2009, dengan menitikberatkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bahwa Lembaga Pemasyarakatan selain sebagai instansi yang melakukan
pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan, juga harus mampu memberikan layanan kesehatan yang optimal bagi mereka yang membutuhkannya,
termasuk narapidana dan tahanan yang terinfeksi HIV dan pengidap AIDS.
Universitas Sumatera Utara
2. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis yang optimal bagi semua warga binaan pemasyarakatan harus sesuai dengan nilai-nilai Hak Asasi Manusia
sebagaimana termaktub dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan berbagai kebijakan hak asasi manusia internasional dan nasional yang terkait
dengan perlakuan terhadap narapidana dan tahanan. 3. Lembaga Pemasyarakatan sebagai instansi pembinaan harus menyediakan dan
memperluas akses program edukasi pencegahan HIV dan AIDS bagi seluruh warga binaan pemasyarakatan.
4. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis yang optimal, para petugas Lembaga Pemasyarakatan, baik medis dan non medis, harus mampu
memperkenalkan manfaat dan pentahapan konseling dan pengujian HIV secara rinci dengan menggarisbawahi bahwa pengujian HIV dilakukan atas dasar sukarela
kepada warga binaan pemasyarakatan dan dijamin kerahasiaannya. 5. Bahwa pihak yang berwenang untuk memberikan rekomendasi atau inisiasi
konseling dan pengujian HIV adalah dokter Lembaga Pemasyarakatan berdasarkan indikasi medis dari warga binaan pemasyarakatan.
6. Bahwa berdasarkan unsur sukarela sebagaimana tersebut pada butir 3, warga binaan pemasyarakatan memiliki hak untuk menolak pelaksaaan pengujian HIV
terhadapnya. 7. Bahwa untuk mendukung dilaksanakannya layanan klinis yang optimal pada unit
kesehatan Lembaga Pemasyarakatan dengan menggarisbawahi ketetapan sebagaimana tersebut pada butir 3, maka konseling dan pengujian HIV akan
Universitas Sumatera Utara
ditawarkan secara rutin kepada setiap warga binaan pemasyarakatan satu bulan menjelang selesainya masa tahanan.
8. Bahwa sesuai dengan nilai-nilai Hak Asasi Manusia, maka tidak akan ada diskriminasi terhadap warga binaan pemasyarakatan yang terbukti secara klinis
mengidap HIV, baik dalam upaya pembinaan maupun penempatannya. 9. Bahwa bagi warga binaan pemasyarakatan yang terbukti secara klinis mengidap
HIV akan didampingi oleh petugas manajemen klinis dalam pendampingan psikososial dan akan memperoleh akses pelayanan pengobatan dan perawatan
seoptimal mungkin yang terdiri dari: − Perawatan dan pengobatan akut, meliputi pengobatan Infeksi
Opportunistik IO dan infeksi serta penyakit terkait HIV lainnya. − Perawatan dan pengobatan kronis, termasuk ARV.
− Perawatan dan pengobatan paliatif, termasuk perawatan menjelang ajal. 10. Warga binaan pemasyarakatan yang telah mengidap AIDS stadium 3 atau 4 dapat
menjalani perawatan yang lebih intensif. 11. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis HIV yang optimal bagi Warga
Binaan Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan, Tim Medis Lembaga Pemasyarakatan bekerja sama dengan dokter ahli dari Rumah Sakit Umum
Daerah terdekat. 12. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis HIV yang optimal bagi Warga
Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan tersebut, bagi kasus-kasus
Universitas Sumatera Utara
medis yang rumit dan kompleks Tim Medis Lembaga Pemasyarakatan dapat merujuk RSUD terdekat.
2.2.4 Tatalaksana Penanganan Tahanan Berisiko Tinggi Tertular HIV di Lembaga Pemasyarakatan