b. Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual
barang kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal usaha yang dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi
pembeli sangat diutamakan. Biasanya penjual memasang label harga pada setiap barang. Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan shopping
centre. 2.2.1.2 Berdasarkan Manajemen Pelayanan.
a. Pasar Swalayan Supermarket
Pasar swalayan supermarket adalah pasar yang menyediakan barang- barang kebutuhan masyarakat, pembeli bisa memilih barang secara langsung dan
melayani diri sendiri barang yang diinginkan. Biasanya barang-barang yang dijual barang kebutuhan sehari-hari sampai elektronik. Seperti sayuran, beras, daging,
perlengkapan mandi sampai radio dan televisi. b.
Pertokoan Shopping Centre
Shopping centre pertokoan adalah bangunan pertokoan yang berderet- deret di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah
khusus pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan pertokoan, sehingga dapat dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa.
c. MallPlazaSupermall
Mallplazasupermall adalah tempat atau bangunan untuk usaha yang lebih besar yang dimilikidisewakan baik pada perorangan, kelompok tertentu
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan, rekreasi, ruang pameran, gedung bioskop, dan seterusnya.
2.2.1.3 Berdasarkan Jumlah Barang yang Dijual a.
Pasar Eceran
Pasar eceran adalah tempat kegiatan atau usaha perdagangan yang menjual barang dalam partai kecil. Contoh toko-toko kelontong, pedagang kaki lima,
pedagang asongan, dan sebagainya. b.
Pasar Grosir
Pasar grosir adalah tempat kegiatanusaha perdagangan yang menjual barang dalam partai besar, misalnya lusinan, kodian, satu dos, satu karton, dan
lain-lain. Pasar grosir dimiliki oleh pedagang besar dan pembelinya pedagang
eceran. Contoh: pusat-pusat grosir, makro, dan sebagainya Adhyzal, 2003. 2.3
Sanitasi
Sanitasi menurut WHO, ialah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-
hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup.
Menurut Budiman 2007, sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk
mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.
Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup
masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa penyakit Depkes, 2014.
2.3.1 Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat
hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah Fahmi, 2009.
Sanitasi tempat-tempat umum menurut Mukono 2006, merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Tempat umum merupakan
tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat
menyebarnya segala penyakit terutama penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air, dengan demikian sanitasi tempat-tempat umum harus
memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tempat-tempat umum harus
mempunyai kriteria sebagai berikut : 1.
Diperuntukkan bagi masyarakat umum, artinya masyarakat umum boleh keluar masuk ruangan tempat umum dengan membayar atau tanpa
membayar.
2. Harus ada gedung tempat peranan, artinya harus ada tempat tertentu
dimana masyarakat melakukan aktivitas tertentu.
Universitas Sumatera Utara
3. Harus ada aktivitas, artinya pengelolaan dan aktivitas dari pengunjung
tempat-tempat umum tersebut.
4. Harus ada fasilitas, artinya tempat-tempat umum tersebut harus sesuai
dengan ramainya, harus mempunyai fasilitas tertentu yang mutlak
diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di tempat-tempat umum.
Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara
komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat
umum semacam itu meliputi hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan pertokoan, bioskop, salon kecantikan atau tempat pangkas rambut,
panti pijat, taman hiburan, gedung pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah,
objek wisata, dan lain-lain Febriyanti, 2011. 2.4
Sanitasi Pasar
Syarat-syarat sanitasi pasar yakni sebagai berikut: 1.
Air bersih a.
Air bersih selalu tersedia dalam jumlah yang cukup minimal 40 liter per pedagang,
b. Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan, sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 Pasal 1 bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila dimasak, c.
Jarak sumber air bersih dengan septick tank minimal 10 meter,
Universitas Sumatera Utara
d. Pengujian kualitas air bersih dilakukan 6 bulan sekali.
2. Kamar mandi dan toilet
a. Harus tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan, yang
dilengkapi dengan tandasimbol yang jelas dengan proporsi sebagai berikut:
Tabel 2.1 Proporsi Jumlah Toilet yang Harus Tersedia di Pasar
No Jumlah Pedagang Jumlah Kamar Mandi
Jumlah Toilet 1
1-25 1
1 2
26-50 2
2 3
51-100 3
3 Setiap penambahan 40-100 orang harus ditambah satu kamar mandi atau
satu toilet Sumber : Kepmenkes No. 519 Tahun 2008
b. Tersedia bak dan air bersih dengan jumlah cukup dan bebas jentik,
c. Toilet dengan leher angsa, dan peturasan,
d. Tersedia tempat cuci tangan dan sabun,
e. Tersedia tempat sampah yang tertutup,
f. Tersedia septic tank dengan lubang peresapan yang memenuhi syarat
kesehatan, g.
Letak toilet minimal 10 meter dari tempat penjualan makanan dan bahan pangan,
h. Ventilasi minimal 20 dari luas lantai,
Universitas Sumatera Utara
i. Lantai kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan, dengan kemiringan
cukup 3.
Pengolahan sampah a.
Setiap kiosloronglos tersedia tempat sampah basah dan kering, b.
Tempat sampah terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah berkarat, kuat tertutup dan mudah dibersihkan,
c. Tersedia alat pengangkut sampah yang kuat dan mudah dibersihkan,
d. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara TPS yang kuat, kedap
air, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau, e.
TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang penular penyakit, f.
TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari bangunan pasar
g. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam
h. Ketetapan besaran timbulan sampah untuk pasar yakni 2,5 – 3.0 L per
pedagang atau petugas hari ditiap los dan kiosnya 4.
Drainase a.
Tertutup dengan kisi-kisi, terbuat dari logam dan mudah dibersihkan, b.
Limbah cair mengalir lancar dan harus memenuhi baku mutu, c.
Tidak ada bangunan di atas saluran, d.
Pengujian kualitas limbah cair berkala setiap 6 bulan sekali. 5.
Tempat cuci tangan a.
Lokasi mudah dijangkau, b.
Dilengkapi sabun dan tersedia air mengalir,
Universitas Sumatera Utara
c. Limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup
6. Vektor penyakit
a. Los makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa,
dan tikus, b.
Angka kepadatan tikus nol, c.
Angka kepadatan kecoa maksimal 2 ekor per plate di titik pengukuran, d.
Angka kepadatan lalat maksimal 30 per gril net di tempat sampah dan drainase,
e. Container Indeks CI jentik nyamuk Aedes aegypti tidak melebihi 5.
Container Indeks adalah salah satu indeks kepadatan jentik DBD sebagai tolak ukur atau parameter untuk mengetahui populasi jentik nyamuk
Aedes aegypti dengan rumus jumlah kontainer yang positif jentik dibagi jumlah kontainer yang diperiksa dikalikan seratus persen.
7. Kualitas makanan dan bahan pangan
a. Tidak basi, Tidak mengandung bahan berbahaya,Tidak mengandung
residu pestisida di atas ambang batas, b.
Kualitas makanan siap saji sesuai dengan peraturan, c.
Makanan dalam kemasan tertutup disimpan dalam suhu 4-10 ºC, d.
Ikan, daging, dan olahannya disimpan dalam suhu 0 sd 4 ºC, e.
Sayur dan buah disimpan dalam suhu 10 ºC, f.
telor, susu dan olahannya disimpan dalam suhu 5-7ºC, g.
Penyimpanan bahan makanan dengan jarak 15 cm dari lantai, 5 cm dari dinding, dan 60 cm dari langit-langit,
Universitas Sumatera Utara
h. Kebersihan peralatan makanan maksimal 100 kuman per cm2 permukaan
dan E-coli nol. 8.
Desinfeksi Pasar a.
Dilakukan secara menyeluruh 1 hari dalam sebulan, b.
Bahan desinfeksi tidak mencemari lingkungan.
2.5 Toilet
Toilet adalah fasilitas sanitasi untuk tempat buang air besar dan kecil, tempat cuci tangan dan muka Kemenbudpar, 2004.
2.5.1 Peruntukan dan Kegunaan Toilet.
Peruntukan dan kegunaan toilet berdasarkan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata:
1. Peruntukan
Tempat untuk membuang hajat dan membersihkan badan. 2.
Kegunaan a.
Utama : Ruang untuk buang ait besar dan air kecil. b.
Pendukung : Ruang penjaga toilet dan penyimpanan alat-alat untuk membersihkan toilet.
c. Lain-lain : Ruang untuk cuci tangan dan muka, mengganti pembalut
wanita, mengganti popok bayi dan merapikan diri rias, pakaian.
2.5.1.1 Kelengkapan Ruang
1. Ruang untuk buang air besar WC :
a. Kloset duduk atau jongkok.
b. Air dan perlengkapannya.
Universitas Sumatera Utara
c. Tempat sampah dan tempat sampah kuhus pembalut.
2. Ruang untuk buang air kecil :
a. Urinal.
b. Air dan perlengkapannya tempat air gayung, keran, dll.
3. Ruang cuci tangan dan cuci muka wasatafel.
a. Wasatafel dan cermin
b. Air dan Perlengkapannya Tempat air, kran, dll
c. Ruang penjaga dan pelayanan kebersihan janitor.
d. Penggantung alat pembersih
e. Lemari rak simpan.
f. Bak Pencuci
g. Air dan perlengkapannya tempat air gayung, keran, dll.
2.5.2 Standar Minimal Hygiene Sanitasi
Apa saja yang harus ada di toilet umum dan bagaimana memeliharanya, berikut ini standar minimal yang ditetapkan oleh Asosiasi Toilet Indonesia
bekerjasama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yaitu:
2.5.2.1 Ventilasi dan Sirkulasi
Toilet umum harus memiliki sistem ventilasi yang baik agar tempat tersebut tidak menjadi sarana bagi tumbuh dan berkembanganya bakteri dan
jamur. Apabila posisi ruangan tidak memungkinkan untuk dibuat bukaan ventilasi maka harus ada alternatif membuang udara dari dalam dengan exhaust fan.
Sebagai tambahan, sebaiknya disediakan alat pengering lantai di bawah wastafel untuk memaksimalkan usaha menjaga lantai tetap kering setiap saat.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2.2 Tempat Sampah
Tempat sampah diletakkan di dekat tempat cuci tangan. Bahannya terbuat dari bahan kedap air dan mudah dibersihkan. Tempat sampah itu bertutup yang
mudah dibuka dan tidak mengotori tangan. Tempat sampah sering dibersihkan agar tidak menjadi sarangtempat berkembangbiaknya serangga atau binatang
penular penyakit vector. Sebaiknya ada tempat sampah khusus untuk pembalut.
2.5.2.3 Penyediaan Air
Air bersih harus tersedia dengan cukup baik untuk menyiram kotoran maupun mencucimembersihkan bagian tubuh.
2.5.2.4 Pencahayaan
Sistem pencahayaan bisa menggunakan pencahayaan alami atau buatan. Pencahayaan yang baik akan menghemat energi dan meningkatkan penampilan
positif toilet. Pencahayaan alami harus dimaksimalkan karena dapat membantu menciptakan suasana yng lebih lembut dan ramah.
2.5.2.5 Pembuangan Limbah Cair dan Tinja
Limbah cair dan tinja toilet harus dibuang di septic tank secara komunal yang dilengkapi dengan bk resapan. Limbah dan tinja tidak boleh dibuang atau
dialirkan ke sungai, danau, atau tempat terbuka lainnya.
2.5.3 Pengelolaan Toilet
Pengelolaan toilet berdasarkan standar toilet umum Indonesia yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata adalah sebagai berikut:
2.5.3.1 Kebersihan Toilet
1. Standar Minimal
Universitas Sumatera Utara
a. Toilet harus selalu dalam keadaan kering dan bersih.
b. Tersedia bahan pembersih seperti : air dan atau kertas toilet.
c. Tersedia tempat sampah tertutup.
d. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
e. Lantai mudah dibersihkan, tidak licin dan kedap air.
f. Tidak menjadi perindukan serangga.
g. Dinding bersih berwarna terang.
h. Permukaan dinding yang terkena air terbuat dari bahan kedap air yang
terbuat dari keramik dengan ketinggian minimal 160 cm. i.
Langit-langit bersih dan terang dengan tinggi minimal 220 cm. j.
Dapat dilengkapi dengan tanaman hias gerbera yang dapat menghisap racun atau bau dalam ruangan, seperti daun sri rezeki dan jenis bunga
potong, misal : daun jagung, pedang-pedangan, daun mertua dan lain-lain. k.
Tersedia petugas khusus untuk menjaga kebersihan toilet. l.
Tersedia peralatan dan bahan pembersih yang memadai. m.
Penampungan sampah dilakukan minimal setipa hari. 2.
Tersedia petunjuk himbauan operasional peralatan fasilitas toilet umum, seperti :
a. Buang sampah pada tempatnya.
b. Matikan Kran setelah digunakan.
c. Bersihkan toilet kembali,karena akan dipakai orang lain.
d. Gunakan kloset sesuai dengan fungsinya.
e. Dilarang merokok.
Universitas Sumatera Utara
3. Rekomendasi :
a. Tersedia sabun cair pembersih dan tersedia pengering tangan.
b. Suhu ruangan normal 20-27oC.
c. Kelembaban 40-50.
2.5.3.2 Sistem Pemakaian Air
a. Air bersih untuk cuci tangan dan pembersih perturasan dengan sistem tap
tekan. b.
Air pengelontor diguanakan agar jumlah air pengelontor yang keluar setengah atau penuh sesuai kebutuhan.
c. Kloset jongkok menggunakan air sebagai pembersih dan air sebagai
pengelontor, kloset duduk menggunakan kertas tissue sebagai pembersih dan air sebagai pengelontor.
d. Perturasan menggunakan air sebagai pembersih, di setiap perturasan
sisediakan kran air.
2.5.3.3 Sistem Limbah
Standar minimal : 1.
Limbah cair dan tinja dari toilet tidak mencemari air tanah, tanah dan air permukaan.
2. Limbah cair dan tinja yang telah diolah melalui tangki septic dan saluran
sumur resapan dapat dibuang langsung ke saluran umum atau dimanfaatkan kembali untuk air penggelontoran kloset.
3. Lumpur tinja dari tangki septic harus diolah pada sarana Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja IPLT. Lumpur tinja yang belum diolah pada
Universitas Sumatera Utara
sarana IPLT tidak dibuang langsung ke tanah atau pad air permukaan, tapi lokalisasikan dalam kolam lagoon.
2.5.3.4 Pemeliharaan Toilet
Cara merawat toilet umum adalah dengan melakukan pembersihan secara rutin dan berkala sesuai dengan jumlah pengunjung, perawatan kloset di toilet
dilakukan dengan menggunakan larutan pembersih ke dalam lubang kloset dengan menggunakan sikat tangkai. Sebelum mem-flush kloset tersebut, gunakan penutup
kloset dan flush klose tersebut. Dengan cara ini maka titik-titik air kotor tidak terlontar ke atas sampai dengan 20 cm yang akan terjadi jika mem-flush sebelum
menutup kloset Kemenbudpar, 2004.
2.5.4 Syarat Toilet Pasar
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
519MENKESSKVI2008 toilet harus terpisah antara laki-laki dan perempuan,
yang dilengkapi dengan tandasimbol yang jelas dengan proporsi sebagai berikut:
Tabel 2.2 Proporsi Jumlah Toilet yang Harus Tersedia di Pasar
No Jumlah Pedagang Jumlah Kamar Mandi
Jumlah Toilet 1
1-25 1
1 2
26-50 2
2 3
51-100 3
3 Setiap penambahan 40-100 orang harus ditambah satu kamar mandi atau
satu toilet
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Kepmenkes No. 519 Tahun 2008 a.
Tersedia bak dan air bersih dengan jumlah cukup dan bebas jentik, b.
Toilet dengan leher angsa, dan peturasan, c.
Tersedia tempat cuci tangan dan sabun, d.
Tersedia tempat sampah yang tertutup, e.
Tersedia septic tank dengan lubang peresapan yang memenuhi syarat kesehatan,
f. Letak toilet minimal 10 meter dari tempat penjualan makanan dan bahan
pangan, g.
Ventilasi minimal 20 dari luas lantai, h.
Lantai kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan, dengan kemiringan cukup
2.6 Pengertian Nyamuk
Nyamuk termasuk dalam subfamili Culcinae, famili Culcidae Nematocera: Diptera merupakan vektor atau penular utama dari penyakit-
penyakit arbovirus demam berdarah, chikungunya, demam kuning, encephalitis, dan lain-lain, serta penyakit-penyakit nematoda filariasis, riketsia, dan protozoa
malaria. Diseluruh dunia terdapat lebih dari 2500 spesies nyamuk meskipun sebagian besar dari spesies-spesies nyamuk ini tidak berasosiasi dengan penyakit
virus arbovirus dan penyakit-penyakit lainnya. Jenis-jenis nyamuk yang menjadi vektor utama, biasanya adalah Aedes spp., Culex spp., Anopheles spp., dan
Mansonia spp Sembel, 2009. 2.6.1 Nyamuk Aedes Aegypti
Universitas Sumatera Utara
Nyamuk Aedes Aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau tiger mosquito karena tubuhnya memiliki ciri yang khas yaitu adanya garis-garis
dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Sedangkan yang menjadi ciri khas utamanya adalah ada dua garis lengkung yang berwarna putih
keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam lyre shaped marking.
Untuk memecahkan hambatan upaya pemberantasan nyamuk Aedes aegypti perlu dipahami ilmu, seperti taksonomi, morfologi, ekologi, ekologi,
bionomic, siklus hidup, lingkungan hidup, hubungan Aedes aegypti dan virus Dengue, transivarial transmission, dan pengendalian vektor Soegijanto, 2006.
2.6.1.1 Taksonomi dan Morfologi
Menurut Cahaya dkk Kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Genus : Aedes spp.
Spesies : Aedes aegypti
Menurut Gillot 2005, nyamuk Aedes aegypti Diptera: Culicidae disebut black-white mosquito, karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih
keperakan di atas dasar hitam. Panjang badan nyamuk ini sekitar 3-4 mm dengan
Universitas Sumatera Utara
bintik hitam dan putih pada badan dan kepalanya, dan juga terdapat ring putih pada bagian kakinya. Di bagian dorsal dari toraks terdapat bentuk bercak yang
khas berupa dua garis sejajar di bagian tengah dan dua garis lengkung di tepinya. Bentuk abdomen nyamuk betinanya lancip pada ujungnya dan memiliki cerci
yang lebih panjang dari cerci pada nyamuk-nyamuk lainnya. Ukuran tubuh nyamuk betinanya lebih besar dibandingkan nyamuk jantan Gillot, 2005.
2.6.1.2 Ekologi dan Bionomic
Tingkah laku dan aktivitas nyamuk pada saat terbang berbeda-beda menurut jenisnya. Ada nyamuk yang aktif pada waktu siang seperti Aedes aegypti
dan ada yang aktif pada waktu malam seperti Anopheles. Demikian pula ada nyamuk yang aktif mengisap darah pada waktu pagi atau sore dan ada nyamuk
yang aktif pada waktu malam sebelum tengah malam dan ada yang aktif pada waktu shubuh.
a. Tempat Berkembang Biak Breeding Place
Nyamuk-nyamuk Aedes yang aktif pada siang hari seperti Aedes aegypti dan Aedes albopictus biasanya meletakkan telur dan berbiak pada tempat-tempat
penampungan air bersih atau air hujan seperti bak mandi, tangki penampungan air, vas bunga dirumah, sekolah, kantor, atau di perkuburan, kaleng-kaleng atau
kantung-kantung plastik bekas, di atas lantai gedung terbuka, talang rumah, bambu pagar, kulit-kulit buah seperti kulit buah rambutan, tempurung kelapa,
ban-ban bekas, dan semua bentuk kontainer yang dapat menampung air bersih.
Universitas Sumatera Utara
Jentik-jentik nyamuk dapat berenang naik turun di tempat-tempat penampungan air. kedua jenis nyamuk Aedes tersebut merupakan vektor utama penyakit demam
berdarahSembel, 2009. b.
Aktifitas Menghisap Darah Nyamuk betina membutuhkan protein untuk memproduksi telurnya. Oleh
karena itu, setelah kawin nyamuk betina memerlukan darah untuk pemenuhan kebutuhan proteinnya. Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2-3 hari
sekali. Nyamuk betina menghisap darah pada pagi dan sore hari dan biasanya pada jam 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 WIB. Untuk mendapatkan darah yang
cukup, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang. Posisi menghisap darah nyamuk Aedes aegypti sejajar dengan permukaan kulit manusia. Jarak
terbang nyamuk Aedes aegypti sekitar 100 meter Depkes RI, 2004. c.
Kesukaan Beristirahat Berdasarkan data dari Depkes RI 2004, setelah selesai menghisap darah,
nyamuk betina akan beristirahat sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telurnya. Nyamuk Aedes aegypti hidup domestik, artinya lebih menyukai tinggal di dalam
rumah daripada di luar rumah. Tempat beristirahat yang disenangi nyamuk ini adalah tempat-tempat yang lembab dan kurang terang seperti kamar mandi,
dapur, dan WC. Di dalam rumah nyamuk ini beristirahat di baju-baju yang digantung, kelambu, dan tirai. Sedangkan di luar rumah nyamuk ini beristirahat
pada tanaman-tanaman yang ada di luar rumah Depkes RI, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.6.1.3 Siklus Hidup
Nyamuk Aedes Aegypti termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami metamorfosis sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva
beberapa instar, pupa, dan dewasa Sembel, 2009.
a. Telur
Nyamuk sekali bertelur 100-300 butir, nyamuk Aedes bertelur pada air yang tidak beralaskan tanah. Telur nyamuk Aedes meletakkan telur di atas
permukaan air satu per satu. Telur nyamuk Aedes berbentuk oval, memanjang dan tanpa pelampung. Pada dinding tampak garis-garis seperti bentuk anyaman
kain kasa. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama dalam bentuk dorman. Namun, bila air cukup tersedia, telur-telur itu biasanya
menetas 2-3 hari sesudah diletakkan Cahaya, 2007.
b. Larva
Telur menetas menjadi larva atau sering juga disebut jentik. Berbeda dengan larva dari anggota-anggota Diptera yang lain seperti lalat yang larvanya
tidak bertungkai, larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abddomen yang cukup jelas. Bentuk larva nyamuk Aedes mempunyai siphon
dengan bulu satu kelompok dengan badan membentuk sudut dengan permukaan air. Untuk mendapatkan oksigen dari udara, jentik-jentik nyamuk Aedes biasanya
menggantungkan tubuhnya tegak lurus pada permukaan air aktif keatas kebawah. Kebanyakan larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan partikel-partikel
lainnya dalam air. Larva biasanya melakukan pergantian kulit empat kali dan
Universitas Sumatera Utara
berpupasi sesudah sekitar 7 hari Sembel, 2009. Umur rata – rata pertumbuhan
mulai jentik sampai kepompong berkisar 8 – 14 hari.
Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antenna tanpa duri-duri, dan alat-alat mulut tipe pengunyah chewing. Bagian dada
tampak paling besar dan terdapat bulu-bulu yang simetris. Perut tersusun atas 8 ruas. Ruas perut ke-8, ada alat untuk bernapas yang disebut corong pernapasan.
Corong pernapasan tanpa duri-duri, berwarna hitam, dan ada seberkas bulu-bulu tuft. Ruas ke-8 juga dilengkapi dengan seberkas bulu-bulu sikat brush di
bagian ventral dan gigi-gigi sisir comb yang berjumlah 15-19 gigi yang tersusun dalam 1 baris. Gigi-gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi. Larva
ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negative, dan waktu istirahat membentuk sudut hamper tegak lurus dengan bidang permukaan
air Soegijanto, 2006. Selama jentik-jentik yang ada di tempat-tempat perindukan tidak
diberantas setiap hari, akan muncul nyamuk-nyamuk baru yang menetas dan penularan akan terulang kembali. Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu
lokasi atau wilayah dapat dilakukan dengan cara : 1.
Cara Single Larva Survey ini dilakukan dengan mengambil ratio jentik disetiap tempat genangan
air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut jenis jentiknya. 2.
Cara Visual Survey ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik disetiap
tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya.
Universitas Sumatera Utara
Ukuran yang dipakai untuk menghitung kepadatan jentik Aedes sp. Menggunakan rumus sebagai berikut :
a House index
House index merupakan persentase antara rumah dimana ditemukan jentik terhadap seluruh rumah yang diperiksa. Paling banyak dipakai untuk memantau
infestasi jentik, memantau penyebaran vector, tidak dapat menggambarkan container yg positif jentik.
HI = Σ Jumlah rumah yang ditemukan jentik
Σ rumah yang diperiksa × 100
b Container Index
Container index adalah persentase antara container yang ditemukan jentik terhadap seluruh container yang diperiksa. Menggambarkan kontainer yang berisi
air yang ada jentik. CI =
Σ Kontainer yang positif jentik Σ kontainer yang diperiksa
× 100 c
Bretau Index Breatau Index merupakan Jumlah kontainer positif perseratus rumah yang
diperiksa BI =
Σ Kontainer yang positif jentik rumah yang diperiksa
× 100 c.
Pupa
Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif dan bergerak dalam air
terutama bila diganggu. Mereka berenang naik turun dari bagian dasasr ke permukaan air. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah dua atau
Universitas Sumatera Utara
tiga hari maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang. Pupa dari nyamuk Aedes mempunyai trompet yang panjang dan ramping Sembel,
2009.
Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala-dada cephalothorax lebih besar bila dibandingkan dengan bagian
perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Pada bagian punggung dorsal dada terdapat alat bernapas seperti terompet. Pada ruas perut ke-8
terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu di nomor 7 pada ruas ke-8 tidak bercabang.
Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila diingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air
Soegijanto, 2006. d.
Dewasa
Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di atas permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya dan
sesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa terbang mencari makan. Bentuk palpi pada betina nyamuk Aedes lebih pendek dari proboscis dan
palpi pada jantan lebih panjang dari proboscis. Sayap berwarna hitam dengan badan dan kaki berbercak putih. Dalam keadaan istirahat, bentuk dewasa dari
Aedes hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan Sembel, 2009.
2.7 Candida albicans