Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Impression Management SH
4.1.3.6 Informan VI WN
Informan pada saat wawancara berlangsung tidak merokok, hal ini disebabkan ia tidak membawa rokok dan ia menghormati proses wawancara yang
berlangsung. “Satu, saya nggak bawa rokoknya.. yang kedua, saya menghargai saudara
pewawancara karena sangat tidak efektif kalo saat mengobrol seperti ini saya harus merokok..
” Merokok baginya tidak ada ketentuan khusus dan waktu waktu yang pasti.
Kapan saja jika ia suka ia akan merokok. Baik saat senang, sedih atau senang, bahkan ia terkadang lupa untuk merokok.
“Kalo masalah merokoknya itu bagi saya tidak ada ketentuan, bisa saja ketika saya lagi senang, sedih, lagi ujian, nggak ujian, capek, atau
memang seharian itu saya nggak ngapa-ngapain.. jadi selama ujian ini saya nggak ada merokok karena saya lupa..
Dikeluarganya tidak satupun yang merokok, ia berusaha menutupi kebiasaaanya tersebut, hingga sekarang tidak ada anggota keluarganya yang
mengetahui bahwa ia adalah seorang perokok.
Impression Management Signification
other Tempat
Alasan
Front Stage Back Stage
Mendesain tampilannya terhadap
Signification Other.
Ia berusaha
menutupi secara rapat kebiasaaan
tersebut dengan cara berprilaku
seperti layaknya seorang pekerja kantoran dan
berusaha
menghindar dari
tempat tempat
umum saat merokok. Teman
teman tongkrongan
yang membuatnya sangat
nyaman. Ia
akan berubah saat berada
dilingkungan yang
sebenarnya. Ia akan tampil apa adanya,
lebih berani. Orang Tua
Teman Kampus Tempat publik
Rumah Kantin kampus
Malas menunjukkan
ke semua orang karena
tidak baik dimata
publik.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Papa nggak, mama nggak, adik perempuan dan laki-laki juga nggak.. Tidak sama sekali.. satu sisi saya emang nggak mau ketauan.. kalo untuk
masalah itu saya memang sangat tertutup sama orangtua bahkan orang rumah yang saya tempati sekarang pun tidak ada yang tau.
” Informan adalah seorang perantau dari berastagi, ia tinggal bersama paman
dan bibinya, dalam satu minggu ia merokok di malam hari diruang kamarnya sendiri. Paman dan bibinya tidak mengetahui bahwa informan adalah seorang
perokok. Ia sangat berhati-hati dalam memilih tempat saat merokok. Faktor sirkulasi udara menjadi pertimbangannya agar tidak ketahuan oleh paman dan
bibinya “Kalau saya aktif kuliah, saya merokok hanya malam hari, itupun di
ruangan saya sendiri.. kalau misalnya saya ada event di luar, atau sedang mendampingi anak didik saya festival, atau apa gitu saya merokok di
tempat itu..
Di ruangan saya sendiri, yaitu kamar.. Tidak.. karena keluarga adik mama saya tidur di lantai 3.. saya tidur
sering di atas jam 10 dan biasanya saya selalu merokok sebelum tidur atau selesai makan.. jadi saya juga mengingat kesehatan saya, jadi saya
nggak akan tutup kamar, itu akan saya buka dan saya sering merokok di atas jam 11 atau jam 12 dan saya biarkan sirkulasi udara di kamar saya
berganti jadi asapnya itu tidak akan menetap di kamar saya..
Satu sisi saya memilih tempat itu jadi tempat itu jadi tempat favorit.. kalau di ruang depan ada sirkulasi udara hanya ruang depan itu sangat
kelihatan jelas langsung ke jalan raya.. jadi kalau misalnya adik mama saya itu lama pulang, kalau asap keluar dari jendela itu ketauan..
kemudian saya memang nggak suka merokok di tempat itu karena udaranya kayak gini dan nyamuknya banyak.. jadi saya lebih memilih di
kamar, saya punya kipas angin di kamar jadi waktu pintunya dibuka sirkulasi udaranya berjalan dan asapnya bakal berganti.
” Informan pertama kali merokok ketika berada di bangku sekolah dasar di
kelas empat, saat itu ia tinggal bersama kakek dan neneknya di Berastagi. Latar belakang kakek yang merupakan seorang perokok berat membuatnya ingin
mencoba rokok. Rasa penasarannya bertambah ketika ia melihat beberapa rokok tersimpan di lemari. Dari situ ia mulai mencoba rokok, saat itu ia berusaha
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menutupi kebiasaannya tersebut dengan memakan buah buahan agar ia tidak ketahuan, maklum saja bau rokok pada nafasnya masih melekat. Kebiasaan
tersebut berlanjut sampai kebangku SMA. Informan tidak pernah merokok secara kolektif atau bersama orang lain, ia merokok di ruang privasinya sendiri.
“ Kalau dibilang mengenal itu sewaktu masa kecil mungkin sekitar kelas 3 atau 4 SD.. dulu waktu kelas 4 sampai 5 SD saya tinggal sama kakek
nenek di Berastagi.. kakek saya adalah seorang perokok berat soalnya kalau di rumah itu dia punya 1 box rokok saking malasnya beli keluar, dia
beli 1 kotak itu jadi kalau habis dia tinggal ambil dan ambil.. terus saya penasaran kenapa dia sangat gemar merokok, kadang rumah itu sampai
berasap, jadi kita udah biasa aja.. pernah dulu di rumah itu tidak ada siapa-siapa cuma saya sendiri memang kebetulan kemarin saya jaga
rumah, saya penasaran saya ambil rokok itu, bukan saya gunakan tapi saya bongkar batang rokok itu.. saya buka isinya apa, busanya apa, dan
rasanya apa tapi belum saya bakar.. kemudian saya bakar di saat itu sudah terbuka dan ada asapnya.. itu bermula dari rasa penasaran.
” Hubungan yang tidak baik dengan kekasihnya membuat mereka harus
berpisah demikian juga dengan Hubungannya yang tidak baik dengan orang tua membuatnya sangat depresi hingga ia berusaha untuk mengalihkan perhatiannya
kepada rokok. Rokok memberikannya ketenangan dan penyelesaian masalah. “Kalau dengan orangtua ada hubungannya dengan orang yang spesial ini
tadi, jadi dulu saya sempat tunangan dengan dia tapi hanya seperti pengikat jarak jauh.. orangtua tidak setuju saya sama dia kemudian
karena terlalu banyak perbedaan pendapat antara aku dan orangtua sehingga kami sering sekali berantam.. banyak sekali masalahnya dulu,
saya harus menemui orang yang baru di sekolah yang baru, saya harus memulai pertemanan saya yang baru dari nol lagi, lingkungan dan
suasana yang baru lagi terus masalah itu lagi dan dengan orangtua lagi, jadi kalau dibilang merokok membuatku lebih tenang sebenernya nggak,
justru merokok adalah langkah awal aku pisah dari dia.. setiap bertengkar dengan orangtua saya curhat dengan dia dan tumpuan saya adalah dia
sehingga banyak pertemuan sebegitu sering juga merokoknya, tapi semakin ke belakang saya juga ingin memperbaiki hubungan dengan
orangtua saya berhenti dan karena dia juga ketahuan dengan perempuan lain, kami putus dan saya stop merokok sampai semester 4.. jadi
sebenernya banyak sekali kosongnya.. dan saya mulai lagi di semester 5 ini.
”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kuantitas merokok informan juga tidak terlalu banyak, dalam satu minggu hanya dapat menghabiskan satu bungkus rokok saja, rata-rata perharinya dia
sampai tiga batang saja. “Seminggu tapi belum tentu juga karena ngerokoknya paling sehari 2 atau
3 batang atau satu hari bisa nggak merokok.. tapi sekarang udah makin banyak karena saya juga udah punya penghasilan sendiri.
” Rokok favorit informan adalah Sampoerna Mild yang berukuran kecil, ia
memilihnya karena lebih ringan dan kandungan nikotinnya tergolong kecil. Ia mendapatkan rokok selain dari uang jajan, ujga dari pekerjaan sampingan yang ia
geluti sebagai guru vokal. “Saya guru vokal dan punya pendapatan setiap bulan jadi saya nggak beli
rokok itu dari uang bulanan pemberian orangtua saya.. jadi kalau misalnya uang gajiku habis, rokok itu udah harus selesai walaupun di
dalam sebulan itu belum habis bulananku..
Sampoerna yang kecil isi 10.. harganya 11 ribu Mungkin karena lebih ringan dan kandungan nikotinnya yang paling
rendah. ”
Informan mampu tidak merokok dalam satu hari karena faktor tidak ada uang untuk membelinya, saat itu rokok yang akan dihisap tidak ada. Selain itu ia
juga lupa untuk merokok karena kesibukan yang ia jalani. Ia masih memiliki uang jajan dari orang tuanya, namun uang untuk rokok khusus dibelinya dari
penghasilan sampingannya tersebut. Rokok bukan jadi yang terutama baginya, menurutnya makanan dan pakaian menjadi yang terutama. Maklum saja informan
selalu ingin tampil modis. “Pernah.. alasan yang paling jelas saya tidak merokok itu karena rokoknya
nggak ada, kadang adapun rokoknya saya bisa lupa mungkin karena kesibukan.
Pokoknya rokok itu dari gaji saya, kalau untuk uang jajan dari mama papa itu untuk kebutuhan dalam sebulan dan kebutuhan perkuliahan.. jadi
rokok di nomor sekiankan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Rokok akan saya tinggalkan karena saya akan memilih makanan dan pakaian itu.
” Jika dikaitkan dengan pernyataan informan yang sebelumnya rokok belum
menjadi prioritas utama baginya. Alsannya yang terutama rokok menjadi media mengurangi depresi yng dialaminya, rokok layaknya rutinitas kecil baginya.
“Alasan terutama nggak ada, tapi memang karena saya lagi banyak pikiran, rokok itu menjadi pelarian terhadap masalah saya.. malah
sekarang itu menjadi semacam rutinitas kecil tapi tetap saya kontrol. ”
Dilingkungan kampus Informan tidak berani untuk merokok. Bahkan bisa dikatakan tidak seorang pun menduga bahwa informan adalah seorang perokok.
Hanya dua orang yang mengetahuinya seorang perokok, ia menutupi secara rapat kebiasaan tersebut. Ia sangat menjaga image yang baik ketika berada di kampus.
“Saya tidak pernah merokok di kampus karena teman-teman saya tidak ada yang tau kalau saya perokok hanya 2 orang yang tau..
Aku sangat menjaga imageku juga, kemudian persepsi orang untuk cewek perokok saat ini masih terlalu buruk dan aku nggak pengen dicap “bad
girl” karena memang saya tidak seperti itu”. Untuk penampilan dan gaya, informan adalah seseorang yang
memerhatikan dengan sangat baik. Ia senang berpakaian sexy dan berbusana yang sedikit mini. Informan mendesain diriya ketika berada di ruang publik, ia berusaha
membuat kesan yang baik ketika semua orang melihatnya. Sebaliknya jika di ruang privasinya atau ketika ia merokok ia akan tampil apa adanya, karena hanya
dirinya sendiri yang bisa merasakan keadaanya saat merokok. “Aku sangat suka menggunakan sesuatu yang membuatku terlihat seksi
walau cuma pakai kemeja seperti ini.. di bidang pekerjaan saya juga tuntutan dalam masalah fashion sangat diperhatikan, saya suka busana
yang mini.. bukan untuk menarik perhatian orang tapi seperti ada kepuasan tersendiri..
Saya mendesain diri saya di ruang publik seakan-akan saya tidak merokok karena saya nggak pengen ketauan, tapi kalaupun ada orang yang tau,
saya akan menjawab iya.. contonya saat ini hanya 2 orang teman kampus saya yang tau saya merokok dan saya hanya mengatakan itu pada orang
yang benar-benar saya sangat percaya karena di kampus saya untuk mendapatkan teman yang dapat dipercaya itu hanya 1 orang selama
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
hampir 3 tahun ini dan sisanya nggak ada.. sekedar teman ketemu, ngobrol, makan siang, udah.. siapa aja saya tempelin dan saya nggak
pernah berpihak dengan siapapun. ”
Informan memilih orang, waktu, dan tempat yang tepat untuk merokok. Ia tidak terbiasa merokok bersama orang yang dia rasa tidak cocok untuk merokok
bersama. Ia beralasan untuk memuaskan dirinya pribadi, dan karena menjalankan kebiasaan merokoknya sehabis makan. Ia juga beralasan image yang baik menjadi
hal yang sangat peting baginya, agar nama baik keluarga tetap terjaga dan juga tidak memberi kesan yang buruk bagi kedua adiknya yang masih kecil.
“Saya merokok dengan orang lain kalau ada event di luar dan saya tidak pernah merokok di lingkungan kampus, saya lebih suka merokok dengan
orang-orang yang saya temui dalam bidang pekerjaan saya, contohnya kemarin waktu saya jadi juri, saya merokok dengan teman juri juga yang
perempuan dan itu dilihat semua orang karena pada saat itu sedang break makan siang di aula.. jadi saya merokok setelah makan karena ada
kepuasan tersendiri untuk saya.
Karena saya masih menjaga nama baik saya.. nama baik itu sangat-sangat penting untuk saya.. dan juga karena orangtua tidak mengetahui bahwa
saya perokok, karena protektifnya mereka itu dan saya tetap menjaga agar kedua adik saya tidak menjadi seperti saya.
” Informan memiliki seorang kekasih yang berada di luar daerah kota
Medan. Hubungan jarak jauh yang dijalaninya tidak menjadi hambatan bagi keduanya. Informan menaruh kepercayaan penuh kepada kekasihnya
tersebut, bahkan menurutnya dialah satu satunya yang dapat dipercaya setelah orang tuanya.
“Sekarang saya memiliki pacar dan dia juga seorang perokok.. kami berhubungan jarak jauh.. saya sudah jujur sama dia dan dia menerima
saya dengan sangat baik walaupun dia tetap menjaga saya biar saya tidak terlalu jauh melangkah di dalam rokok ini.. pada awalnya saya tidak
cerita tapi ternyata dia tau karena dia mengenal saya dengan sangat baik.. saya sangat percaya sama dia dan dia menjadi teman curhat saya..
kalau soal kepercayaan, dia nomor satu dan orangtua nomor dua samapi saat ini.
” Informan tergolong wanita yang mendesain dirinya sesuai tempat dimana ia
bergaul. Terbukti dari gaya bahasanya yang fleksibel, dan sedikit disesuaikan dengan tempat yang semestinya. Gaya berpakaian yang sedikit sexy menjadi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kesenangannya, ia merasa puas ketika bergaya sesuai keinginan dirinya sendiri. Citra diri yang kejam melekat pada dirinya, namun ia melakukan hal tersebut
bukan tanpa alasan, ia adalah sosok yang tegas. Dibalik citra tersebut ia melakukan beberapa rekayasa penampilannya dengan cara perawatan dan menggunakan mode
terkini agar ia tampil sedikit feminis. “ Itu saya tempatkan di mana saya berada kalau misalnya di kampus
ketika bergaul dengan teman-teman seperti ceplas-ceplos dan blak-blakan tapi kalau saya sedang berbicara dengan saudara pewawancara seperti
ini, saya akan menjaga gaya berbicara yang lebih baik, ketika bertemu dengan orang lain di luar, itu akan saya jaga gaya bicara saya.. kalau
saya pulang ke Berastagi, saya akan berbicara layaknya orang Karo dengan keluarga karena mama saya orang Karo.
Saya tidak tomboi dan saya cukup feminin, saya sangat suka mode dan fashion walaupun tidak terlalu maniak tapi saya mengikutinya, saya juga
suka mengoleksi peralatan make-up, tapi saya tegas orangnya sehingga orang menilai saya kejam, saya juga cukup cerewet, tapi saya tidak
munafik dan apa adanya.
Saya suka baju yang berwarna gelap, saya juga suka mengoleksi sepatu high heels, bisa sampai 9 sampai 12 pasang saya
.” Gaya merokok yang menjadi ciri khas dan favoritnya adalah dengan cara
menarik pelan-pelan batang rokok dan mengeluarkannya-pelan pelan. Menurutnya hal tersebut memberikan sensasi tersendiri bagi dirinya.
“Batang rokok saya ambil pakai tangan kiri, dinyalain pakai mancis di tangan kanan, lalu saya hisap rokoknya lalu saya buang.. saya sangat
menyukai asapnya saya keluarin pelan-pelan dari mulut saya. ”
Impression management yang di lakukan oleh WN sangat tampak. Ia bahkan hanya sedikit berinteraksi dengan back stage. Back stage nya adalah orang
– orang yang berada dilingkungan kerjanya. Diluar itu ia hanya mengonsumsi rokok secara pribadi dan ia sangat nyaman ketika tak satupun orang tahu dengan
kebiasaanya tersebut. Banyakya front stage yang harus ia hadapi diantaranya orang tua, keluarga, teman kampus, pacar, ruang publik membuatnya semakin
sering mendesain dirinya agar tampil baik. Ia sering mendesain dirinya dengan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tampilan yang sedikit sesnsual, di keseharian juga ia mendesain gaya bahasa, sikap dan tampilannya dengan mengikuti menggunakan fashion terkini.
Tabel 4.6 Impression Management WN
4.1.3.7 Informan VII GH