Perspektif Konstruktivisme Perspektif Kajian .1 Perspektif

Universitas Sumatera Utara pandang tertentu, tidak menurut satu cara yang lain, yang serta merta berlaku secara universal Ardianto dan Q-Anees, 2007:78. Pada perspektif yang kita pilih terkandung semua keuntungan dan keterbatasan, akan tetapi kita tidak memiliki hak untuk mengingkari nilai dan untuk mempermasalahkan validitas perspektif yang lain. Konsekuensi dari penggunaan perspektif adalah kearifan untuk menyatakan bahwa apa yang kita ketahui sekarang bukanlah kebenaran mutlak, melainkan hanya pemahaman yang diciptakan manusia. Karena pemahaman kita adalah produk kemanusiaan, maka ia tunduk pada perubahan konseptual sebagaimana secara historis kita telah mengubah konsep dan perspektif untuk menciptakan pemahaman kita. Konsekuensi lainnya adalah kita bukan menemukan realitas tetapi menciptakan realitas. Alasannya karena ketika kita melakukan penelitian kita tidak mungkin tidak mengorganisasikan pengamatan dan persepsi kita dan hal ini tidak dapat kita hindarkan saat melakukan penelitian. Pengunaan perspektif yang paling nyata haruslah secara sadar tanggap pada perspektif yang dipakai, apa implikasinya, dan kemana ia mengarahkan kita. Kita harus tanggap pada pertanyaan apa yang dapat ditanyakan dan karenanya , dapat dijawab dalam rangka perspektif itu. Kita perlu mengetahui pertanyaan pertanyaan apa yang tidak dapat dipertanyakan, dan karenanya dapat dijawab dalam rangka perspektif itu. Kita perlu mengetahui pertanyaan pertanyaan apa yang tidak dipertanyakan, dan karenanya, juga tidak dapat dijawab. Kita perlu mengetahui apa yang seharusnya kita ketahui dan bagaimana menggunakan perspektif yang paling tepat untuk membawa kita pada pengetahuanpemahaman itu Fisher,1990:89. Perspektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah perspektif konstruktivisme.

2.1.2 Perspektif Konstruktivisme

Ilmu komunikasi dalam perspektif konstruktivisme tidak hanya mulai mempertimbangkan konstruksi namun juga menyediakan cara cara penelitian yang lebih khas. Menurut Von Glasersfelt konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi bentukan kita sendiri Ardianto dan Q-Anees, 2007:154. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistimologi merupakan hasil konstruksi sosial. Pengetahuan manusia adalah kontruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia objek material. Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan. Konstruksi membuat cakrawala baru dengan mengakui adanya hubungan antara pikiran yang membentuk ilmu pengetahuan dengan objek atau eksistensi manusia. Dengan demikian paradigma konstruktivis mencoba menjembatani dualism objektivitisme – subjektivitisme dangan mengafarmasi peran subjek dan objek dalam konstruksi ilmu pengetahuan Ardianto dan Q-Anees, 2007:152. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyamapai pesan. Konstruktivisme justru mengaggangap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Komunikasi dipahami diatur dan dihidupkan oleh pernyataan- pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri sang pembicara. Pada perspektif konstruktivis, kebenaran bukan pada kecocokan dengan realitas ontologis melainkan pada viabilitas, yaitu kemampuan suatu konsep atau pengetahuan dalam beroperasi. Pengetahuan yang kita kostruksikan itu dapat digunakan dalam menghadapi macam-macam fenomena dan persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan tersebut. Oleh karena itu, analisis dapat dilakukan demi membongkar maksud dan makna-makna tertentu dari komunikasi. Von Glasersfeld dan Kitchener membuat gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut: 1 Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2 Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 3 Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang. Konstruktivisme memang merujukkan pengetahuan pada konstruksi yang sudah ada di benak subjek. Namun konstruktivisme juga meyakini bahwa pengetahuan bukanlah hasil sekali jadi, melainkan proses panjang sejumlah pengalaman. Banyak situasi yang memaksa atau membantu seseorang untuk mengadakan peubahan akan pengetahuannya. Perubahan inilah yang akan mengembangkan pengetahuan seseorang. Atau bila kita berhadapan dengan suatu persoalan atau kejadian yang baru atau berbeda, kita tertantang untuk mencari arti dan makna hal itu dengan menggunakan gagasan, ide – ide, maupun konsep konsep yang telah kita punyai. Ardianto dan Q-Anees, 2007:153 2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Teori Dramaturgi