Informan II MH Impression Management Pada Mahasiswi Perokok

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Tabel Impression management TL

4.1.3.2 Informan II MH

Informan pada saat wawancara berlangsung kurang mengetahui tentang esensi penelitian tersebut dan pada saaat penelitian berlangsung informan sibuk dengan rokoknya saja, dan menjawab pertanyaan dengan apa adanya dan tidak sepenuhnya serius. Informan pada saat ditemui baru saja mengikuti ujian, dan karena faktor tersebut ia langsung memutuskan untuk merokok seusai selesai dari ruang ujian. Pada saat dijumpai ia tidak memiliki rokok, ia meminta beberapa batang kepada teman laki laki yang ada di lobi kampus. Ia merokok karena kebutuhan, kebiasaaannya merokok di kampus biasa di lakukannya pada saat kelas akan dimulai dan saat kelas telah berakhir. Ia biasa juga merokok di depan umum. “Sekarang ini? Ya kebetulankan habis ujian.. ya butuh aja gitu, menjadi kebutuhan kayaknya sekarang.” Impression Management Signification other Tempat Alasan Front Stage Back Stage Menutup rapat kebiasaan merokoknya. Biasanya ia mendesain dirinya dengan tampil dengan feminim didepan orang orang. Berlatar belakang pemain basket meyakinkan orang orang bahwa ia bukan seorang perokok. Signification Other tidak mengetahui kebiasaan yang dimulainya sejak dibangku SMP hingga saat ini. Ia akan merokok dengan teman teman yang dianggap mampu membuatnya nyaman. Ia akan tetap menjaga statusnya sebagai wanita dan tidak ada yang berbeda ketika berada di front stage dan back stage.  Orang tua  Kekasih Tempat Umum  Ia sangat menghorma ti orang tuanya  Takut jika dilihat oleh kekasihnya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Informan adalah anak dari seorang Polisi dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Tuntutan pekerjaan orang tua tersebut sering membuatnya jarang bertemu dengan orang tuanya, dan ia sering berpindah pindah tempat tinggal sejak dari kecil. Dikeuarganya ada dua orang yang merokok secara aktif yakni ayahnya dan saudara laki - lakinnya yang berprofesi sebagai advokat. “Kalau abang saya sepertinya hanya sebatas pergaulan saja. 1 atau dua batang kalau duduk duduk sama temannya Kalau ayah saya sangat sangat sering, malah kalo sehari rata rata 2 bungkus pasti abis .” Seluruh anggota keluarganya mengetahui bahwa informan adalah seorang perokok. Respon awal yang diberikan oleh keluarganya biasa saja hanya menasehatinya. Informan pernah berhenti merokok ketika ia terkena penyakit sinus ketika SMP. “Mereka semua tahu bahwa saya perokok Pertama kali sih, mereka Cuma nasehati aja, mereka bilang merokok itu gak baik arena waktu smp aku pernah kena infeksi paru paru. Dari itu vakum tapi karena teman teman juga satu lingkungan perokok ikut lagi deh .” Informan pertama kali mengenal rokok ketika berada dibangku sekolah dasar saat berada di kelas enam. Ia mengetahui rokok saat ayahnya meletakkan rokok di meja, saat itu ia tidak langsung menggunakannya dia hanya mencoba coba saja. Sejak ia pindah ke kota Medan, di kelas dua SMP ia mulai mengonsumsi rokok. Baltazar, adalah laki laki yang menawari rokok kepadanya, teman satu kelsnya tersebut merokok bersamanya di tempat tersembunyi di sekolah. Uniknya saat ini Baltazar telah berhenti merokok. “ Kelas 2 smp di salah satu sekolah berbasis islam di Medan Pertamanya sih aku biasa aja, malah aku berpikir aku gak akan kecanduan, terus kok enak ya… ya udah dari situ lanjut terus. Di sekolah tepatnya ada satu tempat dimana anak anak pada merokok. Ditawarin sama teman saya , namanya Balatazar .” Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Pergaulannya yang lebih banyak bersama – sama dengan laki laki membuatnya susah untuk berhenti merokok. Ia jarang bergaul dengan perempuan, namun ia pernah berusaha untuk berhenti untuk merokok. “Tidak pernah, saya satu satunya anak cewek yang merokok di smp itu Pernah kelas 3 smp, terus kelas 3 sma, haha, semester 1 di kuliah makin parah lagi. Karena begitu masuk kampus, ketemu kawan kawan yang selalu sama ternyata merokok .” Ia pernah beberapa kali menggunakan rokok yang berbeda namun untuk saat ini informan memilih rokok yang pas di mulutnya yaitu Marlboro Mild. Harga rokok tersebut tergolong mahal untuk ukuran mahasiswa. Ia membeli rokok dari uang jajan yang diberikan oleh orang tuanya. “Rokok saya sekarang Marlboro light, Ringan, aku suka Marlboro light itu tarikannya ringan dan karena awalnya sih aku minta minta aja. Harganya Rp.16.000 .” Selain menjadi mahasiswi informan juga menggeluti dunia broadcasting sebagai penyiar di radio Kiss FM Medan dan sekaligus bergabung di EO Event Organizer di kota Medan . Meskipun bukan karena pekerjaan tersebut ia menjadi perokok, namun ia merasa ada dampak tersendiri dari rokok terhadap pita suaranya. Suaranya menjadi lebih berat dan enak didengar. “ Sebelumnya ada, saya seorang penyiar radio, di radio kiss fm Kalo kata temanku sih, merokok bisa buat suara makin berat. Yah, kalau berat aku kurang tau juga sih, tapi aku ngerokok kalau lagi buat skrip, gak tau juga sih aku susah berpikir kalau gak merokok untuk dapatkan ide ide itu. Kalau aku harus ngerokok dulu biar bisa berpikir kebalik dari orang yang harus berpikir dulu baru ngerokok .” Intensitas merokok dalam satu hari cukup sering. Terang saja ia dapat menghabiskan satu bungkus rokok, yang berisi dua puluh batang dalam sehari. “ 20 batang itu sebungkus, itu pasti.. aku gak pernah lebih dari situ.” Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Ia sering melakukan kebiasaanya tersebut di rumah, di kampus, dan di semua tempat yang dia rasa tepat. Waktu kesukaannya untuk merokok adalah saat hendak tidur, dan saat buang air besar di pagi hari. Tempat favoritnya saat merokok adalah di depan TV dan di kamar mandi. “Pas duduk duduk seperti ini, tidak melakukan apapun, selesai makan, kadang juga sambil makan juga aku merokok nah pas buang air besar, dan sebelum tidur. Iya dirumah, tepatnya diruang tv .” Di rumah ia sering merokok dan kebiasaannya tersebut tidak mendapat teguran dari orang-orang di rumahnya kecuali ayahnya. Ia tidak akan merokok didepan orang orang yang ia hormati, dan kerabat dekat dan teman dekat orang tuanya apalagi di acara - acara umum. “iya, tapi liat sikon juga karena gak semua orang sekarang bisa nerima kalau cewek itu ngerokok, kayak misalanya dipertemuan pertemua keluargakan atau diacara yang ada orang yang saya segani, misalnya temennya orang tua atau temen abang yang mulutnya gak bisa dijaga, saya gak akan merokok .” Informan memiliki keinginan untuk berhenti, namun karena hal tersebut sangat susah untuk ditinggalkan ia belum bisa menghentikannya. Usaha yang dilakukannya adalah dengan tidak membeli rokok, sehingga dia hanya sekedar meminta saja dari teman teman perokok lainnnya, sama seperti yang dilakukannya saat wawancara tersebut berlangsung. “ya, mengurangi kadang aku Cuma minta minta aja, ketengan untuk membatasi aku biar gak merokok dan lama lama ga merokok .” Informan akan berhenti jika ada orang yang sangat berpengaruh yang dapat menghentikannya. Alasan utama informan menggunakan rokok adalah karena rokok telah menjadi kebutuhan baginya. “Nah itu dia kalau ada misalnya teman yang bisa buat aku berhenti aku merokok, aku berhenti, tapi temen ku itu banyakan yang perokok, ya udah aku merokok aja jadinya .” Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara “Karena rokok telah menjadi kebutuhan buat saya, sudah bebrapa kali saya coba untuk berhenti tapi gak bisa bisa .” Ia memiliki seorang kekasih yang juga seorang perokok, namun intensitas merokok informan lebih tinggi dibandingkan dengan kekasihnya tersebut. Ayahnya menjadi momok yang menakutkan baginya. Ia tidak mau saat merokok ayahnya melihatnya. “Papa, mungkin aja papa bakal main tangan begitu melihat aku ngerokok. Ayah saya pernah Hampir memukul saya waktu SMA waktu pulang terlalu malam .” Sosok ayah membuatnya takut karena sejak kecil pola militer dibawa kerumah, hingga suatu saat informan pernah menggunakan zat adiktif lainnya yakni ganja, dan semua hal yang berkaitan dengan kepribadiannya hanya diceritaka kepada ibunya. “iya papa ku kan polisi, jadi militer gitu, kalo mama sangat lembut Mama, karena mama menerima aku apa adanya, dan kalau ada sesuatu aku bilang ke mama, kayak rokok itu juga. Aku pernah nyoba narkotika juga kan ganja dan itu 3 kali seumur hidup aku, dan aku ceritanya itu ke mama. Kalau iras juga pernah tapi tidak terlalu ketergantungan, papa aku juga kan peminum juga. ” Proses Impression Management tidak ditemukan pada MH, karena seluruh orang yang berada di Front Stage telah mengetahui kebiasaan merokok yang ia lakukan. Signification Other juga seakan tidak melarangnya untuk berhenti, dan ada proses pemaklumana dari keluarganya. Dengan demikian juga ketika impression management tidak dilakukan lingkungan front stage dan back stagenya pun tidak ada. MH menyamaratakan semuanya, menurutnya jika ia senang merokok, ia akan merokok dimanapun ia mau. Meskipun menurutnya ia akan tidak merokok hanya karena dimarahi dan di acara – acara keluarga namun kebiasaan merokoknya tersebut telah menjadi kebutuhan baginya Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Impression Management tidak dilakukan oleh MH. Proses impression management yang diakukan MH dijelaskan lewat tabel berikut. Tabel 4.3 Impression Management MH

4.1.3.3 Informan III LP