Informan III LP Impression Management Pada Mahasiswi Perokok

Universitas Sumatera Utara Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Impression Management tidak dilakukan oleh MH. Proses impression management yang diakukan MH dijelaskan lewat tabel berikut. Tabel 4.3 Impression Management MH

4.1.3.3 Informan III LP

Informan awalnya sangat tidak nyaman ketika wawancara berlangsung, karena ia takut orang tuanya mengetahui bahwa ia adalah seorang perokok. Maklum saja, ia pernah ketahuan merokok oleh orang tuanya. Pada saat wawancara peneliti menjelaskan bahwa proses Impression Management yang dimaksud, dan informan cukup mengetahui dengan jelas apa yang hendak dilakukan saat wawancara berlangsung. Merokok sepertinya telah menjadi kebutuhannya, terbukti saat wawancara berlangsung informan merokok. “Hari ini saya ngerokok karena itu udah menjadi sebuah kegiatan setiap harinya.. tidak terlepas dari rokok.. rasanya kalo ngerokok ada inspirasi atau imajinasi itu terbuka.. pemikiran kita tentang melakukan suatu hal lebih luas. ” Impression Management Signification other Tempat Alasan Front Stage Back Stage Tidak terdapat impression management Tidak terdapat impression management dalam dirinya antara front dan back stage Tidak ada Ia tidak peduli orang tahu tentnang kebiasaaanya tersebut, bahkan seluruh anggota keluarganya mengetahui bahwa ia adalah seorang perokok. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Orang tuanya yang berprofesi sebagai pegawai salah satu Bank mambuatnya sering berpindah pindah tempat. Ayah dari informan adalah seorang perokok demikian dengan saudara laki lakinya. “Panjang cerita sebenernya berawal dari orangtua yang dinasnya dulu di Kalimantan, baru berpindah dan berdomisili ke Makassar, baru kami ke Bone, terakhir kami pindah ke Padang, menghabiskan masa pensiunan orangtua di Medan .” “Kalau dulunya orangtua laki-laki memang perokok berat, tapi menjelang usia 33 tahun setelah menikah, beliau berhenti merokok karena ada penyakit asma.. Orangtua perempuan tidak sama sekal i.” Pertama kali mengenal rokok dari orang tuanya yang seorang perokok saat usia lima tahun, kala itu masih berada di taman kanak-kanak, informan mencoba rokok milik ayahnya. Saat itu alasan nya menggunakan rokok karena faktor ketidak sengajaan dan ingin mencoba saja ternyata rasanya manis . “Pernah sekali waktu saya masih kecil.., masih daerah Sulawesi Selatan saya pernah coba rokoknya tanpa sengaja, kalo nggak salah masih TK umur 5 tahun.. karena ngeliat saya merokok, mungkin dari situ juga faktornya orangtua berhenti. Begitu beliau pulang kerja, rokoknya diletakin di atas meja, saya yang masih kecil nggak tau apa-apa karena penasaran, saya ambil sebatang, saya rasakan di ujung rokok itu manis dan saya coba, saya membakarnya dan menghisapnya tanpa sengaja dan ketauan sama orangtua di belakang rumah.. Yang saya rasakan, cuma rasa manis dan ada asa m.” Kemudian kebiasaan tersebut berlanjut kebangku SMP, banyak dari teman teman informan menjadi perokok. Hal ini membuatnya tertarik dan rokok tersebut membuatnya lebih percaya diri dan merasa hebat. Tepatnya di Padang, Bukit Tinggi Tahap kelanjutannya itu awal SMP kelas 1.. masa puber seorang siswa SMP melihat temen-temen merokok jadi ada rasa sok-sokan, pantetengan .. jadi ada timbul pemikiran untuk mencoba.. pertama mencoba-coba aja Saya bersama teman-teman SMP juga 1 kelas yang laki-laki pada umumnya Masih di lapangan basket seingat saya. ” Faktor lain yang menyebabkan informan melanjutkan kebiasaan tersebut karena masalah keluarga hingga ia harus bergabung kedalam komunitas yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara kebanyakan anggotanya adalah seorang perokok. Hal tersebut mendorongnya untuk tetap merokok. Komunitas tersebut bergerak dibidang hobi sepeda motor. Di komunitas tersebut mereka sering merokok di tempat tempat tertentu saja. Namun disatu sisi informan merokok bukan karena ikut ikutan namun karena faktor kepercayaan dirinya sendiri. “Komunitas motor sebenarnya.. komunitas ini bergabung dengan klub- klub motor Honda, yaitu Vario dimana kita sering bikin event-event kayak touring ke luar kota, jadi terikut-ikut dengan suasana seperti itu.. Dulunya cewek yang merokok itu pada tempat- tempat tertentu tidak di tempat umum.. Pertama kali berani merokok depan umum itu kelas 3 SMP waktu di Padang.. begitu semua komunitas motor yang ada di kota itu ngumpul, saya sih yang pertama berani untuk merokok di depan mereka.. pikiran saya cuma satu, “ini diri saya, bukan karena orang itu aku merokok, bukan karena pandangan mereka saya bakal berhenti merokok”.. ini memang keinginan dari diri sendiri. ” Bukan hanya di SMP di bangku SMA ia tetap merokok, dan sepertinya rokok menadi sangat melekat pada dirinya. “ Saya SMA di Methodist-1, Hang Tuah, Medan.. kemudian saya juga bergabung dengan teman yang merokok karena memang saya nggak bisa hentikan rokok dari kelas 3 SMP jadi terbawalah sampai di SMA kelas 1.. saya terus merokok tepatnya dulu di kelas karena dulu kawan-kawan juga begitu masih ada unsur sok jago, premanisme.. lanjut terus sampai akhirnya saya kecelakaan, stop selama 6 atau 8 bulan.. masuk kelas 2 SMA pembersihan total untuk paru-paru, kumat dan gabung lagi dengan pergaulan yang bisa dikatakan high class, merokok lagi sampai kelas 3 SMA dan sama sekali benar-benar tidak stop sampai kuliah ini.. palingpun stop 1 atau 2 bulan, besoknya lanjut lagi merokok.. Untuk tahap kebutuhan itu dimulai dari kelas 3 SMA karena memang di situ jadi perokok berat, jadi setiap hari tidak terlepas dari yang namanya rokok .” Informan mengonsumsi rokok dalam jumlah yang cukup banyak, sekitar dua hingga tiga bungkus. Belum lagi jika ia bersama sama dengan teman temannya yang juga seorang perokok, jumlah itu memungkinkan untuk bertambah. “ Dalam 1 hari ketika saya berada di luar dengan kawan-kawan, mungkin 2 atau 3 bungkus tidak terasa karena kita beraktivitas, duduk, ngumpul, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara nongkrong, itu pasti ada pembicaraan dan rokok itu nggak pernah berhenti, kalaupun mau berhenti paling hitungan 10 atau 15 menit, setelah itu bakar lagi. ” Informan menggunakan rokok sampoerna setiap harinya, rokok yang dihargai Rp.16.000 tersebut didapatkannya dari uang jajan yang diberikan orang tuanya dan dari beberapa penghasilan yang didapatkannya dari pekerjaan sampingan yang dimilikinya. “Namanya juga mahasiswa pasti masih ada donasi dari orangtua.. tapi uang jajan nggak pernah saya pergunakan untuk yang namanya rokok.. jadi untuk membeli rokok ini saya cari dengan cara yang lain dengan cari kerjaan, minta proyek dari teman, proyek apapun itu saya mainkan dengan kawan-kawan dan hasilnya itu saya pergunakan untuk membeli rokok dan untuk kebutuhan saya yang lain juga selain rokok .” Informan menomor satukan rokok dari beberapa benda yang hendak dibelinya, bahkan dari makanan dan minuman. Menurutnya lebih baik tidak makan dan minum asalkan rokok bisa dihisap. Faktor kebutuhan menjadi dasarnya melakukan hal tersebut. “Kalo saya pribadi memprioritaskan rokok sebagai nomor 1, yang kedua mungkin makanan, nomor 3 minuman.. karena buat orang yang udah perokok berat, saya lebih mementingkan rokok daripada saya harus makan, karena tanpa rokok kalo orang bilang nggak bisa bernafas, kalo makan masih bisa ditahan, tapi kalo yang namanya rokok atau nafas itu susah ditahan makanya rokok itu prioritas yang pertama, ketika tidak ada dana, mungkin beli per batang. ” Alasan utama informan tetap merokok hingga saat ini adalah karena dari dalam diri sendiri, menurutnya rokok dapat melepaskannya dari berbagai beban dan permasalahan yang ada didunia ini. Meskipun demikian, ia menyadari bahwa merokok membawa dampak yang negatif kepada dirinya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara “ Alasan pertama kali karena keinginan diri sendiri, tidak terlepas dari banyaknya permasalahan dan beban pikiran, jadi pelampiasan itu larinya ke rokok, tanpa kita sadari juga ketika saya ikut seminar mengenai bahaya merokok memang ada zat yang terkandung dalam rokok itu yang membuat seseorang kecanduan.. memang benar, ketika saya mencoba rokok, rasanya kalo tidak merokok 1 hari, seperti nggak bisa berpikir, nggak tau mau ngapain, karena zat candu dalam rokok itu tadi. ” Menurutnya semua orang dijaman sekarang ini telah menggunakan rokok. Dimanapun ia berada setiap orang pasti membutuhkan rokok. Informan dalam keseharian memperhatikan dengan jeli teman yang hendak ia dekati, ia tidak terlalu suka bergaul dengan yang tidak merokok. Dan ia suka bergaul dengan seseorang yang memiliki wawasan yang tinggi dan dapat diajak untuk berdiskusi terhadap masalah masalah sosial. Informan lebih nyaman berteman dengan seorang perokok dibangdingkan yang tidak perokok, alasannya nantinyaasap rokok tersebut dapat mengganggu pernafasan teman yang tidak perokok tersebut. “Kita nggak usah muluk-muluk, kalo kita melihat dari kehidupan sekarang, setiap orang pasti merokok, ke manapun kita jalan, pasti ada orang yang bakalan sediakan rokok, meskipun kita nggak beli, mereka yang menyodorkan.. karena memang aktivitas mereka selalu diiringi dengan rokok.. Lebih nyaman sebenernya sama yang perokok, karena kalo misalnya kita berkawan dengan yang tidak perokok, kalo kita mau merokok, ada yang harus kita jaga, yaitu pernafasan mereka, image nya mereka, nggak nyamannya mereka ketika kena asap kita. ” Kebiasaan merokoknya telah diketahui oleh orang tuanya, saat itu orang tuanya merasa sangat marah mengetahui anak perempuannya adalah seorang perokok. Seketika itu juga, informan mulai memahami bahwa merokok itu tidak baik dan memutuskan untuk berhenti mengonsumsi rokok. Ia mulai menjaga image tersebut agar tidak diketahui oleh khalayak umum. Dikeluarganya kebiasaannya tersebut telah diketahui dengan baik oleh saudara saudaranya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Faktor lingkungan atau dari luar membuatnya dan saudara saudaranya tersebut menjadi seorang perokok. Sosok ayah yang adalah perokok mempengaruhi mereka menjadi perokok. “Orangtua mengetahui ketika saya SMA kelas 1, saya kena tegur, kena marah dan dilempar bantal sebenarnya karena mereka beranggapan saya masih sekolah dan masih minta uang jajan, saya masih dipenuhi kebutuhannya dengan uang orangtua, bagaimana mungkin saya sebagai seorang anak merokok, membuat image orangtua saya menjadi jelek apalagi saya perempuan, kalo saya tadinya laki-laki, tidak dijadikan permasalahan buat orangtua.. lalu saya bilang saya udah berhenti.. terakhir ketauanya itu waktu di semester 5, tapi orangtua saya mulai berkata dengan bijaksana dan dewasanya mereka, “kamu sudah besar, kamu udah tau apa yang baik bagimu, kalo bisa berhentilah boru”.. itu pesan dari orangtua laki-laki saya.. jujur, spontanitas ketika beliau mengatakan begitu, saya sempat berhenti hanya untuk 1 bulan aja, saat itu saya memang bener-bener memikirkan perasaan orangtua yang memang image nya yang harus dijaga. ” Pada periode waktu tertentu informan berusaha berhenti dari kebiasaan tersebut. Ia melakukan beberapa usaha usaha untuk berhenti diantaranya dengan memakan permen sebagai pengganti rokok, dan menyelangi kesehariannya dengan aktivitas lain seperti berolahraga basket dan tenis lapangan. Rokok telah menempel didirinya selama sepuluh tahun. Menurutnya tak ada gangguan pernafasan dan paru – paru hingga saat ini. “Banyak sekali.. saya pernah coba berhenti merokok dengan makan permen, kata temen “karena rasa manis di permen ketika kamu hisap rokok rasanya lidah terasa pahit dan nggak nyaman”.. saya coba itu tapi nggak mempan juga.. justru semakin makan permen makin enak malah rokoknya.. kedua, saya berhenti karena olahraga.. memang jujur ketika saya merokok hari ini besoknya saya banting dengan olahraga supaya menetralisir racun yang udah ada di darah dan keluar melalui Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara keringat, makanya paru-paru dicek pun, saya yakin pasti bagus meskipun sudah 10 tahun merokok.. Dulu saya salah satu atlet tenis lapangan.. saya jadi atlet POPDA dari SD sampai kelas 2 SMP dan saya terus juara di Padang.. pada saat itu ketika saya latihan hari ini saya berhenti merokok, besoknya saya merokok..kemudian masuk lagi di SMA, saya jadi tim inti basket.. setiap hari saya tidak lepas dari olahraga.. 5 kali dalam seminggu saya habiskan waktu untuk bermain basket selama 3-4 jam. ” Rokok memang memberikan dampak negatif didalam dirinya. Kulitnya sekarang lebih gampang kusam dan tidak mulus, namun rokok juga dapat memberikan dampak positif baginya yaitu penyakit sinus yang dideritanya sembuh akibat rokok, dan satu lagi menurutnya setelah merokok pernafasannya saat lari bukan tambah pendek namun semakin panjang dan seakan tidak ada masalah dalam beralri dan bernafas. “ Rokok ini negatifnya cuma di kulit.. kulit jadi terlihat lebih kusam dan nggak ada freshnya sama sekali.. kalo untuk nafas, yang saya rasakan malah semakin lebih tahan nafasnya ketika kita lari.. kemudian efek positif dari rokok ini terutama asapnya, sinusitis saya hilang.. semula saya nggak percaya sama kata dokter, katanya tidak boleh merokok lagi kalo mengidap sinusitis.. sinusitis saya ini sudah parah, saya disarankan untuk operasi tapi saya nggak mau.. kemarin saya pernah coba berhenti merokok selama 1 minggu karena sinusitis, saya dikasi obat sama dokter yang disemprot ke hidung dan rasanya sangat perih.. penciuman saya juga tidak berfungsi secara normal selama 1 minggu itu.. kemudian saya diajak teman ke karaoke, saya ditawarin merokok, saya bilang nggak karena saya sinus, tapi saya coba akhirnya walau nafas dari hidung udah setengah-setengah.. tiga kali saya narik itu rokok, asapnya dikeluarkan dari hidung dan sinus itu bener-bener hilang, saya percaya dari situ maka ketika sinus saya kumat, saya merokok.. salah satu obat yang manjur buat saya, obat dari dokter saya buang. ” Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Ruang publik dan ruang privasi juga tak lepas dari penglihatannya, jika diluar rumah ia akan merokok diamanapun ia berada, namun jika berada di rumah maka ia memutuskan untuk tidak merokok, faktor kesehatan dan image yang baik yang berusaha untuk selalu dijaga. Tempat favoritnya merokok adalah di balkon rumah saat malam hari. “Kebiasaan saya merokok ketika saya di luar rumah aja.. ketika orangtua tidak ada di rumah, baru saya merokok di rumah.. Tidak berani dirumah Karena faktor kesehatan , kemudian menjaga image terhadap orangtua.. Di depan balkon kamar dan biasanya di malam hari, lebih berasa kalo merokok di malam hari karena suasana dan udaranya yang enak.. malam itu gelap, jadi saya juga bisa ngeliat asap rokoknya seperti apa. ” Zat adiktif yang lainnya ternyata tak luput dari informan, ia juga pernah menggunakan miras dan obat obatan tergantung pada saat saat tertentu. “Pernah dan tergantung event, misalnya kayak temen ulang tahun.. karena berada di tempat yang sewajarnya untuk minum, misalnya kafe atau tempat dugem.. terus kita minum sambil ngerokok, obat juga.. tapi saya tidak menggunakan obat. ” Salah satu alasan informan menjadi depresi dan akhirnya menggunakan rokok adalah karena keadaaan rumah yang tidak nyaman untuk dihuni, ia menjadi lebih nyaman bersama dengan lingkungan luar rumahnya daripada didalam keluarga. “Sebenarnya di luar rumah karena ngerasa aman, dilindungi, dijagain, dibantu, dan dimengertiin.. kalo di rumah rasanya kurang karena orangtua tidak mau mengerti dengan kesibukan kita.. Masalah ini dari abang saya yang pertama dia selalu bikin orangtua marah, selalu buat ulah di sekolah.. jadi emosi orangtua yang harusnya ke abang jadi kena ke kami adik-adiknya.. karena tidak tahu harus melampiaskan emosi kemana, tidak ada tempat pelampiasan dan pelarian Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara untuk bicara sama siapa, terakhir lari ke rokok.. ternyata rokok menimbulkan rasa kecanduan juga.. ” Salah satunya adalah caranya dalam menyelesaikan masalahnya, ia bukan seseorang yang mau menceritakan masalah pribadi kepada seseorang bahkan kepada ibunya, ia lebih memilih di hipnotis sehingga ia lebih rileks. Ibu baginya bukan sosok yang tepat dan terkadang ia berprasangka jika masalah tersebut diceritakan akan mendapat respon yang tidak baik, dimarahi , sehingga hal tersbut juga yang membuatnya tidak akur dengan ibunya. “ Kalo saya ada masalah besar, saya curhatnya ke dokter pribadi.. dia master psikologi, psikiater, dan ahli hipnotis juga.. kalo saya mau curhat kadang dihipnotis juga.. Dia bisa menjaga rahasia, dia berikan jalan keluar yang baik dari setiap permasalahan dan dia membuka aura positif dari pemikiran kita.. efeknya dari hipnotis itu cara pandang kita lebih terbuka, perasaan badan inipun segar.. Saya tidak terlalu dekat dengan ibu.. jadi setiap hari kami berjumpa bukan ada komunikasi yang baik tapi malah berantem karena egois dan emosional kami masing-masing.. beliau keras, saya juga keras.. sebenarnya dulu beliau lembut tapi karena permasalahan abangku tadi, pribadinya pun jadi berubah dan terbawa ke kami, saya sendiri orangnya tidak suka dikasari dan dimarahi .” Saat ini ia memiliki seorang kekasih yang juga seorang perokok. Ia tidak segan untuk merokok bersama dengan pacaranya. Kalau saya lihat pemikiran laki- laki sekarang ini cewek perokok itu “wah” di mata mereka dalam arti positif, karena pemikiran sekarang udah jauh lebih modern ditimbang pemikiran dulu.. sedangkan mamak-mamak yang udah menikah dan punya anak bahkan cucu aja merokok, kenapa kami yang gadis ini tidak boleh.. kalau untuk pacar saya sendiri, sebelum jadianpun saya tunjukin diri saya bahwa saya perokok, apakah dia bisa Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara menerima diri saya atau tidak ternyata dia terima tapi dia membatasi saya.. saya lebih parah merokoknya daripada dia.. Banyak upayanya.. salah satunya melarang dan membatasi.. bahkan dia simpan itu rokok.. Di lingkungan kampus informan juga merokok, tempat tempat umum seperti kantin, lobi kampus, kelas menjadi area yang paling digemarinya. Pertama rasanya takut gimana pandangan dosen ngeliat saya ngerokok.. kemudian saya beranikan diri untuk merokok di depan senior waktu pertama kali saya masuk kampus dan semua mata senior melihat saya.. yang cewek-ceweknya pada nggak suka, tapi yang laki-lakinya pada suka ngeliat saya merokok.. jadi lambat laun saya beranikan diri untuk dekatin senior yang laki-laki dan mereka bilang nggak masalah kalo merokok di kampus, kalo diliat dosen, biasa aja jangan terlalu diperlihatkan ke dosennya.. Di kantin, lobby kampus.. di ruang kelas pernah sekali, tapi saya lebih menghargai kawan-kawan karena kelas bukan tempatnya untuk merokok.. Informan bukanlah seseorang yang terlalu mendesain dirinya sedemikian rupa didepan banyak orang, ia tampil apa adanya dan tidak pernah berpikir untuk menutupi kebiasaannya tersebut, menurutnya ia bangga menjadi dirinya sendiri. “Saya bukan merasa bangga, tapi saya mau menunjukkan bahwa inilah pribadi saya.. jadi orang lain tidak melihat dari sisi negatif karena saya bukan merokok gaya pantetengan.. ada cewek yang merokok terlalu ditunjukin gayanya merokok, kalo saya nggak.. kawan-kawan yang perokok khususnya cowok yang baru-baru kenal b ilang ke saya, “aku suka liat gayamu merokok, santai, selo, nggak terlalu menunjukkan kau itu sok- sokan. ” Gaya merokok yang unik, menurutnya tidak semua wanita memiliki kemahiran yang sama saat merokok, ada yang terkesan dibuat buat, atau pemula, dan ada yang tampil apa adanya. Menurutnya dengan merokok adalah sebuah proses berfantasi sendiri, dan hanya bisa dialami oleh seorang perokok saja. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara “Sebenernya untuk laki-laki bisa melihat mana cewek yang perokok atau mana cewek yang baru-baru merokok.. mereka udah tahu dengan melihat dari caranya pegang rokok, cara tarik dan hisap rokoknya gimana.. kalo buat saya, memang ada proses dari merokok itu.. pertama waktu kita hisap rokoknya, tenggorokan akan terasa sakit cuma ditahankan supaya terbiasa.. waktu pertama sekali kita merokok terasa malu waktu batuk di depan orang langsung ketauan kalo baru-baru merokok, hidung juga bakal terasa perih.. tapi lama-lama terbiasa kayak bernafas seperti biasa.. bedanya ngerokok dan bernafas kita bisa ngeliat udara.. itu juga sebenernya yang jadi faktor saya merokok.. saya bisa melihat udara dan bukan hanya merasakan.. ada fantasi tersendiri.. buat perokok itu fantasi bisa melambung, apa yang tidak bisa terjadi, bisa terjadi dalam fantasi kami yang perokok ini .” Informan lebih suka bergaul dengan laki laki perokok dibandingkan dengan perempuan apalagi yang bukan perokok. Hal ini membuatnya semakin mudah untuk bergaul dan berinteraksi. “Sesuai dengan tempatnya.. ketika saya bergaul dengan laki-laki, kalopun saya bergaul dengan perempuan, saya cari perempuan yang perokok karena pemikiran cewek yang perokok dengan yang tidak perokok itu sangat jauh berbeda.. tidak ada kemunafikan, tidak ada unsur jaga image, rasa sentimen, dan jiwa kami yang perokok ini bisa saling nyambung .” Informan menjadikan kesan tomboi sebagai image yang dibangun dari dirinya. Saat ia merokok dan tidak merokok pun ia akan terlihat tomboi dan tidak ada desain penampilan yang lainnya yang dilakukannya. Ia tidak berbahasa dengan membuatnya lebih menarik, ia lebih tampil berkomunikasi dengan apa adanya. Ia kadang kadang berdandan ketika ia berpenampilan lebih feminis didepan umum. “ Merokok itu jadi salah satu aksesoris dalam penampilan.. kalau untuk saya, cewek perokok itu identik dengan cewek tomboy.. cewek tomboy itu jauh lebih disenengin orang karena pembukaan dirinya ke publik bisa Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara diterima karena tidak ada yang dijaga, dalam berpakaian salah satunya saya lebih nyaman menggunakan kaos oblong yang longgar-longgar, celana jeans yang kuncup, dan sepatu boat.. i tu kelihatan „wah‟ dan „ok‟ di mata orang.. saya juga suka pakai tindik, tapi hanya tato yang nggak mau saya tunjukin ke orang.. Nggak.. saya lebih suka membuat model baju saya sendiri.. apa yang digunakan orang atau apa yang sedang trend, saya nggak mau mengikuti.. Kalau saya nggak ngerokok, saya jadi lebih feminin, kejantanan dan kelaki-lakian itu jadi pudar.. ketika saya tidak merokok saya harus menjaga gaya bicara saya lembut, sopan santun, dan jadi wanita seutuhnya.. tapi ketika saya merokok, etika tetap ada, tapi gaya bicara yang sedikit keras, lantang, dan lebih tegas.. Saya pernah berdandan ketika saya jadi feminin tapi lihat tempatnya juga.. ketika saya berada di tempat yang high class, saya tampil dengan make-up tapi tetap merokok.. tapi yang menjadi ketertarikan orang adalah ketika saya tampil cantik namun memegang rokok jadi muncul unsur negatif dan positifnya.. kalau pemikiran negatifnya, cewek cantik dan perokok itu bisa dijadikan barang pakek.. tapi sejauh ini ketika saya bergaul dengan mereka yang kelas atas, mereka tidak ada yang menyentuh saya karena etika itu tadilah yang mengubah pemikiran negatif itu menjadi positif .. etikalah yang membangun karakter seseorang .” Informan tersebut hanya sedikit menggunakan Impression Management, Front Stage yang belum mengetahui bahwa ia adalah seorang perokok aktif hingga saat ini . Diluar lingkungan rumah ia tidak terlalu ambil pusing mengenai pandangan atau kesan yang diberikan orang lain kepadanya. Menurutnya rokok telah menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa tergantikan. Hal tersebutlah yang enjadi alasannya mengapa ia hanya sedikit menggunakan impression management di kesehariannya. Berikut yang dapat dijelaskan tabel impression management LP. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Impression Management LP

4.1.3.4 Informan IV AM