Pengaruh Supervisi terhadap Kepatuhan

OR:5,46; 95 CI=2,7-10,9 dan kegagalan untuk mempertahankan suhu freezer OR:2,7; 95 CI=1,40-5,23.

5.2.3 Pengaruh Supervisi terhadap Kepatuhan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi sebanyak 68,6 pada kategori tidak baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa supervisi terhadap petugas pengelola vaksin meliputi; pembinaan, bimbingan, dan pengawasan belum sepenuhnya dilaksanakan oleh organisasi. Hasil wawancara terhadap petugas sebagian besar mengungkapkan bahwa kegiatan supervisi dilakukan secara khusus ada namun tidak rutin. Selama ini supervisi dilakukan satu kali dalam sebulan terkait dengan kegiatan minilokakarya di Puskesmas dan yang melakukan supervisi bisa kepala puskesmas atau penanggung jawab program tentunya setelah ada pemberitahuan dari kepala puskesmas, mengenai metode supervisi dengan melihat langsung pelayanan, juga melihat laporan dan tanya jawab kalau ada masalah pada saat disupervisi. Menurut petugas kesehatan supervisi belum sesuai dengan yang diharapkan, belum dilakukan secara rutin, dan materi supervisi kurang jelas. Kepala puskesmas belum sepenuhnya mampu menemukan masalah dan belum mengikutsertakan petugas kesehatan dalam proses pemecahan masalah serta tidak diikuti umpan balik terhadap temuan supervisi. Beberapa petugas kesehatan yang tidak disupervisi namun patuh dalam mengelola vaksin, hal ini merupakan tugas dan tanggungjawabnya dalam mengelola vaksin. Sedangkan petugas kesehatan yang tidak patuh dan menyatakan supervisi Universitas Sumatera Utara baik, salah satu penyebab ketidakpatuhan ini adalah pengalaman kerja yang masih baru. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan supervisi terhadap petugas pengelola vaksin secara berkesinambungan melalui aktivitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi serta membina hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan. Menurut Azwar 2000, supervisi adalah kegiatan untuk memberikan bimbingan dan pembinaan oleh kepala Puskesmas melalui pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah segera diberikan petunjuk dan bimbingan atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya. Demikian juga dengan Depkes RI 1996, supervisi sebagai suatu kegiatan pembinaan, bimbingan atau pengawasan oleh pengelola program terhadap pelaksanaan di tingkat administrasi yang lebih rendah dalam rangka menetapkan kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Menurut Hanafi 1997 tujuan supervisi adalah peningkatan dan pemantapan pengelola upaya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, peningkatan dan pemanfaatan pengelola sumber daya di semua tingkat administrasi dalam rangka pembinaan pelaksanaan upaya kesehatan, penigkatan dan pemantapan pengelola program–program disemua tingkat administrasi dalam rangka pembinaan upaya kesehatan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai x 2 =2,208; p=0,137p=0,05, menunjukkan ada hubungan yang tidak signifikan antara supervisi dengan kepatuhan. Hasil uji statistik multivariat supervisi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan dengan probabilitas p=0,032p=0,05 dan nilai Exp B sebesar 10,278. Hal ini bermakna bahwa petugas kesehatan mendapat supervisi mempunyai peluang 10 kali patuh dalam mengelola vaksin dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat supervisi. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Ilyas 2002 bahwa supervisi merupakan proses yang memacu anggota unit kerja untuk berkontribusi secara positif agar tujuan organisasi tercapai. Selanjutnya Ilyas mengungkapkan bahwa kualitas supervisi sangat penting dalam melakukan pembinaan pada personil kesehatan. Penilaian manfaat supervisi yang diterima bawahan menjadi motif untuk mendorong mereka bekerja lebih giat. Demikan juga dengan pendapat Gibson et al. 2003, bahwa secara organisasi supervisi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kinerja individu untuk mencapai tujuan organisasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Green 1980 dalam Notoatmodjo 2012, menyatakan bahwa secara eksternal faktor-faktor yang memengaruhi perilaku dalam melakukan tindakan dipengaruhi oleh faktor supervisi.

5.3 Kepatuhan Petugas Kesehatan dalam Mengelola Vaksin