Kepatuhan Petugas Kesehatan dalam Mengelola Vaksin

Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai x 2 =2,208; p=0,137p=0,05, menunjukkan ada hubungan yang tidak signifikan antara supervisi dengan kepatuhan. Hasil uji statistik multivariat supervisi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan dengan probabilitas p=0,032p=0,05 dan nilai Exp B sebesar 10,278. Hal ini bermakna bahwa petugas kesehatan mendapat supervisi mempunyai peluang 10 kali patuh dalam mengelola vaksin dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat supervisi. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Ilyas 2002 bahwa supervisi merupakan proses yang memacu anggota unit kerja untuk berkontribusi secara positif agar tujuan organisasi tercapai. Selanjutnya Ilyas mengungkapkan bahwa kualitas supervisi sangat penting dalam melakukan pembinaan pada personil kesehatan. Penilaian manfaat supervisi yang diterima bawahan menjadi motif untuk mendorong mereka bekerja lebih giat. Demikan juga dengan pendapat Gibson et al. 2003, bahwa secara organisasi supervisi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kinerja individu untuk mencapai tujuan organisasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Green 1980 dalam Notoatmodjo 2012, menyatakan bahwa secara eksternal faktor-faktor yang memengaruhi perilaku dalam melakukan tindakan dipengaruhi oleh faktor supervisi.

5.3 Kepatuhan Petugas Kesehatan dalam Mengelola Vaksin

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa petugas kesehatan pengelola vaksin lebih banyak pada kategori tidak patuh, yaitu sebanyak 64,7. Hasil Universitas Sumatera Utara penelitian ini sesuai dengan latar belakang sebelumnya yang mengungkapkan petugas kesehatan dalam pengelolaan vaksin belum sepenuhnya patuh dalam mengelola vaksin. Salah satu penyebab belum optimalnya pengelolaan vaksin ini adalah secara internal pengetahuan petugas yang masih rendah tentang pengelolaan vaksin, sebagian besar belum mengikuti pelatihan dan secara eksternal minimnya supervisi dari pimpinan serta fasilitas pendukung yang belum sepenuhnya dioperasikan dengan baik. Beberapa negara berkembang melaporkan hal yang sering terjadi dalam pengelolaan vaksin seperti ; temperatur yang tidak sesuai pada saat penyimpanan dan pengiriman, paparan terhadap suhu yang terlalu rendah freezing temperatur, lemari pendingin tanpa thermometer, tidak melakukan pencatatan suhu lemari pendingin secara teratur, penyimpanan bahan-bahan lain selain vaksin seperti makanan dan minuman, dan tidak menyingkirkan vaksin-vaksin yang disimpan pada suhu yang kurang tepat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mavimbe dan Bjune 2007 di Mozambique menyimpulkan bahwa bahwa sebagian besar petugas vaksin memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyimpanan vaksin, tidak mengetahui tentang uji kocok shake test dan tidak mengetahui kisaran suhu yang dianjurkan untuk penyimpanan vaksin. Hasil penelitian Kristini 2008 menyimpulkan bahwa kepatuhan seperti pengetahuan dan sikap petugas pengelola vaksin merupakan salah satu faktor efektf Universitas Sumatera Utara tidaknya kinerja petugas dalam pengelolaan vaksin dan ditemukan sebagian besar petugas pengelola vaksin memiliki pengetahuan kurang mengenai penyimpanan vaksin. Hasil penelitian Suryanti 2008 menyimpulkan bahwa kepatuhan petugas meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan dalam pengelolaan vaksin belum sepenuhnya sesuai dengan prosedur. Berdasarkan hasil monitoring cold chain maka perlu dilakukan upaya pengecekan ulang terhadap fasilitas cold chain, dan suku cadangnya per periode secara kontinu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, perlu adanya petugas khusus cold chain yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat bertanggung jawab sepenuhnya dalam pengelolaan cold chain dan diberikan kesempatan pada petugas untuk mengikuti pelatihan tentang cold chain bagi petugas pengelola vaksin, serta perlu memperbaiki atau mengganti fasilitas yang rusak untuk penyimpanan vaksin sesuai standar. . Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang penulisan, tujuan dan hipotesis maka sebagai kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Faktor internal pengetahuan dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan petugas kesehatan dalam mengelola vaksin di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 2. Faktor eksternal fasilitas, prosedur, supervisi berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan petugas kesehatan dalam mengelola vaksin di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 3. Faktor internal yang terbesar pengaruhnya terhadap kepatuhan petugas kesehatan dalam mengelola vaksin di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah variabel pengetahuan. 4. Faktor eksternal yang terbesar pengaruhnya terhadap kepatuhan petugas kesehatan dalam mengelola vaksin di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah variabel fasilitas. 6.2 Saran Dalam rangka meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan terhadap pengelolaan vaksin, maka disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan: Universitas Sumatera Utara