Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Profil SMK Negeri 1 Ngawi.

Sekolah Menengah Kejuruan SMK Negeri 1 Ngawi merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang terdapat di Kabupaten Ngawi. Beralamatkan di Jl. Teuku Umar No. 10, sekolah ini memiliki posisi yang cukup strategis, yaitu berada di pusat Kabupaten Ngawi. Berbatasan langsung dengan Alun-Alun Kota pada sebelah selatan, sebelah timur berbatasan langsung dengan Kantor Bupati Ngawi, sedangkan sebelah barat berbatasan langsung dengan SD Negeri Margomulyo 5, dan sebelah Utara berbatasan dengan SMP Negeri 1 Ngawi. Lokasi yang strategis tersebut menjadi SMK Negeri 1 Ngawi menjadi salah satu sekolah kejuruan favorit di Kabupaten Ngawi. Berikut ini adalah identitas SMK Negeri 1 Ngawi secara umum. a. Nama Lembaga : SMK Negeri 1 Ngawi b. NIS : 341050901007 c. Alamat Sekolah : Jl. Teuku Umar No. 10 Ngawi, Ds. Ketanggi, Kec. Ngawi, Kab. Ngawi. Kode POS : 63211 d. Website : http:www.smkn1ngawi.sch.id e. No. Telp : 0351 749517 SMK Negeri 1 Ngawi memiliki visi “Menjadikan SMK Negeri 1 Ngawi yang Cerdas, Kompetitif dan berjiwa Entrepreneur”. Untuk 73 dapat mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan dalam 4 empat misi. Misi dari SMK Negeri 1 Ngawi antara lain, sebagai berikut : a. Mewujudkan kebijakan mutu dan sasaran mutu SMK Negeri 1 Ngawi yang memenuhi persyaratan ISO 9001:2008 b. Meningkatkan efektivitas proses kegiatan belajar mengajar, aspek kompetensi, ujian dan sasaran pembelajaran. c. Meningkatkan kualitas kerjasama dengan DUDI yang mempunyai jaringan lebih luas. d. Mengembangkan program-program yang mampu memotivasi dan membangun nilai-nilai entrepreneurship. Visi dan misi di atas juga dijabarkan ke dalam tujuan sekolah guna mewujudkannya. Tujuan dari SMK Negeri 1 Ngawi antara lain sebagai berikut ini : a. Mewujudkan lembaga pendidikan kejuruan yang akuntabel sebagai pusat pembelajaran. b. Mendidik SDM yang mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandart Internasional c. Memberikan berbagai layanan Pendidikan Menengah Kejuruan yang permeable dan fleksible secara terintegrasi antar jalur dan jenjang pendidikan . d. Memberi layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan. e. Mengangkat keunggulan lokal sebagai modal pendidikan sesuai kebutuhan masyarakat. 74 f. Menjamin kelangsungan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. g. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat untuk penyelenggaraan pendidikan. h. Mengoptimalkan sumber daya pendidikan untuk meningkatkan layanan pemerataaan pendidikan kejuruan. Secara umum SMK Negeri 1 Ngawi memiliki total siswa sebanyak 1.149 yang tersebar dalam 5 program keahlian, yaitu 191 siswa pada program Teknik Elektronika Industri, 190 siswa pada program Teknik Komputer Jaringan, 191 siswa pada program Administrasi Perkantoran, 323 siswa pada program Akuntansi dan 253 siswa pada program Pemasaran. Jumlah siswa tersebut dibagi dalam rombongan belajar sebagai berikut, TEI masing-masing tingkat terdapat 2 rombongan belajar, TKJ masing-masing tingkat 2 rombongan belajar, AP masing-masing tingkat 2 rombongan belajar, AK pada kelas XII terdapat 2 rombongan belajar sedangkan kelas X dan XI terdapat 4 rombongan belajar, dan untuk program PM terbagi menjadi 2 rombongan belajar untuk kelas XII dan 3 rombongan belajar untuk kelas X dan XI. Sedangkan untuk minat masyarakat untuk bersekolah di SMK Negeri 1 Ngawi dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini. 75 Tabel 2. minat masyarakat pada SMK Negeri 1 Ngawi dilihat dari jumlah pendaftar tahun 20112012-20152016 No Tahun Pelajaran Siswa Pendaftar Diterima 1 20112012 1003 360 2 20122013 993 322 3 20132014 1813 322 4 20142015 1138 437 5 20152016 1516 416 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa peminat untuk bisa melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1 Ngawi berada pada angka 1000- 1800 tiap tahunnya, sedangkan siswa yang diterima hanya sekitar 322-360 siswa, sebelum adanya pernambahan rombongan belajar pada program AK dan PM, dan sekitar 400 siswa setelah adanya penambahan rombongan belajar pada program AK dan PM. Terkait dengan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan SMK Negeri 1 Ngawi memiliki 1 Kepala Sekolah, Pegawai bagian TU sebanyak 20 karyawan, 9 diantaranya merupakan PNS dan 11 berstatus Pegawai Tidak Tetap PTT. Untuk tenaga pendidik, SMK Negeri 1 Ngawi memiliki 63 guru, 50 diantaranya berstatus PNS Pegawai Negeri Sipil dan 13 diantaranya berstatus Guru Tidak Tetap GTT. Sedangkan sarana dan prasarana yang dimiliki SMK Negeri 1 Ngawi antara lain 30 ruang kelas, 1 laboratorium bahasa, 2 laboratorium komputer, 1 perpustakaan, 5 laboratorium jurusan atau biasa disebut bengkel, 1 UKS, 1 Bussines centre, Ruang OSIS, Ruang Ibadah, Ruang Prakerin, Ruang Kewirausahaan, ruang Teaching Factory dan lain sebagainya. 76 Suatu instansi pendidikan tentunya memiliki struktur organisasi sekolah guna mempermudah kinerjanya dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi masyarakat secara umum, maupun siswanya secara khusus. Berikut ini adalah struktur organisasi dari SMK Negeri 1 Ngawi. Gambar 4. Struktur Organisasi Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi Kepala Sekolah Drs. Harno, M.SI Koor TU Suparno, S.Pd UMM Achmadh P, M.Pd Ur. PLK Suwarto Ur. Adm Suryaningsih,S. Pd Ur. Keuangan Suprianto Waka Humas Dra Munifah E, S.Pd Waka SarPras Zainal A, M.M Waka Kesiswaan Drs. Puji Adi S Waka. Kurikulum Drs.Sudaryana KAPROG TEI Rachmat A, S.T KAPROG TKJ Dany S, S.Kom KAPROG AP Agus Siswanto,S.Pd KAPROG AK Drs. Marwan S,H KAPROG PM Drs, Singgih U Koor Normada Sruyono, S.Pd Perpustakaan Suwartini, SH BKBP Sriati, M.Pd Dewan Guru - SISWA SMK Negeri 1 Ngawi 77 Sampai tahun 2012, SMK Negeri 1 Ngawi memiliki 4 Program Keahlian dibidang Bisnis dan Manajemen serta bidang Rekayasa Teknologi, yaitu Teknik Komputer dan Jaringan TKJ. Sedangkan dibidang Bisnis dan Manajemen memiliki program keahlian Administrasi Perkantoran AP, Akuntansi AK, dan Pemasaran PM dulu dikenal sebagai Penjualan. Kemudian pada tahun 2013, memutuskan untuk menambah program keahlian baru, yaitu program keahlian Teknik Elektro Industri TEI. Terkait dengan sejarah sekolah bapak SA menyampaikan bahwa : “sekolah ini awalnya SPG Sekolah Pendidikan Guru, tahun 1989 berubah menjadi sekolah ekonomi atau SMEA, kemudian adanya perubahan nama saja, akhirnya menjadi SMK, intinya kan sama, SMEA dan SMK itu kan intinya sama. Cuman, kalau SMEA itu kan fokusnya ke Ekonomi, Sekolah ekonomi. Namun, pada perkembangannya sekolah-sekolah kejuruan itu bisa membuka program selain ekonomi, dalam naungan SMK itu. Kemudian SMK Negeri 1 Ngawi ada jurusan Teknik. Berubah menjadi SMK itu kalau ndak salah tahun 1994, kalau ndak salah. Kalau secara berdirinya ya, dari tahun 1989 itu dari SPG berubah menjadi sekolah kejuruan, kalau waktu itu namanya masih SMEA, SMEA 1 Ngawi, kemudian berubah menjadi SMK karena pemerintah menetapkan sekolah hanya ada 2, yaitu SMU Se kolah Menengah Umum dan SMK.” SD14042016 ME juga menambahkan bahwa : “munculnya pertama dulu kan SPG mbak, SPG terus jadi SMEA, terus SMEA berubah menjadi SMK, seperti itu. Jadi dulu itu ada, ada proses diklat-diklat dari guru SPG menjadi guru SMEA ,” ME18042016 Hasil wawancara di atas sesuai dengan data yang dilampirkan dalam profil sekolah yang menyampaikan bahwa tahun berdiri SMK Negeri 1 Ngawi pada tahun 1989 dan merupakan peralihan dari SPG 78 Sekolah Pendidikan Guru. Sekolah ini awalnya merupakan Sekolah Pendidikan Guru SPG, hingga pada tahun 1989 berubah menjadi SMEA Sekolah Menengah Ekonomi Atas, kemudian pada tahun 1994, terdapat kebijakan pemerintah khususnya dari kementerian pendidikan dan kebudayaan terkait perubahan STM dan SMEA menjadi Sekolah Menengah Kejuruan SMK, akhirnya sekolah ini berubah menjadi SMK Negeri 1 Ngawi.

2. Kultur Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi

Kultur sekolah merupakan pembiasaan positif yang ditanamkan oleh pihak sekolah kepada siswanya dan hal tersebut dapat tertanam bagi siswanya sehingga menjadi karakteristik dari siswa tersebut. Kultur yang dibahas dalam penelitian ini merupakan kultur yang bersifat Kultur yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Ngawi merupakan pengembangan dari visi dan misi pihak sekolah. Visi dari SMK Negeri 1 Ngawi adalah “Menjadikan SMK Negeri 1 Ngawi yang Cerdas, Kompetitif dan berjiwa Entrepreneur”. Kultur SMK Negeri 1 Ngawi juga dijelaskan dari wawancara dengan beberapa Narasumber yaitu : “ya kalau ditanya budaya, ya etos kerja yang pasti. Etos kerja itu kan semangat belajar, itu semangat belajar tinggi itu yang sedang kita kembangkan, dikembangkan oleh semua guru tentunya bagaimana siswa kita itu mendapat... mendapat penilaian dari masyarakat bahwa siswa SMK Negeri 1 Ngawi memiliki etos kerja yang tinggi diwujudkan dalam semangat belajar yang kuat. Yang kedua berperilaku, perilaku sopan yang diwujudkan dalam kedisiplinan. Bagaimana siswa SMK Negeri 1 Ngawi dilakukan 79 pembiasaan dari saat MOS Masa Orientasi Siswa misalnya, dibawa ke ARMED Akademi Militer, itu adalah upaya bagaimana agar siswa ini menjadi siswa yang mempunyai kedisiplinan yang tinggi, yang akan berdampak pada belajar yang baik, ya, dan lain-lain, itu yang kami tonjolkan dalam bentuk budaya etos kerja yang tinggi, semangat belajar yang tinggi, yang itu akhirnya yang diketahui oleh masyarakat dan animo masyarakat akhirnya tinggi, jarang siswa SMK Negeri 1 Ngawi yang norak kan jarang, ada larangan untuk tidak boleh pawai setelah Ujian Nasional UN, ya tidak ada yang pawai, ada larangan utnuk tidak boleh corat coret baju, ya tidak ada yang corat coret baju, itu artinya nilai disiplin yang kita tanamkan pada s iswa terbawa hingga siswa tersebut lulus..” SD14042016 Berdasarkan visi dan hasil wawancara di atas, maka dapat dikembangkan bahwa kultur yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi antara lain : 1 Disiplin Kedisiplinan merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam waktu, peraturan dan manajemen diri kita senantiasa dituntut untuk disiplin. SMK Negeri 1 Ngawi juga menyadari pentingnya karakterk disiplin itu tertanam dalam diri siswa. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan Ibu SA yang menyampaikan bahwa : “Kalau masyarakat yang memasukkan anak di Sekolah ini, yang mau kuliah masih dibantu, kalau yang mau kerja, lebih- lebih BKK bisa langsung disalurkan. Itu begitu, jadi disini karena mengarahnya pada keinginan anak kesitu, berarti kami mengarahkan dengan disiplin yang tinggi, begitu” SA02052016 Demikian juga yang disampaikan oleh bapak AM terkait dengan kedisiplinan sebagai berikut ini : 80 “terus yang disiplin juga, disiplin harus dalam segala hal kedisiplinannya, baik itu di sekolah, di rumah, ya kita mulai dari yang dirumah saja dulu misalnya, sudah menanamkan kedisiplinan, misalnya disiplin waktu contohnya itu waktu bangun tidur, waktu sholat, dan lain sebagainya,” AM14052016 Bapak SD juga mendukung pernyataan di atas terkait dengan kedisiplinan sebagai berikut ini : “perilaku sopan yang diwujudkan dalam kedisiplinan. Bagaimana siswa SMK Negeri 1 Ngawi dilakukan pembiasaan dari saat MOS Masa Orientasi Siswa misalnya, dibawa ke ARMED Akademi Militer, itu adalah upaya bagaimana agar siswa ini menjadi siswa yang mempunyai kedisiplinan yang tinggi, yang akan berdampak pada belajar yang baik” SD14042015 Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan merupakan kultur utama yang mulai diterapkan pada siswa di SMK Negeri 1 Ngawi, dalam hal ini disiplin yang dimaksud terkait dengan bagaimana siswa itu nanti belajar serta nanti ketika siswa mengaplikasikan ilmunya dalam dunia kerja. Pembiasaan kedisiplinan ini dimulai ketika siswa baru saja mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa MOS, selama proses pembelajaran berlangsung, hingga pada proses akhir pembelajaran atau pasca pelaksanaan Ujian Nasional. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak SD terkait dengan contoh kedisiplinan siswa sebagai berikut ini : “...jarang siswa SMK Negeri 1 Ngawi yang norak kan jarang, ada larangan untuk tidak boleh pawai setelah Ujian Nasional UN, ya tidak ada yang pawai, ada larangan utnuk tidak boleh corat coret baju, ya tidak ada yang corat coret baju, itu 81 artinya nilai disiplin yang kita tanamkan pada siswa terbawa hingga siswa tersebut lulus..” SD14042016 Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa salah satu contoh nilai kedisiplinan siswa adalah ketika siswa kelas 12 sekolah lain melakukan konvoi pasca Ujian Nasional, maka siswa kelas 12 SMK Negeri 1 Ngawi secara sadar tidak mengikuti konvoi dan mengikuti himbauan dari pihak sekolah terkait hal tersebu. Kedisiplinan siswa juga dapat dilatih dengan adanya sidak, baik dari tim kedisiplinan, BK, maupun Wali Kelas masing-masing. 2 Etos Kerja yang tinggi Pengembangan kultur kerja ini dapat dilihat ketika siswa nanti melakukan prakerin selama 3 bulan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak MS dalam wawancara berikut : “oh iya, setelah kita melakukan analisa itu, setelah anak-anak praktek prakerin disuatu DUDI ada yang ditarik untuk bekerja disana, contohnya di Bank Jatim, lulusan ya ada, di BPR juga ada siswa di SMK Negeri 1 Ngawi, siswa lulusan Akuntansi kerjanya bagus, baik dikenal terampil bisa ditarik untuk bekerja disana,” MS16042016 Kemudian Ibu ME menambahkan terkait dengan etos kerja siswa SMK Negeri 1 Ngawi sebagai berikut : “memang sudah terbukti lho mbak, kalau DUDI itu yang PSG anak SMK Negeri 1 Ngawi, itu seneng, kadang-kadang minta lagi. Udah gak pakai tawar-menawar mbak, pokoknya senang karena anak SMK Negeri 1 Ngawi katanya kalau dilatih itu gampang” ME13052016 Etos kerja yang tinggi disini adalah siswa diajarkan untuk bekerja secara maksimal dan optimal, sehingga pekerjaan yang dihasilkan 82 merupakan pekerjaan yang dapat memuaskan pihak yang mempekerjakan, hal ini dapat dilihat ketika siswa mengikuti kegiatan Prakerin. Dari hasil wawancara di atas, maka bisa disimpulkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Ngawi memiliki etos kerja yang cukup baik. Terbukti dengan feed-back dari pihak DUDI yang bersedia untuk ditempati siswa prakerin merasa puas dengan kinerja siswa tersebut dan beberapa diantaranya menginginkan siswa SMK Negeri 1 Ngawi untuk bisa prakerin di DUDI yang bersangkutan . 3 Etos Belajar yang tinggi SMK Negeri 1 Ngawi menanamkan kepada siswanya untuk selalu belajar giat, atau bisa disebut dengan etos belajar yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari profil sekolah yang menunjukkan bahwa setidaknya dalam 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Ngawi lulus 100. Data tersebut didukung dangan hasil wawancara dengan Bapak AM sebagai berikut ini : “selalu 100, memang untuk 10-9 tahun yang lalu ada satu atau dua orang yang ndak lulus, tapi rata-rata baik, rata-rata 100. Itu sekitar 10 tahun yang lalu” AM02052016” Hal di atas dapat menggambarkan bahwa etos belajar siswa SMK Negeri 1 Ngawi cukup baik yang dilihat dari hasil Ujian Nasional dalam beberapa tahun terakhir yang rata-rata berada pada kisaran angka 6,5 – 8,5. Etos kerja yang tinggi tentu saja dilatih atau dipersiapkan dengan etos belajar yang tinggi di lingkungan sekolah. Etos belajar yang 83 tinggi ditunjukkan dengan siswa yang belajar dengan giat, baik ketika menerima teori didalam kelas, maupun ketika praktik di laboratorium. Mengerjakan tugas secara maksimal dan mendapatkan nilai yang memuaskan merupakan tolak ukur dari kultur yang dibangun sejak awal di SMK Negeri 1 Ngawi. Etos belajar yang tinggi ini juga akan mendukung siswa untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya, karena memang beberapa DUDIPerusahaan telah menetapkan bahwa terdapat nilai minimal yang harus dipenuhi oleh calon pegawainya. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu ME, beliau menyampaikan bahwa karena memang ada beberapa tempat pekerjaan tertentu yang mensyaratkan untuk UNASnya itu minimal 6,5 padahal standar kelulusannya itu kan 5,5 ME13052016 Demikian juga bapak ME menyampaikan bahwa : “batas minimal untuk bisa diterima ataupun mendaftar, baik diperguruan tinggi maupun dikantor ataukah mungkin diinstansi lainnya, ada yang memberikan batasan nilai itu 6,5” AM140516 4 Kultur Kewirausahaan Semangat entrepreneurship merupakan hal yang penting yang perlu dikembangkan oleh sekolah manapun. SMK Negeri 1 Ngawi secara konsisten selalu memberikan amunisi kepada siswanya untuk selalu meningkatkan semangat berwirausaha. Terkait dengan entrepreneurship hal ini tertera jelas dalam visi SMK Negeri 1 84 Ngawi pada kata terakhir, kemudian juga tertera dalam misi nomer 4, yaitu mengembangkan program-program yang mampu memotivasi dan membangun nilai-nilai entrepreneurship. Data di atas kemudian didukung dengan pernyataan dari bapak AM terkait dengan kewirausahaan sebagai berikut ini : “...Menjadi seorang wirausaha, jadi jangan , kalau bisa mengusahakan untuk tidak menjadi tenaga kerja, tapi ee ee jangan hanya mencari pekerjaan maksud saya, jangan mencari pekerjaan tapi menciptakan lapangan pekerjaan, jangan hanya mencari pekerjaan tapi juga menciptakan, itu nanti bisa dimulai dari yang kecil nah itu nanti kan lama-lama bisa tumbuh dan berkembang. Untuk anak TEI juga, nanti juga bisa itu untuk memulai wirausaha sebagai servis, servis seperti itu. Misalnya itu usaha untuk memperbaiki lampu, dan banyak yang seperti itu” AM31052016 Kemudian bapak SD juga menyampaikan bahwa : “Entrepreneur berarti mengembangkan kemampuan bisnis, khususnya adalah jiwa wirausaha, soalnya kita juga menyampaikan pada janji siswa bahwa pada point terakhir itu merupakan komitmen untuk menjadi enterpreneur, entrepreneur itu bukan berarti harus menjadi juragan, pengertian enterpreneur adalah pengelolaan, jadi berjiwa enterpreneur adalah orang yang bisa mengelola diri sendiri” SD14042016 Kemudian ditambahkan oleh ibu SA yang menyampaikan terkait entrepreneur, beliau menyampaikan bahwa : “Tapi ya tidak menutup kemungkinan bahwa memang sulit sekali untuk seusia dia untuk muncul jiwa kewirausahaan itu kan kecil sakali, tapi walau kecil kan bukan berarti tidak bisa ditumbuhkan. Gurunya tinggal siap atau enggak , “tidak punya modal bu” “halah modal itu nomer 15, yang pertama itu adalah kesungguhan” karena saya sendiri itu kan saya itu kan punya jiwa kewirausahaan.” SA26052016 85 Berdasarkan hasil wawancancara dan analisis dokumentaasi di atas, dapat diketahui bahwa semangat entrepreneurship telah ditanamkan oleh siswa, dari tertera secara tertulis dalam visi dan misi, serta melalui bimbingan oleh bapak ibu guru di SMK Negeri 1 Ngawi. Penanaman dan pengembangan nilai entrepreneurship ini mendapatkan dukungan penuh dari pihak sekolah. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Bapak SA sebagai berikut ini : “iya memang ada, nanti rencananya akan dibuat seperti beberapa tahun lalu, yaitu siswa bisa mengambil dagangan dari Skansa mart kemudian bayarnya nanti setelah dagangan habis, tapi memang belum sampai, tapi untuk siswa2 itu diberikan pinjaman untuk berwirausaha itu satu kelas satu juta, untuk sementara ini, itu nanti kalau berjalan dengan baik itu mungkin nanti bisa ditambah lagi, itu nanti tanggungan kelas, itu nanti satu kelas dibuat kelompok rata- rata 5 satu kelas, terus uang satu juta itu nanti dibagi masing- masing kelompok itu nanti 200-200 lalu dikembalikan pada waktu nanti kelas 3, jadi memang diberikan waktu untuk berpraktik dan dipinjami modal dari sekolah. Kalau serius itu nanti bisa minta lagi kok, kalau serius. Kemudian setelah itu mereka akan membuat laporan bisnis itu, jadi nanti anak itu bisa membayangkan nanti siswa kalau berwirausaha itu seperti apa, dengan membuat laporan” AM31052016 Berdasarkan pernyataan di atas, diketahui bahwa salah satu contoh dukungan pihak sekolah untuk siswanya yang ingin berwirausaha adalah dengan memberikan kesempatan siswa untuk bisa mengambil beberapa barang dari SKANSA Mart dan bisa dibayarkan nanti setelah dagangannya habis. Program ini akan dimulai lagi setelah terlaksana beberapa tahun yang lalu. Kemudian yang saat ini sedang terlaksana adalah program pemberian pinjaman kepada anak-anak 86 yang dikoordinir dalam satu kelas dengan jumlah dana Rp 1.000.000,00 dan nanti bisa dikembalikan ketika telah lulus dari kelas XII. Demikianlah penanaman jiwa kewirausahaan pada siswa SMK Negeri 1 Ngawi, dapat dilihat dari regulasi yang terdapat di sekolah, dukungan dan motivasi dari bapakibu guru serta dukungan riil dari pihak sekolah. Dampak dari pengembangan kultur sekolah di atas, diharapkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Ngawi akan menjadi siswa yang lebih siap untuk menghadapi dunia kerja yang akan dihadapinya setelah lulus.

3. Profil Program Keahlian Akuntansi

Program Keahlian Akuntansi merupakan salah satu program keahlian yang ada di SMK Negeri 1 Ngawi. Program Keahlian Akuntansi merupakan salah satu program keahlian favorit yang banyak diminati oleh calon peserta didik yang mendaftar di SMK Negeri 1 Ngawi. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini. Tabel 3. calon peserta didik SMK Negeri 1 Ngawi tahun 20162017 berdasarkan jalur PPDB Tes NO JUMLAH PENDAFTAR DITERIMA TIDAK DITERIMA TOTAL JML JML JML 1 TEI 50 15,24 108 13,85 158 14,26 2 AP 51 15,55 188 24,10 239 21,57 3 AK 101 30,79 216 27,69 317 28,61 4 PM 76 23,17 71 9,10 147 13,27 5 TKJ 50 15,24 197 25,26 247 22,29 328 100 780 100 1108 100 Sumber : Data Sekunder 87 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa peminat pada program keahlian Akuntansi menduduki peringkat teratas, yaitu sejumlah 28,61 atau sejumlah 317 siswa, dan hanya 101 saja yang diterima, untuk memenuhi 4 rombongan belajar yang telah tersedia. Guna mendukung data di atas, yang menyebutkan bahwa jurusan Akuntansi merupakan jurusan favorit adalah penyataan dari bapak SD sebagai berikut ini : “berdasarkan data ya, kalau dilihat yang daftar itu yang paling banyak jurusan Akuntansi, yang kedua TKJ, kemudian perkantoran, kemudian TEI, kemudian PM. Justru PM itu yang kurang diminati, tapi tercukupi semuanya kebutuhan siswa per rombongan kelas, tapi yang paling besar ya akuntansi.” SD14042016 Pernyataan di atas juga didukung oleh ibu SA, yang menyampaikan bahwa : “yang Bismen Bisnis dan Manajemen itu Akuntansi, Administrasi, AK sama AP, kalau yang teknik itu ya TKJ, jadi ya rata-rata tiga jurusan itu yang jadi favorit anak- anak” SA02052016 Berdasarkan hasil analisis dokumen dan hasil wawancara maka dapat diketahui bahwa Program Keahlian Akuntansi merupakan program keahlian favorit di SMK Negeri 1 Ngawi. Program keahlian Akuntansi memiliki visi dan misi yang mendukung keberadaan mereka sebagai program keahlian yang ada di SMK Negeri 1 Ngawi. Visi dari program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi adalah program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi siap menjadi program keahlian keilmuan dalam memberi 88 pelayanan pendidikan yang berwawasan budaya, mengedapankan IPTEK Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan berlandaskan IMTAQ Iman dan Taqwa. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dituangkan dalam misi program keahlian Akuntansi. Misinya adalah meghasilkan tamatan yang menguasai kompetensi program keahlian, mandiri serta mengembangkan sikap profesional untuk memasuki dunia kerja. Berikut ini merupakan struktur dari program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi: Gambar 5. Struktur Organisasi Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi Sumber : data sekunder Terkait dengan profil program keahlian akuntansi, dalam wawancara bapak SD menyampaikan bahwa : “Kalau Akuntansi pasti berhubungan dengan finansial, saya masuk akuntansi berarti saya mengelola terkait dengan uang, berurusan dengan uang, bukan uangnya. Tapi dokumen yang berkaitan dengan keuangan. Hubungan dengan uang, walaupun bukan berhubungan dengan uangnya secara BENDAHARA SEKRETARIS KETUA WALI KELAS SISWA GURU 89 langsung, namun mengelola dokumen keuangan, tata uang, tata uang seperti itu. Meskipun tidak selalu berkaitan dengan uang kan, misalnya asset, seperti itu. Ya gampangnya berkaitan dengan finansial atau keuaangan” SD14042016 Ibu ME juga menyampaikan bahwa : “Nah kalau anak AK itu dilibatkan dalam membuat rencana anggaran kalau di kepanitiaan, terus kalau anak AK itu memang dikenal cerdas anak AK itu, memang anaknya itu pinter-pinter, lebih giat daripada anak pemasaran, sepertii itu, jadi kalau anak AK itu tipenya tipe kerja kalau anak AK itu, anak kantor, mengamati benda mati” ME25052016 Bapak SA pun menyampaikan bahwa : “Kalau anak AK itu jelas apa ya pembukuan ya istilahnya, apa ya istilahnya, orang BK itu kadang-kadang juga gak begitu ngerti, apa ya pembukuan tentang keuangan walaupun itu keuangan di di di perusahaan atau di toko-toko misalnya, ya itu kemungkinannya bisa ya ada sih 1 anak yang sudah jadi akuntannya toko itu juga ada, atau paling itu jadi kasir gitu , itu kan j uga hubungannya dengan ketelitian itu tadi” SA06062016 Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa Program keahlian akuntansi atau AK merupakan program keahlian yang membekali siswa lulusannya dengan kemampuan untuk mengelola keuangan. Mulai dari keuangan perusahaan, perbankan, maupun perpajakan. Oleh karena itu, profesi yang sesuai dengan program keahlian ini antara lain : sebagai staff administrasi khususnya bagian pembukuan atau keuangan, staff di Koperasi, staff di Bank, dan masih banyak lainnya. 90

4. Pemetaan Lulusan Program Keahlian Akuntansi tahun 2011-2015

Setelah melakukan pembahasan terkait dengan pemetaaan lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dari tahun 2011-2015 di atas, maka pada sub-bagian ini akan membahas secara lebih spesifik pada program keahlian Akuntansi, yaitu terkait dengan pemetaan lulusan Akuntansi secara lebih mendetail lagi. Berikut ini adalah tabel pemetaan lulusan program keahlian Akuntansi pada tahun 2011-2015. Tabel. 4 Pemetaan Lulusan Program Keahlian Akuntansi tahun 2011- 2015 TAHUN BEKER JA RELEV AN BEKERJA TIDAK RELEVAN BEKERJ A TIDAK JELAS KULIAH KUR- SUS WIRAU -SAHA LAIN- LAIN TIDAK TERDE TEKSI 2011 10 42 4 15 1 2012 10 43 3 14 1 1 2013 28 19 5 13 1 1 1 2014 10 25 5 27 3 2015 8 30 24 1 JUML AH 66 159 17 93 6 2 2 Sumber : Data Sekunder Berdasarkan tabel di atas, telah diketahui bahwa pemetaan lulusan dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu Bekerja, Kuliah, Kursus, Wirausaha, Lain-lain dan Tidak terdeteksi. Lain-lain adalah kondisi yang tidak termasuk dalam kategori yang telah ada, misalnya : siswa Meninggal, mendaftar menjadi TNIPOLRI, siswa mondok dan lain sebagainya. Tidak terdeksi yang dimaksud disini adalah siswa tidak memberikan laporan kepada pihak BK dan BKK terkait dengan posisinya sekarang ini, sehingga dalam data penelusuran lulusan tidak 91 terdapat keterangan, apakah siswa tersebut bekerja, kuliah, atau yang lainnya. Penelitian ini berfokus pada siswa yang langsung bekerja setelah lulus dari SMK Negeri 1 Ngawi. Berdasarkan data yang telah diperoleh, peneliti dapat mengklasifikasikan dalam 3 tiga kelompok, yaitu Bekerja Relevan, Bekerja tidak Relevan, dan Bekerja tidak jelas. Bekerja relevan yang dimaksud adalah siswa bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya, misalnya untuk siswa AK bekerja di Koperasi, bekerja di Bank, dan instansi lain yang mendapatkan posisi sebagai administrasi keuangan dan pembukuan. Bekerja tidak relevan yang dimaksud adalah lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan program keahliannya, misalnya Program Keahlian Akuntansi tapi bekerja di PT SAI Mojokerto, yang notabene bekerja sebagai operator produksi pada sebuah perusahaan perakitan kabel mobil. Bekerja tidak jelas yang dimaksud disini merupakan kondisi dimana lulusan memberitahukan kepada BK dan BKK bahwa dirinya sudah bekerja namun tanpa diberi keterangan yang jelas, misalnya seorang siswa memberitahukan bahwa dia sudah bekerja namun hanya memberi keterangan “Bekerja di Surabaya, Bekerja di Jakarta, dan lain sebagainya”. Berdasarkan tabel pemetaan lulusan Program keahlian Akuntansi di atas, pada tahun 2011, diketahui bahwa jumlah lulusan program keahlian akuntansi yang bekerja relevan dengan kompetensi keahliannya terdapat 10 lulusan, kemudian untuk lulusan yang bekerja 92 tidak sesuai dengan kompetensi keahlian setidaknya terdapat 42 anak. Kemudian untuk lulusan yang bekerja namun tidak jelas dimana terdapat 4 lulusan. Lulusan yang mengeyam pendidikan jenjang selanjutnya terdapat 15 lulusan, dan lulusan yang membuka usaha baru atau berwirausaha sebanyak 1 orang. Tahun 2012, terdapat 10 lulusan program keahlian Akuntansi yang tercatat bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya. Sedangkan lulusan yang bekerja namun tidak sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimilikinya sebanyak 43 lulusan, sedangkan lulusan yang bekerja namun tidak jelas tempat dan pada posisi apa sebanyak 3 lulusan. Lulusan program keahlian Akuntansi yang melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi sebanyak 14 anak, dan yang memutuskan untuk menjadi wirausaha sebanyak 1 lulusan. Lulusannya yang masuk kategori lain-lain 1 orang, yang dinyatakan meninggal dunia. Tahun 2013, terdapat peningkatan yang signifikan pada lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimiliki sebanyak 28 lulusan. Pada tahun ini, Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Ngawi, membuka lowongan Outsourcing yang sesuai relevan dengan kompetensi keahlian yang dimiliki oleh program keahlian Akuntansi, yaitu bidang administrasi dan perhitungan pasca survey kependudukan, sehingga dalam hal ini peneliti memutuskan bahwa lulusan Akuntansi yang bekerja di BPS bisa dikatakan relevan, 93 setidaknya pada hal perhitungan dan pembukuan, sekalipun bukan urusan finansial. Lulusan yang bekerja namun tidak relevan dengan kompetensi keahlian yang dimiliki adalah sejumlah 19 lulusan, dan 5 lulusan masuk dalam kategori bekerja namun tidak dapat ditelusuri dengan jelas bekerja dimana dan posisi apa. Selanjutnya terdapat 13 lulusan melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih lanjut atau kuliah, dan 1 orang membuka usaha sendiri atau biasa disebut dengan berwirausaha. 1 lulusan yang masuk kategori lain-lain karena memilih untuk Mondok, dan 1 lulusan tidak memberikan kabar kepada pihak BK dan BKK tentang keberadaannya, apakah bekerja ataukah kuliah dimana. Selanjutnya pada tahun 2014, jumlah lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya sejumlah 10 lulusan, lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki adalah sejumlah 25 lulusan, dan lulusan yang bekerja namun tidak menginformasikan secara jelas sejumlah 5 lulusan. Setidaknya terdapat 27 lulusan yang memilih untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang selanjutnya, atau berkuliah dan 3 lulusan memilih untuk membuka usaha baru dan menjadi wirausahawan. Tahun 2015, jumlah lulusan yang tidak dapat dideteksi keberadaannya sejumlah 1 lulusan, lulusan ini tidak memberikan kabar kepada pihak BK dan BKK SMK Negeri 1 Ngawi tentang 94 keberadaannya. Kemudian 8 lulusan bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimilikinya, angka ini cenderung lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Kemudian lulusan yang bekerja tidak relevan dengan keahlian lulusan terdapat sejumlah 30. 24 lulusan yang mendapatkan kesempatan untuk mengeyam pendidikan tingkat tinggi, atau berkuliah pada program studi pilihan masing-masing. Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lulusan dari program keahlian Akuntansi memilih untuk bekerja sekalipun tidak sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimilikinya, kemudian disusul banyak lulusan yang memilih untuk melanjutkan studinya pada jenjang pendidikan tinggi sesuai dengan prodi pilihan masing-masing. Kemudian lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya merupakan kategori dengan jumlah terbanyak ketiga, dan setidaknya dari 5 tahun di atas, terdapat 6 wirausahawan baru yang membuka usaha dan kemungkinan dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi orang lain. Proporsi lulusan program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi baik yang bekerja maupun yang melanjutkan ke perguruan tinggi ataupun yang berwirausaha dapat dilihat pada diagram pie di bawah ini. 95 Sumber : Data Sekunder Penelitian Gambar 6. Diagram pemetaan lulusan program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi Melihat rata-rata data dari tahun 2011-2015 di atas, maka diketahui rata-rata 13 lulusan atau 19,03 dari lulusan program keahlian akuntansi yang bekerja relevan jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan. Kemudian rata-rata sebanyak 32 lulusan atau 45,84 bekerja tidak sesuai dengan kompetensi keahliannya, rata-rata sebanyak 3 lulusan atau dalam angka 4,90 bekerja namun tidak diketahui dimana tempat dan posisi bekerjanya, kemudian rata-rata lulusan yang melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi sebanyak 19 lulusan atau 26,81, lulusan yang membuka usaha sebanyak 1 lulusan atau 1,73, lulusan yang meninggal dan mondok sebanyak kurang lebih 1 lulusan atau 0,72 dari jumlah lulusan keseluruhan, serta terdapat kurang lebih 1 lulusan atua 0,96 lulusan yang tidak memberikan kabar kepada pihak sekolah terkait 19 46 5 27 2 1 BEKERJA RELEVAN BEKERJA TIDAK RELEVAN BEKERJA TIDAK JELAS KULIAH KURSUS WIRAUSAHA LAIN-LAIN TIDAK TERDETEKSI 96 posisinya sekarang, apakah bekerja ataukah melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi pada setiap tahunnya.

5. Daya Serap Lulusan Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1

Ngawi dalam memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan tahun 2011-2015. Penelitian ini mendefinisikan daya serap sebagai suatu kemampuan lulusan untuk dapat diterima di dunia kerja dunia industri dunia usaha yang terdapat di tengah-tengah masyarakat. Data ini diperoleh melalui proses penelusuran lulusan yang dilakukan oleh pihak BKK SMK Negeri 1 Ngawi setiap tahun. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bapak MS, “untuk penelusuran lulusan itu lewat BK, nanti disalurkan lewat BK disesuaikan dengan program keahliannya, ya ada yang tidak sesuai tapi lebih banyak yang sesuai, jadi penelusurannya lewat BK, jadi nanti data bisa diminta lewat BK, jurusan akuntansi kemana, berapa setiap tahun, berapa yang diterima disini, itu ada semua di BK,” MS16042016 Berdasarkan pernyataan di atas dan didukung dengan data dokumentasi yang diperoleh, maka penelusuran lulusan merupakan tanggung jawab dari pihak BK. Proses penelusuran lulusan yang dilakukan oleh pihak BK, setidaknya terdapat beberapa metode yang digunakan, hal ini sesuai dengan pernyataan dari bapak SD berikut. “...ketika sudah lulus kemudian sudah kemana, pasti sekolahnya itu diberi tahu, di BP itu pasti ada datanya, kalau jaman dulu menggunakan kartu pos, kalau jaman sekarang kan sudah ketinggalan jaman itu tertawa kecil, diberi kartu pos, kemudian nanti dikirim, kalau sekarang kan sudah ada HP Handphone, pakai HP saja sudah, pakai HP pakai WA 97 Whatsapp saja sudah masuk, tapi juga supaya lebih detail nanti wawancara sama bu Sri, atau BKK begitu..” SD14042016 Pernyataan di atas juga didukung oleh bapak AM sebagai berikut. “kalau penelusuran kita menggunakan kartu pos penelusuran siswa, kemudian ada papan administrasi BKK yang ada disana menunjuk ke papan di depan sekolah, papan penelusuran siswa atau bisa juga dengan lewat online, bisa lewat SMS atau WA nah itu anak- anak bisa langsung.” AM02052016 Pernyataan di atas juga didukung oleh ibu SA sebagai berikut. “ee, pertama yang lebih mudah dilaksanakan itu adalah memakai kartu pos penelusuran lulusan itu, anak itu sebelum lulus sudah diberi kartu pos, kartu pos itu diberikan saat akan lulus begitu, kemudian nanti disuruh janji untuk mengembalikan, nanti anak-anak langsung mengembalikan. Nanti pertama-tama itu hanya satu dua anak tidak mengembalikan ya, di SMS. Ada juga yang itu terpasang di tembok itu, namanya itu juga penelusuran itu, dipasang blangko disitu nanti anak bisa menuliskan disitu, ya itulah, biasanya menggunakan kartu pos, atau menggunakan papan penelusuran yang kedua, atau yang ketiga bisa lewat SMS” SA26052016 Berdasarkan ketiga pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses penelusuran lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dilakukan secara manual maupun secara online. Pertama, penelusuran lulusan menggunakan kartu pos. Kartu pos ini diberikan kepada siswa ketika siswa sudah menyelesaikan ujian nasional, setelah siswa mendapatkan posisi baru, semisal bekerja, kuliah, ataupun aktivitas yang lain, maka siswa tersebut berkewajiban untuk mengembalikan atau mengirimkan kartu pos tersebut kepada pihak sekolah. Kedua, menggunakan papan penelusuran lulusan, papan ini terpajang di dinding luar sekolah. Harapan dari adanya papan ini adalah memudahkan lulusan yang belum bisa mengembalikan kartu pos, namun bisa mengunjungi sekolah ketika 98 hari libur misalnya, nanti siswa diijinkan untk mengisi kartu yang berada di papan penelusuran lulusan tersebut. Penelusuran lulusan juga dilakukan secara online, yaitu dengan kontak secara non-formal, berbasis media sosial dan short-Message- service SMS kepada nomor yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan karena lulusan bekerja atau kuliah di luar kota atau luar negeri, sehingga belum bisa mengembalikan kartu pos. Baik secara manual maupun online, diketahui data penelusuran lulusan yang diterbitkan oleh pihak BKK SMK Negeri 1 Ngawi setiap tahunnya. Daya serap lulusan disini juga dapat dilihat dari lamanya masa tunggu lulusan dalam memperoleh pekerjaan. Dari data yang diperoleh dari BKK SMK Negeri 1 Ngawi tahun 2014 diketahui data sebagai berikut ini. Tabel 5. Analisis masa tunggu penempatan BKK SMK Negeri 1 Ngawi tahun 2014 No Terserap bulan Jumlah Masa tunggu Prosentase 1 Juni 2014 78 orang Tidak menunggu 22 2 Juli 2014 49 orang 1 bulan 14 3 Agustus 2014 94 orang 2 bulan 27 4 September 2014 22 orang 3 bulan 6 5 Oktober 2014 28 orang 4 bulan 8 6 November 2014 14 orang 5 bulan 4 7 Desember 2014 7 orang 6 bulan 2 8 Januari 2015 14 orang 7 bulan 4 9 Februari 2015 17 orang 8 bulan 5 10 Maret 2015 11 orang 9 bulan 3 11 April 2015 3 orang 10 bulan 1 12 Mei 2015 8 orang 11 bulan 2 13 Juni 2016 5 orang 12 orang 1 Jumlah 350 orang Sumber : data sekunder 99 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masa tunggu lulusan SMK Negeri 1 Ngawi relatif pendek. Nampapk pada bulan Juni- Oktober 2014 atau 4 bulan masa tunggu diketahui terdapat 271 dari 350 lulusan telah memperoleh penempatan kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa sekitar 77,42 lulusan SMK Negeri 1 Ngawi hanya perlu menunggu selama 4 bulan untuk ditempatkan. Secara umum, lebih dari 60 lulusan SMK Negeri 1 Ngawi yang bekerja memiliki rata-rata masa tunggu dari 0-2 bulan, sehingga dapat dikategorikan bahwa daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dikatakan cukup tinggi dari kategori masa tunggunya. Data di atas merupakan data daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi secara umum, secara lebih spesifik lagi peneliti akan melakukan analisis daya serap lulusan Program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi dalam memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan. Daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi program keahlian Akuntansi dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 6. Daya serap lulusan program keahlian Akuntansi tahun 2011- 2015 TAHUN Jumlah sisiwa BEKER- JA KULIAH KUR- SUS WIRAU- SAHA LAIN- LAIN TIDAK TERDET EKSI 2011 72 56 15 1 2012 72 56 14 1 1 2013 68 52 13 1 1 1 2014 70 40 27 3 2015 63 38 24 1 JUMLAH 345 242 93 6 2 2 Sumber : Data Sekunder Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar lulusan program keahlian Akuntansi sebagian besar yaitu sebanyak 242 100 dari 345 lulusan atau berada pada angka 70,14, dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan. Lulusan program keahlian akuntansi yang dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi sebanyak 26,96. Sisanya tersebar mulai dari berwirausaha, menjadi TNIPOLRI, melanjutkan ke Pondok Pesantren, dan lain sebagainya. Dari data di atas, maka dapat diketahui bahwa daya serap lulusan program keahlian akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi cukup tinggi, yaitu berada pada angka 70,14 dari jumlah lulusannya selama 5 tahun dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan.

6. Relevansi Lulusan Program Keahlian Akuntansi dengan Lapangan

Pekerjaan. Relevansi merupakan suatu kesesuaian antara suatu hal dengan hal yang lain. Relevansi pendidikan yang peniliti pahami merupakan suatu kesesuaian antara output dari suatu instansi pendidikan dengan kelanjutkan karir dari output tersebut, baik dalam dunia pekerjaan maupun dalam hal pendidikan lanjut. Peneliti dalam penelitian ini melakukan pembatasan bahwa penelitian ini hanya membahas terkait relevansi atau kesesuaian antara lulusan dengan lapangan pekerjaan yang digelutinya setelah lulus dari sekolah. Program keahlian Akuntansi merupakan salah satu program keahlian yang diminati di SMK Negeri 1 Ngawi, dengan alasan itu pula peneliti berminat melakukan penelitian ini, apakah program keahlian 101 dengan minat yang cukup tinggi, juga memiliki output yang relevan dengan dunia kerjanya. Berikut ini merupakan diagram garis relevansi lulusan program keahlian akuntansi dibandingkan dengan program lainnya. Sumber : Data Sekunder Penelitian Gambar 7. Diagram garis tingkat relevansi program keahlian Akuntansi dengan Program keahlian lainnya di SMK Negeri 1 Ngawi. Berdasarkan diagram baris di atas, ketahui bahwa program keahlian Akuntansi garis warna kuning memiliki garis yang cukup fluktuatif dan cenderung membentuk garis yang terbuka kebawah. Garis kuning pada dua tahun awal garis yang lurus, yang dapat diartikan sebagai kestabilan, menukik tajam pada tahun 2013, kemudian menukik tajam menurun pada tahun 2014 dan menurun kembali pada tahun 2015. Berbeda dengan garis orange program keahlian TKJ yang memiliki garis yang cukup stabil, sekalipun memiliki lekukan keatas dan kebawah, namun tidak terlalu signifikan dan selalu berada di atas garis 5 10 15 20 25 30 2011 2012 2013 2014 2015 TEI TKJ AP AK PM 102 Akuntansi kecuali tahun 2013. Demikian pula dengan garis berwarna biru tua, milik program keahlian pemasaran, selalu berada di atas garis kuning milik program keahlian akuntansi. Garis berwarna biru muda milik program keahlian TEI, sekalipun program ini baru, pada awalnya memang kalah dengan program keahlian akuntansi, namun pada tahun kedua dan ketiganya program keahlian ini memiliki posisi di atas Akuntansi. Garis berwarna abu-abu, milik program keahlian Administrasi Perkantoran AP selalu berada dibawah garis kuning, walaupun memiliki bentuk yang sama dengan garis orange, yang artinya tingkat relevansi lulusan AP selalu lebih rendah dibandingkan dengan program keahlian Akuntansi sekalipun memiliki pola yang sama. Prosentase rata-rata tingkat relevansi masing- masing program keahlian yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 7. tingkat relevansi rata-rata program keahlian akuntansi dibandingkan dengan program keahlian lain di SMK Negeri 1 Ngawi Prog. Keahlian Rata- rata Lulusan Seluruh Lulusan Bekerja TEI 11 16,88 31,82 TKJ 12 17,92 31,96 AP 7 10,25 18,20 AK 13 19,19 27,12 PM 12 18,30 25,69 Sumber : Data Sekunder Penelitian. Prosentase rata-rata di atas diperoleh dengan mencari rata-rata jumlah lulusan yang bekerja relevan dengan kompetensi keahliannya 103 dari tahun 2011-2015. Kemudian di prosentasekan dengan membandingkan dengan jumlah lulusan secara menyeluruh dan untuk lulusan bekerja diperoleh dengan membandingkan lulusan yang relevan dengan lulusan yang bekerja. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa program keahlian yang memiliki tingkat relevansi yang paling tinggi di SMK Negeri 1 Ngawi adalah program keahlian Teknik Komputer Jaringan TKJ sebesar 31,96 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, namun jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan, maka Program Keahlian Akuntansi AK memiliki tingkat relevansi lulusan dengan dunia kerja yang tertinggi, yaitu sejumlah 19,19. Program keahlian Administrasi Perkantoran AP memiliki tingkat relevansi terendah baik jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, yaitu 18,20, maupun dengan jumlah lulusan secara menyeluruh, yaitu 10,25. Berdasarkan uraian data pada subbagian sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa lulusan program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi memiliki rata-rata 13 lulusan atau 27,12 dari jumlah lulusan yang bekerja memiliki pekerjaan sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah mereka miliki atau angka ini setara dengan 19,19 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa program keahlian Akuntansi berada sedikit di atas rata-rata prosentase tingkat relevansi lulusan 104 secara menyeluruh di SMK Negeri 1 Ngawi, yaitu senilai 25,98 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, atau 16,24 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan SMK Negeri 1 Ngawi secara menyeluruh. Oleh karena itu, maka tingkat relevansi program keahlian Akuntansi bisa dikatakan belum cukup baik jika dilihat secara umum, karena baru mencapai angka 27,12 atau baru ¼ lebih lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya, hal ini jika dibandingkan dengan banyaknya jumlah lulusan yang bekerja, namun jika dibandingkan dengan banyaknya lulusan secara keseluruhan maka program keahlian Akuntansi berada pada angka 19,19, atau kurang dari 15 lulusan yang memiliki pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya. Tingkat relevansi program keahlian Akuntansi AK jika dilihat pada lingkup sekolah, yaitu dengan membandingkan dengan program keahlian lain maka posisi program keahlian ini menduduki peringkat ketiga, yaitu sebanyak 27,12, dan jika dibandingkan dengan jumlah lulusan keseluruhan, maka tingkat relevansi Program keahlian akuntansi dengan dunia kerja merupakan program keahlian yang tertinggi, walaupun hanya mencapai angka 19,19. 105

7. Praktek Kerja Industri Prakerin dan Kunjungan Industri KI

sebagai program sekolah Setiap Sekolah Menengah Kejuruan SMK pasti memiliki 2 program wajib yang diikuti oleh seluruh siswanya. Kedua program tersebut adalah Praktik Kerja Industri atau biasa disingkat menjadi Prakerin dan juga program Kunjungan Industri atau biasa disebut dengan KI. Berikut ini adalah penjelasan dari kedua program tersebut dan bagaimana implementasinya di SMK Negeri 1 Ngawi. a. Praktek Kerja Industri Prakerin Prakerin merupakan program wajib dari pemerintah untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Pelaksanaan program ini beragam, dari 3 bulan sampai 6 bulan sesuai dengan kebijakan sekolah masing-masing. Di SMK Negeri 1 Ngawi pelaksanaan prakerin dibagi menjadi 4 gelombang dalam satu tahun. Bapak MS menyampaikan bahwa : “terkait dengan prakerin itu biasanya untuk akuntansi itu dilaksanakan pada awal tahun ajaran, selama 3 bulan, ya mulai Juli, Agustus, September, nah itu untuk tempat- tempatnya ya” MS16042016 Demikian pula yang disampaikan oleh ibu SA pada wawancara pertama tanggal 2 Mei 2016 terkait dengan pelaksanaan prakerin, belaiu menyampaikan bahwa pelaksanaan prakerin itu selama tiga bulan, dalam tiga tahun itu pelaksanaan prakerin itu selama 3 bulan SA02052016. Kemudian pada wawancara kedua pada tanggal 26 Mei 2016, Ibu SA juga menyampaikan hal yang sama, bahwa 106 pelaksanaan prakerin itu terjadwal lama, setidaknya tiga 3 sampai enam 6 bulan dan SMK Negeri 1 Ngawi mengambil kebijakan untuk pelaksanaan prakerin itu 3 bulan SA26052016. Dan pada wawancara yang ketiga kalinya, ibu SA pun juga menyampaikan hal yang serupa dengan dua wawancara sebelumnya, beliau menyampaikan bahwa : “ya setahu saya itu anak 3 bulan ada di dunia usahadunia industri ya, DUDI maksudnya, itu disitu harapannya mempraktikan ilmu yang diterima disekolah di dunia kerja,” SA06062016 Berdasarkan hasil wawancara di atas, dengan menggunakan triangulasi waktu, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan sekolah yang diambil oleh pihak SMK Negeri 1 Ngawi terkait pelaksanaan prakerin yaitu prakerin dilaksanakan dalam 3 bulan. Di SMK Negeri 1 Ngawi, program ini dilaksanakan oleh seluruh jurusan untuk melatih kompetensi akademik yang dimiliki oleh siswanya dengan langsung praktek pada dunia kerja atau dunia industri. Dalam satu tahun SMK Negeri 1 Ngawi membuat 4 gelombang prakerin, dan untuk program keahlian akuntansi khususnya itu dilaksanakan pada awal semester ganjil, yaitu bulan Juli, Agustus dan September. Sebagai program yang wajib dilaksanakan oleh seluruh Sekolah Menengah Kejuruan SMK yang ada tentu saja terdapat tujuan dan dampak yang diharapkan dalam pelaksanan prakerin tersebut. Ibu ME menyampaikan bahwa : 107 “jadi prakerin itu adalah tempat lab nya anak-anak mengaplikasikan teori yang didapat disekolah, apakah teori yang saya dapatkan itu cocok atau ndak dengan kondisi lapangan yang sebenarnya, seperti itu, disamping itu, prakerin seharusnya memang harus sesuai dengan jurusan anak masing-masing, alhamdulillah kalau untuk urusan prakerin ini itu sudah hampir semua cocok dengan jurusannya. Mungkin karena memang perkembangan, dan di Ngawi juga sudah banyak tempat yang usaha yang bermacam-macam itu ya sekarang ini memang banyak yang cocok, kecuali untuk anak TEI itu memang harus ke luar kota dan harus ke kota besar, ya di pabrik besar, kalau Ngawi itu kan belum punya pabrik yang besar to, sebenarnya ya intinya wadah untuk praktik anak-anak itu di lapangan, nah itu prakerin” ME25052016 Kemudian bapak AM menambahkan bahwa : “prakerin? Iya. Yang diharapkan ya, siswa itu mampu mempraktikan pelajaran yang telah didapat pas di sekolah. Jadi mempraktikan pelajaran yang telah disampaikan di sekolah. Jadi intinya ya tadi, mempraktikan ilmu yang telah ada. Jadi kita dapat teori dulu, selama satu tahun, kemudian tahun yang kedua selama 3 bulan itu, nanti kita prakerin,” AM14052016 Kemudian Ibu SA juga menambahkan bahwa : “yang tujuannya adalah ya itu tadi apa ya, biar memperoleh pengalaman di dunia kerja, biar mempraktekan ilmu yang diterima, tapi kalau , dan nanti akhirnya ada sertifikat ya? Piagam atau sertifikat ya? Sertifikat prakerin ya.” SA26052016 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa prakerin memiliki tujuan untuk bisa menerapkan atau mempraktikan ilmu dan teori yang telah diperoleh di sekolah pada dunia kerja, atau dengan kata lain prakerin merupakan wadah untuk siswa bisa mempraktikan teori yang telah diperoleh di Sekolah untuk 108 dipraktikan secara lebih riil di dunia kerja yang sesungguhnya.. Program ini menjadi program perwujudan kompetensi yang dimiliki oleh siswa SMK Negeri 1 Ngawi dengan pihak DUDI secara khusus dan pada masyarakat secara umum. Pelaksanaan prakerin juga memberikan dampak yang positif bagi siswa SMK Negeri 1 Ngawi secara khusus. Dampak dari prakerin disampaikan pula dalam wawancara dengan Bapak MS sebagai berikut ini : “dampaknya yang baik itu misalnya anak itu nanti sudah siap, nanti kalau dia sudah lulus nanti dia sudah siap bekerja. Itu nanti dampaknya, itu nanti untuk yang tidak mampu untuk kuliah. Jadi memang ada dua, yang mau bekerja mungkin nanti memang sudah pernah latihan, kalau yang mau lanjut kuliah mungkin nanti besok sudah lulus kuliah paling tidak sudah tahu bagaimana prosedur di kantor itu. Kan lain dengan pelajaran di sekolah. Ya setidaknya memberikan pengalaman kerja bagi siswa, meskipun hanya 3 bulan, tapi sebenarnya kurang itu, mestinya 6 bulan itu pelaksanaannya, tapi kalau 6 bulan nanti kasihan kelas dan jurusan yang lain itu, nanti ndak kebagian. Karena jumlah kelasnya itu ada 13 kelas, kemudian satu tahun itu dibagi menjadi 4 gelombang untuk pelaksanaan prakerin tersebut” MS19052016 Dampak dari Prakerin juga disampaikan oleh bapak AM sebagai berikut : “dampaknya yang baik itu misalnya anak itu nanti sudah siap, nanti kalau dia sudah lulus nanti dia sudah siap bekerja. Itu nanti dampaknya, itu nanti untuk yang tidak mampu untuk kuliah. Jadi memang ada dua, yang mau bekerja mungkin nanti memang sudah pernah latihan, kalau yang mau lanjut kuliah mungkin nanti besok sudah lulus kuliah paling tidak sudah tahu bagaimana prosedur di kantor itu. Kan lain dengan pelajaran di sekolah. Ya 109 setidaknya memberikan pengalaman kerja bagi siswa, meskipun hanya 3 bulan, tapi sebenarnya kurang itu, mestinya 6 bulan itu pelaksanaannya, tapi kalau 6 bulan nanti kasihan kelas dan jurusan yang lain itu, nanti ndak kebagian. Karena jumlah kelasnya itu ada 13 kelas, kemudian satu tahun itu dibagi menjadi 4 gelombang untuk pelaksan aan prakerin tersebut” MS19052016 Dampak lain dari prakerin juga disampaikan oleh ibu SA yaitu anak bisa memperoleh keterampilan dari tempat prakerin nanti bisa dibawa ke dunia kerja yang akan mereka hadapi nantinya SA06062016. Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dampak yang diharapkan dengan adanya prakerin adalah anak akan memperoleh pengalaman baru untuk lebih menyiapkan diri untuk menghadapi dunia kerja. Setelah melaksanakan prakerin siswa akan menjadi lebih siap untuk terjun secara langsung ke dunia kerja nanti. Siswa akan dihadapkan secara langsung dengan dunia usahadunia industri yang riil, sehingga siswa akan terbiasa atau setidaknya siswa akan mengetahui bagaimana kondisi dunia usaha dan industri DUDI ketika mengikuti kegiatan prakerin, pengalaman ini tentu saja tidak akan diperoleh jika siswa tidak mengikuti prakerin atau dengan kata lain siswa akan memperoleh pengalaman baru untuk bisa terjun ke dunia kerja yang sebenarnya setelah lulus nanti. Pelaksanaan Prakerin pada Program Keahlian Akuntansi sudah diupayakan untuk menempatkan siswanya pada Dunia Usaha maupun Dunia Industri DUDI yang relevan dengan kompetensi 110 keahlian yang dimiliki oleh siswa. Berikut ini merupakan data penempatan siswa prakerin program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi Tabel 8. Daftar Instansi yang digunakan untuk Praktek Kerja Industri Program Keahlian Akuntansi No Nama DUDI Alamat 1. BRI Ngawi Jl, A Yani Ngawi 2 Dinas Pendapatan UPT Jl. Hasanudin 3 PD BPR Bank Daerah kab. Madiun Cab. Ngawi Jl. Sukowati 2.A Ngawi 4 PT POS Indonesia Cab. Paron Kabupaten Ngawi Jl. Raya Paron Jogorogo Ngawi 5 PT Bank BTPN Ngawi Jl. PB. Sudirman 6 AJB Bumi Putera 1912 Ngawi Jl. A Yani Ngawi 7 Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Ngawi Jl.Teuku Umar 12 Ngawi 8 Kantor KPU Kab Ngawi Jl. U Suropati 9 PT POS Indonesia Kab Ngawi Jl. J.A Suprapto No. 5 Ngawi 10 PT POS Indonesia Ngrambe Kabupaten Ngawi Jl. Raya Ngrambe Ngawi 11 Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian Kab Ngawi Jl. PB Sudirman No. 20 Ngawi 12 PT BPR UTOMO WIDODO Jl PB Sudirman Geneng Ngawi Geneng Ngawi 13 BPR ARTA KENCANA Caruban Jl. Raya Caruban 14 KPP Pratama Kabupaten Ngawi Jl. A Yani Ngawi 15 PT Bank Perkreditan Rakyat Jatim Ngawi Jl. S Parman 8 Ngawi 16 BPD Jatim Kabupaten Ngawi Jl. Yos Sudarso Ngawi 17 B P S Kabupaten Ngawi Jl. Trunojoyo Kab. Ngawi 18 PT KAI Persero Daop 7 Madiun Kantor Seksi Akt Madiun 111 19 Badan Penanaman Modal dan PelayananPerizinan Terpadu Kabupaten Ngawi Jl. Mh. Thamrin No. 33 Ngawi 20 PT Pegadaian Walikukun Jl Raya Waliku 21 PG Soedono Geneng Jl Raya Tepas Geneng 22 PT POS Ind Walikukun Jl Raya Walikukun 23 PT Pegadaian UPC Caruban Jl Raya Caruban 24 Kantor PDAM Kab Ngawi Jl. S Parman 25 PT BPR Mulyo Raharjo Ds. Blaran Barat Magetan Jl. Raya Barat Magetan 26 PT POS Indonesia Madiun Jl Pahlawan Madiun 27 KPH Perhutani Kab Ngawi Jl. Yos Sudarso Ngawi 28 PT Pegadaian Ngawi Jl. U Suropati Ngawi 29 PG Poerwodadi Magetan Jl. Raya Maospati Magetan Ngawi 31 PT Bank BPR UMKM Sine Jl Raya Sine Ngawi 32 Koperasi manunggal makmur Surakarta Jl. Pamugaran Surakarta Sumber : Data Sekunder penelitian Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar DUDI yang digunakan untuk praktek kerja industri atau Prakerin merupakan instansi yang relevan dengan program keahlian Akuntani. Hal ini ditunjukkan dari 32 Instansi yang terdaftar di atas, setidaknya hanya 4 Instansi yang dirasa kurang sesuai untuk dijadikan lokasi Prakerin siswa Program Keahlian Akuntansi. Pada pelaksanaan program ini, relevansi DUDI yang digunakan untuk praktik dengan program keahlian sangat diperhatikan. Sehingga anak-anak benar-benar akan praktik pada lapangan yang menunjang kompetensi keahlian yang telah dimiliki, sekalipun mengharuskan beberapa siswa keluar kotakabupaten. 112 Pelaksanaan prakerin tentu saja dihadapkan dalam beberapa kendala atau hambatan yang dirasakan baik oleh pihak siswa, bapak ibuguru dalam pelaksanaannya maupun pasca pelaksanaan Prakerin. kendala prakerin disampaikan oleh bapak MS berikut ini : “untuk prakerin itu hambatannya itu, anak-anak itu biasanya ya, mungkin jauh tempatnya, mungkin kos gitu, tapi untuk materi yang disampaikan oleh DUDI saya kira surat menerima. Terus untuk hambatan yang lain, untuk pembimbing ya, kan ya tidak setiap saat mengujungi anak- anak, ya karena tugasnya kan banyak ya. Ya ngajar, ya bisa untuk ditinggal itu.” MS16042016 Berdasarkan wawancara di atas menyampaikan bahwa hambatan dalam pelaksanaan prakerin adalah terkait dengan tempat prakerin yang jauh dari rumah serta terkait dengan keterbatasan bapakibu guru pembimbing prakerin yang kesulitan untuk mengunjungi siswanya yang sedang prakerin. Kemudian ibu ME menyampaikan bahwa : “nah guru dan anak itu pasca prakerin itu, dihadapkan pada situasi yang serba tergesa-gesa, karena harus menghabiskan materi terus materinya 6 bulan harus habis dalam 3 bulan, anak dijejeli materi itu. Harusnya materi pelajarannya tidak usah terlalu banyak, karena hanya ada waktu 3 bulan. Nah sepertinya untuk kedepannya, akan diambil kebijakan sekolah meskipun anak ditempat prakerin, anak-anak akan tetap diberikan tugas, mid semesterpun nanti akan disuruh pulang. Akan diijinkan dari tempat prakerin, seminggu ini anak masuk karena ada mid semesteran gitu” ME13052016 Berdasarkan wawancara di atas, ibu ME menyampaikan hambatan yang dihadapi oleh bapakguru pengajar pasca pelaksanaan prakerin, terkait dengan keterbatasan waktu untuk menghabiskan materi 113 pembelajaran pada siswa yang baru pulang prakerin. Pernyataan yang hampir sama dinyatakan oleh bapak AM yang menyampaikan bahwa : “nah untuk kendala yang dirasakan itu ya, ini mbak, jumlah industrinya kurang. Atau tidak ... tidak berimbang dengan jumlah siswa. Sehingga akhirnya ada juga yang sampai anak-anak itu yang keluar kota, sekarang bayangkan saja, kalau Ngawi, berapa banyak instansi yang berhubungan dengan TKJ misalnya, yang perdagangan, nah kalau yang perdagangan mungkin masih banyak karena mulai berkembang toko-toko besar, kemudian jumlah siswa yang membutuhkan tempat prakerin dari SMK 1 saja itu sudah besar, jadi kadang memang dirasa kurang berimbang antara jumlah siswa dengan dunia kerja atau DUDI” AM14052016 Berdasarkan wawancara dengan bapak AM, dapat diketahui bahwa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Prakerin adalah terkait dengan keterbatasan tempat prakerin sehingga mengharuskan siswa untuk keluar kota hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh bapak MS. Kemudian ibu ME dalam wawancara yang selanjutnya juga menyampaikan bahwa : “kendalanya? Soal waktu mbak kelihatannya, soal waktu. Anak-anak itu mintanya lebih lama gitu, padahal kalau lama itu, kita nanti repot menghabiskan materi pelajaran. Tiga bulan mbak, malah nanti rencananya itu malah mau 6 bulan, kalau 6 bulan kan jadinya, materi dalam satu tahun itu harus disampaikan dalam satu semester iya kan, jadi soal waktunya mbak “pernah ada guru pembimbingnya itu terbatas sekali waktunya untuk bisa menjenguk anak di DUDI, jam kerjanya sekolah kan sama yaa dengan jam kerjanya anak-anak praktik, sehingga kalau mau menjenguk anak, otomatis harus meninggalkan jam mengajar, itulho, terbentur antara jam kunjungan anak dengan jam mengajar,” ME25052016 114 Ibu ME menjelaskan bahwa kendala pasca pelaksanaan prakerin itu terkait dengan keterbatasan waktu yang tersedia utnuk menghabiskan materi pelajaran, serta terkait dengan keterbatasan waktu bapakibu guru pembimbing prakerin untuk mengunjungi siswanya. Kemudian ibu SA juga menyampaikan bahwa hambatan dari Prakerin sebagai berikut : “Tapi ya kadang-kadang kendala prakerin ya, anak-anak yang pulang prakerin itu untuk bisa dikondisikan untuk mau belajar lebih giat itu juga sulit juga ya, butuh waktu, karena anak sudah 3 bulan berada di luar yang pekerjaannya monoton ya, ya kalau didunia kerja kan pekerjaannya monoton ya, pekerjaan itu-itu otaknya sudah jarang berpikir belajar ya disitu itu sebetulnya kelemahan prakerin, tapi ini program nasional jadi mau apa ya komentarnya bisanya begini aj a” SA06062016 Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa kendala pasca pelaksanaan prakerin tentang sukarnya untuk membiasakan kembali siswa pasca prakerin. Hal tersebut juga diakui oleh ibu ME bahwa sananya pasca prakerin siswa ketika masuk kelas itu mengalami kebingungan atas banyaknya tugas yang diberikan oleh bapakibu guru sebagai alternatif untuk mengejar materi pelajaran yang akhirnya mengakibatkan mereka banyak mengeluh. ME13052016 Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa beberapa kendala yang dihadapi siswa, bapakibu guru dalam pelaksanaan dan pasca pelaksanaan prakerin adalah terkait dengan keterbatasan waktu dan terkait dengan terbatasnya DUDI di 115 Kabupaten Ngawi yang ditempati untuk Prakerin sehingga mengharuskan siswa untuk ke luar kota sehingga harus tinggal jauh dari rumahnya. Kendala terkait keterbatasan waktu yang dimaksud adalah terkait dengan terbatasnya waktu yang dimiliki oleh bapakibu guru pembimbing prakerin untuk mengunjungi siswanya yang berada di DUDI dalam pelaksanaan prakerin serta terbatasnya waktu untuk menghabiskan materi pasca pelaksanaan prakerin. Serta terdapat perubahan pembiasaan siswa selama prakerin yang menyebabkan siswa kesulitan untuk kembali pada pembiasaan belajar. Sebagai solusi untuk kendala yang dihadapi ini, terdapat beberapa alternatif yang telah dilakukan atau akan dilakukan pada waktu mendatang. Terkait dengan terbatasnya waktu bapakibu guru pembimbing untuk mengunjungi siswa, maka dipilih alternatif untuk memilih guru pembimbing yang rumahnya berdekatan dengan tempat prakerin, misalnya : untuk siswa yang prakerin di Magetan mendapatkan bapakibu guru pembimbing yang rumahnya di Magetan. Sebagai upaya untuk mengatasi dan menanggulangi kendala keterbatasan waktu pasca prakerin, untuk kedepannya pihak sekolah akan membuat kebijakan terkait pelaksanaan prakerin untuk bisa mengikuti pembelajaran secara tidak langsung yaitu dengan pemberian tugas-tugas, serta ketika pelaksaan MID semester nanti 116 anak-anak bisa dimintakan ijin ke pihak DUDI untuk kembali ke sekolah dalam satu minggu. Terkait dengan kendala terbatasnya DUDI yang dapat digunakan untuk prakerin di Kabupaten Ngawi, alternatif yang telah dilakukan adalah dengan memperluas jaringan dan mitra oleh pihak jurusan dengan DUDI di luar Kabupaten Ngawi, sehingga beberapa siswa harus prakerin di luar kota dan tinggal berjauhan dengan orang tuanya untuk waktu 3 bulan atau selama pelaksanaan prakerin tersebut b. Kunjungan Industri Selain melaksanakan Praktek Kerja Industri Prakerin siswa SMK Negeri 1 Ngawi juga melaksanakan kegiatan Kunjungan Industri atau biasa disebut dengan KI. Kunjungan Industri atau biasa disebut KI, merupakan kegiatan dimana siswa dapat memotret secara langsung kondisi dunia industri. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh ibu ME sebagai berikut : “melihat secara langsung yang terjadi di lapangan, dengan teori yang didapat, kalau prakerin kan mencoba aplikasi teori ya? Nah kalau ini kan KI hanya melihat apa yang terjadi dilapangan itu. Spontan dia akan mencari potret apa yang terjadi dilapangan itu, nanti anak diberi tugas mengumpulkan laporan, harus , nanti kalau gak begitu nanti gak tenanan mengko tertawa kecil” ME13052016 Demikian pula yang disampaikan oleh bapak AM dalam wawancara sebagai berikut : 117 “kalau Kunjungan industri itu kita melihat langsung industri yang berhubungan dengan sekolah kita, kalau yang idealnya ya, yang industri yang dikunjungi harus sesuai dengan program- program keahlian yang ada di sekolah kita.” AM14052016 Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa Kunjungan Industri merupakan kegiatan untuk melihat langsung pada dunia industri secara langsung dan dalam pelaksanaannya seharusnya Kunjungan Industri itu sesusai dengan program keahlian masing-masing. Hal di atas juga didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh Bapak MS sebagai berikut ini : “kunjungan industri itu Cuma melihat situasi pekerja di salah satu PT atau pabrik, waktunya itu hanya sekali itu dalam setahun, jadi selama 3 tahun KI ya tujuannya itu melihat situasi pekerja, bagaimana bekerjanya kalau diperusahaan yang besar itu kan pekerjanya kan banyak, jadi anak hanya melihat saja, tidak bisa praktik. Kalau prakerin itu kan praktik langsung, tapi kalau KI itu ya hanya melihat situasi pekerja-pekerja itu, jadi besok kalau saya lulus saya kerja disini, oh kerjanya nanti seperti itu to, ooh, terus nanti produksinya bagaimana seperti itu, ya Cuma melihat-lihat saja kalau kunjungan industr i itu” MS26052016 Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa kunjungan industri merupakan kegiatan untuk mengunjungi suatu industri agar siswa mengetahui situasi pabrikindustri secara langsung dan nantinya siswa memiliki gambaran terkait dengan situasi kerja yang sebenarnya di industri tersebut. Berdasarakan beberapa hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan Kunjungan Industri merupakan kegiatan untuk mengunjungi suatu industripabrik besar untuk 118 mendukung siswanya untuk mengetahui situasi dan gambaran kerja yang sebenarnya secara langsung di Industri tersebut. Pelaksanaan kegiatan kunjungan industri idealnya siswa mengunjungi industri yang sesuai dengan kompetensi keahlian mereka, sehingga hal tersebut dapat menunjka untuk menjadikan siswa lebih memahami bagaimana kondisi industri yang sesuai dengan kompetensi keahlian mereka. Yang membedakan kegiatan ini dengan kegiatan prakerin adalah siswa hanya diperbolehkan untuk melihat dan mendokumentasikan saja, tanpa harus terlibat langsung dalam industri tersebut. Program ini juga menjadikan siswa mampu belajar untuk menjalin mitra dan jaringan guna mempermudah mereka ketika sudah lulus sekolah. Pelaksanaan kunjungan industri ini dilaksanakan satu kali selama proses pembelajaran, biasanya dilaksanakan pada kelas 11 pada akhir semester 4. Pada Kunjungan Industri tahun ini, misalnya, Seluruh jurusan yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2016 dengan mengujungi satu lokasi KI yang sama, yaitu salah satu pabrik Garment di kota Surakarta. Penyelenggaraan Kunjungan Industri tersebut diharapkan masing- masing jurusan dapat memperoleh pembelajaran terkait kompetensinya masing-masing, misalnya untuk program keahlian Administrasi Perkantoran maka dapat melihat terkait bagaimana pengadministrasian pabrik tersebut, untuk jurusan AK misalnya, 119 diharapkan dapat mempelajari terkait dengan keuangan perusahaan tersebut, dan lain sebagainya. Namun implementansinya berbeda dengan harapan yang telah disampaikan di atas, seperti yang disampaikan oleh ibu ME sebagai berikut ini : “...Tapi kalau kunjungan industri itu melihat secara langsung riil pekerjaan yang ada di perusahaan tertentu, jadi ya hanya menyaksikan saja, mengamati, tapi memang demikian harusnya dari masing-masing jurusan itu, namun, karena ini adalah program sekolah, jadi kunjungan industri itu dijadikan satu tempatnya, nanti yang TEI misalnya, nanti pembimbingnya yang mengarahkan ke TEI, pembimbingnya itu nanti dari pabriknya, saya kira begitu, ternyata enggak, karena situasi, disana itu dijadikan satu jebret, jadi anak itu kunjungan itu malah bingung, gak efektif kan akhirnya. Nah mungkin ke depannya perlu diteliti lagi apakah dimungkinkan untuk berangkat dari masing-masing jurusan saja, misalnya dari akuntansi gitu nanti ke Pabrik apa, bagian apa, kalau kayak gitu mungkin akan lebih efektif mbak. Nah memang ya pabrik yang kemarin itu besar, tapi anak jadi tidak bisa belajar sesuai dengan yang diharapkan, tidak bisa menjadi pengamat yang baik, nah saya pas sambutan juga gak enak mbak, sudah saya sampaikan juga, bahwa sekolah saya sebenarnya itu mengharapakan yang begini-begini begini, tapi karena situasi yang kita juga akhirnya ya udah, gak apa- apa wis monggo...” ME25052016 Berdasarkan wawancara tersebut diketahui dalam pelaksanaan Kunjungan Industri beberapa waktu lalu belum sesuai dengan harapan dan tidak sesuai dengan idealnya pelaksanaan kunjungan Industri yaitu sesuai dengan program keahlian masing-masing. Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan dari bapak MS sebagai berikut : “...di tempat itu tidak semua dibidangnya itu bisa dilihat, mungkin ada beberapa yang dirahasiakan oleh perusahaan seperti itu, mungkin kan paling tidak tahu lah, tapi ternyata dari pihak sana itu memang dirahasiakan dan tidak boleh. 120 Misalnya dari jurusan akuntansi dibidang pembukuannya sana itu ndak boleh dilihat, jadi Cuma melihat proses produksinya, mulai dari mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, prosesnya sejak awal. Jadi tahu proses produksinya itu tahu, khsusunya dar i bidang akuntansi” MS26052016 Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa adanya hal yang tidak bisa dilihat, sekalipun itu bidang yang sesuai dengan kompetensi anak tersebut. Pelaksanaan kunjungan industri pada bulan Mei 2016 tersebut siswa langsung dikumpulkan dalam kelompok yang besar dalam satu ruangan dan diberikan materi-materi yang terkait dengan profil dan kondisi pabrik tersebut. Hal tersebut tidak sesuai dengan harapan sekolah, yaitu siswa akan dibagikan dalam beberapa kelompok sesuai dengan program keahlian masing-masing dan diarahkan pada kegiatan yang sesuai dengan kompetensi masing- masing jurusan. Misalnya untuk program keahlian administrasi perkantoran AP diarahkan pada kegiatan administrasi dan kearsipan dokumen, program keahlian Akuntansi AK diarahkan pada kegiatan financial dalam kegiatan produksi dan demikian juga dengan program keahlian lainnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pelaksanaan kunjungan industri di SMK Negeri 1 Ngawi belum berjalan sesuai dengan harapan. Pelaksanaan Kunjungan Industri yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa sulitnya mencari industri untuk digunakan tempat kunjungan industri yang sesuai dengan program keahlian 121 yang sesuai dengan program keahlian yang dimiliki SMK Negeri 1 Ngawi. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh bapak AM sebagaimana dalam wawancara berikut ini : “Namun, diakui memang masih menjadi kendala untuk mencari industri tersebut. Nah kebetulan minggu depan ini, nanti ada kunjungan industri kita, kita ke Solo nanti, itu nanti industri garmen ya, nah kalau yang TKJ atau TEI memang ya kurang cocok ya dirasa, tapi nanti coba untuk melakukan mendekatannya yang sesuai, misalnya untuk TKJ dan TEI itu nanti akan difokuskan kepada alat-alatnya, nah untuk yang PM akan difokuskan bagaimana tentang pemasarannya itu bagaimana, kalau yang AK itu nanti bagaimana keuangannya. Demikian juga untuk program keahlian yang lain, nanti pokoknya menyesuaikan yang disana saja.” AM14052016 Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa kendala dalam pelaksanaan Kunjungan Industri adalah terkait sulitnya untuk mencari industri yang sesuai dengan program keahlian akuntansi agar pelaksanaan KI bisa dilaksanakan secara serentak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Kunjungan Industri masih belum terlaksana secara maksimal dan masih terkendala oleh sulitnya menemukan pabrik atau industri yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi.

8. Bimbingan Karir

Karir merupakan hal yang berkaitan dengan masa depan seseorang. Karir hendaknya mulai dikenalkan mulai dari kelas X terutama dalam lingkup Sekolah, oleh karena itu program bimbingan 122 karir merupakan salah satu program yang cukup penting bagi siswa baik Sekolah secara umum maupun Sekolah Menengah Kejuruan SMK pada khususnya. Berdasarkan hal diatas maka adanya bimbingan karir penting dilaksanakan di suatu Sekolah Menengah Kejuruan SMK, khususnya di SMK Negeri 1 Ngawi guna memotivasi siswa untuk dapat menentukan jenjang karir pasca lulus dari SMK Negeri 1 Ngawi. Berdasarkan wawancara dengan bapak MS diketahui bahwa ada kerja sama antara guru BK Bimbingan dan Konseling dengan pihak jurusan untuk membimbing dan membina siswanya untuk bisa bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya MS16042016. Hal tersebut diulangi lagi pada wawancara selanjutnya, bapak MS juga menyampaikan bahwa : “iya benar itu untuk yang BK, kalau yang jurusan setiap tiga bulan, 6 bulan, menyampaikan kepada anak-anak, kalau bisa setelah lulus itu mbok jangan menganggur, kalau bisa itu ya bekerja paling ndak sesuai dengan bidangnya, kalau tidak sesuai dengan bidangnya, ya setidaknya kita bekerja terlebih dahulu. Jangan sampai nganggur, tapi kebanyakan anak-anak itu yang akuntansi itu memilih nganu, kuliah. Coba-coba dulu, nanti kalau sudah tidak diterima itu nanti baru cari kerja, gitu.” MS19052016 Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa memang bimbingan untuk menentukan untuk jenjang karir selanjutnya itu adakan baik oleh pihak BK maupun oleh pihak jurusan. Kegiatan bimbingan karir tersebut diharapkan siswa mampu bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimilikinya. Hal tersebut juga didukung dari 123 pernyataan bapak MS pada wawancara yang berikutnya, bapak MS menyampaikan bahwa : “nah ini dari kemarin ya kelas 12 itu itu Cuma berapa anak saja yang ingin bekerja, yang ingin kuliah itu ditentukan, kemudian itu nanti diarahkan dari jumlah itu, yang ingin bekerja berapa itu diupayakan untuk sesuai dengan jurusan, kalau yang kuliah itu kalau dari Akuntansi itu yaa harus sesuai lah dengan ekonomi atau akuntansi gitu, jadi dasarnya kan memang sudah menguasai begitu” MS26052016 Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa baik siswa yang ingin bekerja maupun yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi juga diharapkan juga diarahkan untuk bisa bekerja maupun kuliah yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimiliki. Hasil triangulasi waktu yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa memang terdapat pelaksanaan bimbingan karir yang dilakukan oleh pihak SMK Negeri 1 Ngawi. Bimbingan karir tersebut dilakukan oleh pihak jurusan dan oleh pihak Bimbingan dan Konseling. Pelaksanaan bimbingan tersebut berkaitkan dengan kelanjutan karir siswa baik siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi untuk dapat memilih program studi atau jurusan yang sesuai dengan kompetensi yang telah dimilikinya, serta bagi siswa yang ingin bekerja juga diharapkan mampu bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimiliki. Materi yang disampaikan pada kelas karir ini merupakan materi yang berkaitan dengan bagaimana siswa setelah lulus harus bekerja seperti apa. Pelaksanaan kelas bimbingan karir ini diketahui bahwa 124 siswa sudah memiliki pengetahuan pekerjaan apa saja yang relevan dengan kompetensi keahlian mereka masing-masing jurusan. Ibu SA selaku guru BK SMK Negeri 1 Ngawi menyampaikan bahwa : “BK Karir itu cenderung memotivasi karena karir itu menurut saya masih terpecah, karir apakah mau kuliah, atau karir akan kerja. BK masuk kelas itu memberikan materi-materi yang materi itu, ada hubungannya dengan anak yang akan melanjutkan kuliah atau anak kerja. Kalau yang akan kuliah, ya di motivasi, kamu kalau sejak kelas 10 diusahakan pinter, karena kalau akan kuliah itu, semula sekolah tidak memiliki cita-cita kuliah, akhirnya bisa kuliah karena adanya beasiswa Bidik Misi, syarat BM harus anak pinter. Sehingga ketika orientasi masuk itu, MOS, itu BK pasti mengambil peran. Tujuannya untuk memotivasi supaya anak itu, disiplin belajar, tidak suka nyontek, percaya dengan diri sendiri, percaya diri. .... Kemudian juga terdapat motivasi, misalnya, kalau kamu ingin jadi orang sukses itu yang pertama kuasai kompetensi, kemudian kuasai IT, kuasai bahasa Internasional sama berkarakter Disiplin, Jujur, bertanggung Jawab, pantang menyerah, ora ngeyel, nah itu. Nah terus untuk yang, oh ya nak, masih ada tambahan lagi, kalau mau ke perguruan tinggi itu jangan hanya yang sekedar jadi kutu buku, tapi usahakan ikut lomba, cari sertifikat-sertifikat karena itu akan mendukung proses SNMPTN, tapi kalau yang akan kerja yang diteliti dan digali yang akan kerja itu berapa persen, terus diberi informasi tentang dunia kerja, terus dilatih soal-soal Psikotes, seperti kreptin dan lain-lain. Itu kira- kira seperti itu” SA02052016 Berdasarkan hasil wawancara di atas diketahui bahwa bimbingan karir yang dilakukan oleh pihak BK dilakukan dengan cara memberikan motivasi-motivasi untuk siswa tentang persiapan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk melanjutkan karirnya, entah siswa yang hendak bekerja ataupun melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Selanjutnya penanaman karakter-karakter positif untuk siswa yang bisa menunjang karir siswa. Selanjutnya Bimbingan karir juga memberikan informasi tentang dunia kerja serta pemberian latihan soal yang akan menunjang 125 karir siswa khususnya yang hendak menuju ke dunia kerja ini. Untuk mendukung hasil wawancara tersebut, ibu SA pada wawancara selanjutnya juga menyampaikan bahwa : “kalau bimbingan karir itu biasanya memang dimulai dari kelas 1 itu sudah dimulai, kalau kelas 1 itu biasanya terkait dengan mengenal diri itu ya? Kalau bagi saya itu sebenarnya sudah menjadi fondasi awal bimbingan karir. Jadi, ee diri saya itu apa, gitu maksudnya.. jadi maksudnya, anak itu paham ee kemampuannya seberapa, terus yang dia rasa, kemudian yang dia miliki itu sejauh mana, kemudian ditambah plus plus yang lain yang dia miliki harus dipahami, dan yang lebih penting lagi adalah memahami kekurangannya, sehingga akhirnya anak itu bisa mengarah mempersempit atau mengecilkan ruang-ruang, ruang-ruang kekurangan dan suapay bertambah ruang-ruang keproduktifitasannya. Itu tapi, kalau dikelas 1 itu yang seperti itu, tapi kalau di kelas XII bimbingan karir itu sudah, dari sejak awal masuk kelas XII itu, dari awal semester ganjil itu sudah kami jajaki, mau kuliah atau mau kerja, walaupun itu masih jadi satu kalau anak, karena memang belum dipisah-pisah karena memang pembelajarannya itu klasikal, tapi pada saat-saat tertentu memang memberikan informasi tentang bagaimana prosedur SMNPTN, bagaimana, pokoknya pribadi mahasiswa itu, langkah-langkah apa yang harus ditempuh, kalau mau kerja ya, misalnya mengenalkan ke dunia kerja, larinya nanti anak- anak mesti tanya dunia kerja mana yang sudah bekerja sama dengan BKK SMK Negeri 1 Ngawi, seperti itu. Jadi apa ya? Ee bimbingan karir itu untuk kelas XII itu sudah riil arahannya mau ke mana itu.” SA26052016 berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa bimbingan karir tersebut dimulai dari kelas X, dimulai dengan mengenal kelemahan dan kelebihan diri sendiri. Kemudian jika sudah kelas XII bimbingan karir itu sudah mengerucut pada karir apa yang dipilih oleh siswa. Pada awal semeter ganjil, siswa kelas XII akan dijajaki terkait minat siswa tersebut, apakah ingin bekerja ataupun yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Dari penjajakan ini, bimbingan yang akan diberikan akan lebih 126 khusus pada siswa, untuk siswa yang menginginkan kuliah maka bimbingan akan berkenaan dengan prosedur SNMPTN, pengetahuan tentang perguruan tinggi secara umum dan lain sebagainya. Sedangkan untuk yang bekerja nanti akan lebih dibekali dengan informasi- informasi terkait dengan lowongan pekerjaan yang tersedia. Hasil wawancara ini juga dikuatkan pada wawancara yang ketiga, Ibu SA menyampaikan bahwa : “kalau sudah kelas 12 ya mengarah pada pemberian informasi- informasi tentang lapangan pekerjaan, memberikan misalnya trik trik dalam wawancara wawancara kerja, nah seperti itu. Selain itu ya memotivasi supaya anak itu mencari nilai plus dari luar sekolah, misalnya dia mengambil kursus keterampilan untuk menambah kompetensi itu” SA06062016 Wawancara yang ketiga di atas semakin menegaskan bahwa untuk bimbingan karir bagi kelas 12 lebih mengarah pada informasi-informasi tentang lapangan pekerjaan serta pemberian trik-trik terkait dengan wawancara kerja. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa materi bimbingan karir yang diberikan di SMK Negeri 1 Ngawi secara khusus dimulai dari kelas X secara umum terkait dengan karir siswa, hingga kelas XII yang sudah mengerucut ke yang lebih spesifik, yaitu apakah siswa itu akan melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjut, maupun akan bekerja. Dari hal tersebut akan terjadi perbedaan perlakuan oleh pihak BK nantinya, bagi yang ingin melanjutkan kuliah siswa akan dibekali dengan info-infor terkait SNMPTN maupun Perguruan Tinggi, sedangkan yang ingin bekerja akan dibekali dengan 127 informasi-informasi terkait dengan lapangan pekerjaan dan lowongan pekerjaan yang tersedia.

9. Bursa Kerja Khusus BKK SMK Negeri 1 Ngawi

Pengertian Bursa Kerja Khusus atau biasa disebut dengan BKK SMK Negeri 1 Ngawi disampaikan oleh bapak AM sebagai berikut ini : “bursa kerja khusus adalah suatu lembaga yang dibentuk oleh sekolah, dan mendapatkan ijin dari depnaker yang tujuan adalah untuk menyalurkan siswa ataupun mencarikan pekerjaan didalam lingkup sekolah, intinya yaaa membantu siswa untuk mencari pekerjaan, udah gitu aja.” AM02052016 Yang disampaikan narasumber di atas sesuai dengan dokumen profil yang diperoleh dari pihak BKK SMK Negeri 1 Ngawi dibawah ini yang menyampaikan bahwa Bursa Kerja Khusus BKK merupakan lembaga yang dalam menyalurkan siswa yang lulus dengan dunia kerja secara langsung. BKK SMK Negeri 1 Ngawi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kelembagaan SMK Negeri 1 Ngawi. Seiring dengan perkembangan SMK Negeri 1 Ngawi yang merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan mampu mendidik dan menyalurkan siswa didiknya untuk bekerja, maka BKK SMK Negeri 1 Ngawi telah menjalin kerja sama dan melegalkan kelembagaan dengan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Ngawi. Berdasarkan Surat Persetujuan No. 5602549404.1032014, maka kedudukan BKK SMK Negeri 1 Ngawi telah diakui kegiatannya untuk secara legal membina dan menyalurkan calon tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan pada 128 PerusahaanInstansiDunia KerjaDunia Industri yang berlokasi baik ditingkat lokal maupun regional, bahkan tingkat Internasional. Kemudian setelah pengertian di atas, BKK SMK Negeri 1 Ngawi memiliki tupoksi sebagaimana yang disampaikan oleh bapak AM berikut ini : “untuk tupoksinya yaitu, yang pertama adalah untuk memotivasi siswa untuk menghadapi dunia kerja, yang kedua adalah memberikan informasi tentang dunia kerja dan yang ketiga adalah membantu mencarikan pekerjaan siswa, itulah tupoksi dari BKK” AM02052016 Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa BKK SMK Negeri 1 Ngawi memiliki tupoksi sebagai berikut ini : a. Memotivasi siswa untuk menghadapi dunia kerja b. Memberikan informasi tentang dunia kerja c. Membantu mencarikan pekerjaan bagi siswa yang belum memperoleh pekerjaan Bursa Kerja Khusus SMK Negeri 1 Ngawi memiliki visi, misi dan tujuan agar kegiatan dan program yang dilaksanakan lebih terarah. Visi dari BKK SMK Negeri 1 Ngawi adalah menempatkan lulusan ke dunia kerja. Dari visi tersebut, maka dapat diuraikan dalam misi guna lebih kontekstual lagi dalam pelaksanaannya, maka misi dari BKK SMK Negeri 1 Ngawi antara lain sebagai berikut ini : a. Memberikan layanan informasi dunia kerja kepada siswa kelas XII b. Memberikan latihan tes kerja kepada siswa kelas XII 129 c. Mencari job Peluang Kerja untuk membantu alumni d. Meningkatkan komunikasi dengan alumni untuk pengembangan BKK SMK Negeri 1 Ngawi Tindak lanjut penempatan, penelusuran lulusan BKK SMK Negeri 1 Ngawi juga memiliki tujuan dalam pembentukkannya. Tujuan dari BKK SMK Negeri 1 Ngawi adalah ikut serta dalam menyiapkan putra bangsa Indonesia dalam mengisi dan membangun Indonesia melalui kerja nyata dalam mendekatkan kepentingan pengguna tenaga kerja yang terdidik dan terampil dibidangnya dan kepentingan siswa sebagai calon tenaga kejra yang tepat pada bidang keahliannya, khususnya siswa SMK Negeri 1 Ngawi dan siswa sekolah lain disekitar Regional Kabupaten Ngawi. Langkah strategis yang dilakukan oleh pihak BKK SMK Negeri 1 Ngawi dalam mencapai visi dan misi di atas antara lain sebagai berikut ini. a. Memotivasi kelas XII agar segera mencari pekerjaan setelah lulus. b. Membekali kartu pos untuk penelusuran lulusan agar segera dikembalikan setelah mendapatkan pekerjaan c. Melakukan pembekalan materi ketenagakerjaan kepada kelas XII d. Menyediakan papan penelusuran lulusan yang disertai dengan blangko identitas penelusuran lulusan dan foto pribadi. 130 e. Memiliki data kerjasama dengan industri f. Menjalin kerjasama dengan industri melalui pelayanan yang cepat dan ramah g. Melayani pendaftaran calon tenaga kerja baik saat ada lowongan kerja ataupun belum ada lowongan kerja h. Memfasilitasi industri dalam pelaksanaan seleksi calon karyawan di Sekolah i. Mendampingi calon tenaga kerja yang sudah terseleksi ke industri. j. Melakukan pendataan alumni yang sudah lulus k. Menginformasikan lowongan kerja kepada kelas XII dan alumni. Salah satu hal yang harus dimiliki dan penting oleh BKK SMK Negeri 1 Ngawi untuk menjaga eksistensinya sebagai lembaga yang menyalurkan lulusan langsung pada Dunia Usaha dan Dunia Industri, jaringan dan mitra dengan pihak dunia usaha. Hubungan yang dibangun dalam jaringan dan mitra luar sekolah ini dalam bentuk kerjasama dengan DUDI. Kerjasama dengan pihak luar sekolah yang dimaksud adalah kerjasama antar BKK, baik yang berada dinaungan SMK, SMA, maupun BKK swasta dalam wilayah Regional Kabupaten Ngawi, dan luar kabupaten Ngawi. Kerjasama ini dilaksanakan untuk memenuhi syarat minimal pengadaan Tes yang biasanya harus terpenuhi jumlah minimum pesertapencari kerja, sehingga dari pihak perusahaan terutama dari 131 Departemen HRD tidak kecewa dengan proses penyeleksian. Disamping melakukan kerjasama dengan antar BKK, maka yang harus dilaksanakan adalah kerjasama dengan pihak eksternal terutama pihak pengguna tenaga kerja, bisa dari perusahaan atau instansi pemerintah maupun non pemerintah swasta. Berdasarkan uraian di atas, maka keberadaan BKK merupakan salah satu strategis sekolah untuk meningkatkan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya. Peran BKK sebagai lembaga yang menyalurkan lulusannya dengan lapangan pekerjaanmya ini hendaknya perlu bekerja sama dengan pihak BK yang telah melakukan bimbingan dan konseling kepada siswa-siswa bagaimana minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa, sehingga untuk menyalurkannya sesuai dengan minat dan bakat serta sesuai dengan kompetensi keahlian siswa. BKK SMK Negeri 1 Ngawi merupakan lembaga yang memiliki jaringan dan mitra yang cukup baik. Jaringan dan mitra tersebut selalu dijaga dan bentuk kerjasamanya tercatat secara resmi dalam MoU dengan masing-masing DUDI sehingga dalam menyalurkan lulusan dengan DUDI dapat dipertanggungjawabkan. Sembari terus mengembangkan jaringan dan mitra baru, BKK SMK Negeri 1 Ngawi berusaha untuk selektif terhadap DUDI yang akan memulai untuk bekerja sama dengan BKK SMK Negeri 1 Ngawi. Keberadaan SMK Negeri 1 Ngawi tidak hanya melayani lulusan dari SMK Negeri 1 Ngawi saja, namun juga bekerjasama dengan beberapa BKK di SMK atau di Sekolah lainnya. 132 Walaupun akan selalu diutamakan untuk melayani lulusan SMK Negeri 1 Ngawi untuk disalurkan dengan lapangan pekerjaannya.

10. Teaching Factory

Terkait dengan keberadaan Teaching Factory SMK Negeri 1 Ngawi ini pertama kali disampaikan oleh ibu ME sebagai berikut : “Akhirnya kita memiliki Teaching Factory untuk menunjang kegiatan pembelajaran siswa, kalau punya TEI itu baru berjalan satu bulan, service, pengetikan, kalau foto copy kita itu bisa sebenarnya, Cuma kan karena posisinya didalam ya, jadi gak bisa sembarang orang luar masuk. Itu Teaching Factory yang punya TKJ itu juga sama itu, yang diluar itu, itu juga menerima pengetikan-pengetikan, seharusnya bisa dikembangkan dalam bentuk percetakan, kalau mau skala besar lho, namun, lagi-lagi permasalahan kita adalah terkait dengan luas lahan.” ME18042016 Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut terkai dengan keberadaan Teaching Factory SMK Negeri 1 Ngawi yang disampaikan di atas bahwa hal tersebut menunjang kegiatan pembelajaran siswa. Hal tersebut didukung oleh pernyataan bu SA bahwa : “Kalau Teaching Factory itu ya, Fotocopy, Percetakan, kalau yang ini menunjuk ke TF milik TKJ apa namanya, anu apa itu IT sepertinya, menjual dan memperbaiki flashdisk, dan anak juga ada yang prakerin disitu. Mendukung anak untuk mengembangkan keterampilan anak-anak, terus itu penjualan punya, selain punya Alfamart Class juga punya SKANSA Mart, seperti itu. Kalau AK sama AP itu ya di lab masing-masing, ehh ada Bank Mini juga ya, Bank Mini itu miliknya anak AK ya, kalau AP mana ya? Kalau AP itu cenderung ke fotocopy itu anak AP. jadi memang cenderung masing-masing jurusan punya semua ternyata. Kalau TEI sekarang punya itu yang menghadap ke barat itu, itu apa itu, nanti coba kamu lihat nanti. Nah disana 133 nanti ada pelayanan masyarakat, namanya Bengkel TEI disana nanti ada macam-macam disitu, jual apa menangani apa nanti ada disitu,” SA02052016 Ibu SA dalam wawancara tersebut menyampaikan bahwa keberadaan Teaching Factory tersebut mendukung anak untuk bisa mengembangkan keterampilan sesuai dengan program keahliannya masing-masing. Seperti yang telah dicontohkan di atas, bahwa masing- masing program keahlian memiliki Teaching Factory-nya masing- masing. Maka pengertian dari Teaching Factory disampaikan oleh ibu ME sebagai berikut ini : “kalau Teaching Factory itu sebenarnya mirip dengan prakerin mbak sebenarnya, hanya berada di lingkungan sekolah, waktunya malah lebih panjang. Sama kalau menurut saya, tapi ada hasilnya, ada uang nya kan?” ME13052016 Pernyataan yang mendukung terkait pengertian dari Teaching Factory juga dikemukakan oleh bapak AM sebagai berikut : “TF itu hanya berhubungan dengan pengumpulan unit produksi, jadi salah satu unit produksi, jadi kalau di SMK itu punya unit produksi, jadi TF2 yang ada itu juga termasuk Fotocopy itu, kemudian skansa mart, kemudian penjualan peralatan komputer itu, jadi TF itu merupakan salah satu unit produksi di SMK” AM31052016 Sedangkan ibu SA menyampaikan pengertian Teaching Factory sebagai berikut : “TF itu nak menurut saya itu kalau definisinya itu adalah bagian-bagian yang harus harus ada disekolah untuk praktik anak-anak. TF Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi itu ada Bank Mini itu untuk anak AK, ada skansa Mart untuk anak Penjualan, untuk anak AP itu apa ya ya didepan itu yang komputer- 134 komputer itu, hmm.. AP Itu TFnya apa y a mbak yang pas itu” SA06062016 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Teaching Factory merupakan suatu unit usaha yang berada didalam lingkup sekolah. Keberadaan Teaching Factory ini dapat mendukung dan menunjang kegiatan pembelajaran siswa. Teaching Factory dapat dijadikan tempat praktik bagi siswa SMK Negeri 1 Ngawi, sesuai dengan pendapat ibu ME yang menyampaikan bahwa Teaching Factory seperti prakerin yang berada di lingkungan sekolah. Seperti yang telah disampaikan oleh beberapa narasumber di atas, diketahui bahwa SMK Negeri 1 Ngawi memiliki Teaching Factory yang sesuai dengan program keahlian yang ada di SMK Negeri 1 Ngawi. Program keahlian Akuntansi AK memiliki Teaching Factory yang bergerak dalam bidang perbankan yang diberi nama Bank Mini “Berjuang” yang memberikan pelayanan tentang simpan-pinjam guru dan siswa, serta menerima pembayaran SPP dan pembayaran biaya lainnya yang berkaitan dengan operasional sekolah. Karena dalam penelitian ini peneliti melakukan pembatasan kajian konseptual pada program keahlian Akuntansi, maka dalam penelitian ini akan melakukan kajian secara lebih mendalam terkait dengan Bank Mini “Berjuang”sebagai Teaching Factory dari Program keahlian Akuntansi AK. 135 Berikut ini adalah stuktur organisasi dari Bank Mini “Berjuang” SMK Negeri 1 Ngawi. Gambar 8. Struktur Organisasi Bank Mini “Berjuang” SMK Negeri 1 Ngawi Sumber : Data Sekunder Dokumen profil Bank Mini “Berjuang” menyebutkan bahwa jenis pelayanan yang dilakukan oleh Bank Mini ini adalah terkait dengan Tabungan, Deposito, dan Pinjaman yang diberikan kepada para nasabah Bank Mini yaitu Guru, Karyawanwati dan Siswa SMK Negeri 1 Ngawi. Dalam pelaksanaan pelayanan tersebut Bank Mini “Berjuang” juga melibatkan siswa program keahlian Akuntansi sebagai petugas layanan harian Bank Mini tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh bapak MS, sebagai berikut ini : Pembina Pimpinan Petugas Inti Kasir Tabungan Kontrol Rek. Kredit Nasabah Bank Guru, Karyawanwati, Siswa 136 “sebetulnya dampaknya bank mini itu untuk tempat praktik anak- anak jurusan akuntansi, jadi setiap hari itu digilir, 2-3 anak ke Bank Mini, itu mungkin tugasnya itu nanti merekap data keuangan, yang ada hubungannya dengan materi akuntansi yang ada di kelas. Jadi bergantian, memasukan data, menghitung, membuat laporan itu memang untuk akuntansi itu memang di bank mini. Kalau untuk administrasi itu di Fotocopy itu, itu bedanya. Jadi memang walaupun dalam lingkup kecil itu ada untuk praktik, terus kalau pemasaran itu ada skansa mart itu ada. Kalau bank mini itu memang khusus untuk anak akuntansi memang, setiap hari itu gantian, 2-3 anak itu praktik disana, jadi dari materi dikelas, selain praktik dikelas, siswa juga praktik disana, tim nya juga sudah timnya akuntansi semua, mulai dari penanggung jawab, ketuanya itu dari akuntansi semua itu,” MS19052016 Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa keberadaan bank Mini di SMK Negeri 1 Ngawi secara khusus maupun Teaching Factory lainnya merupakan tempat praktik anak-anak dari masing-masing jurusan. Penyelenggaraan kegiatan Bank Mini sehari-hari melibatkan siswa-siswa dari Program keahlian Akuntansi sebanyak 2-3 anak untuk membantu pelaksanaan operasional hariannya. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan dari bapak AM sebagai berikut ini : “yang diharapkan ya, memenuhi kebutuhan siswa, memenuhi kebutuhan siswa tetap ada untungnya tapi ya gak banyak2 untungnya, kalau dibandingkan dengan yang diluar itu ya harganya dibawah umum, dibawah. Habis itu ada bank mIni itukan, juga bisa sebagai sarana untuk praktik juga untuk yang anak AK” AM31052016 Berdasarkan wawancara tersebut disampaikan bahwa Bank Mini juga bisa digunakan untuk praktik siswa dari program keahlian Akuntansi dalam pelaksanaan hariannya, atau dengan kata lain Bank Mini juga melibatkan siswanya dalam operasional harian yang dilakukan oleh Bank Mini SMK Negeri 1 Ngawi. Demikian pula yang disampaikan 137 oleh ibu SA terkait dengan pelaksanaan Bank Mini secara khusus maupun Teaching Factory secara umum sebagai berikut : “...Praktek satu hari, satu anak satu hari gitu lho, dalam jangka satu semester satu hari itu gimana gitu, melayani di toko situ, di skansa mart situ. Di bank mini juga ada kayak gitu, anak akuntansi yang tiap hari ada yang praktik juga. Apa ya kayak gitu namanya, coba nanti tanya sama bagian TF saja ya, yang lebih tahunya. Tapi yang jelas itu, anak-anak itu juga banyak memperoleh ilmu pengetahuan dari situ juga, jadi TF itu gunanya untuk anak- anak mencari ilmu juga disitu” SA26052016 Berdasarkan wawancara di atas juga diketahui bahwa adanya Teaching Factory secara umum, maupun Bank Mini secara khusus merupakan tempat praktik bagi siswa dan tiap harinya siswa dilibatkan secara langsung untuk membantu operasional pelayanan dimasing-masing unit Teaching Factory. Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas dapat menyimpulkan bahwa Teaching Factory merupakan tempat praktik bagi siswa sesuai dengan jurusannya masing-masing. Keterlibatan siswa dalam masing-masing Teaching Factory ini merupakan hal mendukung operasional layanan serta mampu melatih dan meningkatkan kompetensi siswa. Hal ini sesuai dengan lampiran yang ada di profil Bank Mini “Berjuang” SMK Negeri 1 Ngawi. Berdasarkan profil Bank Mini SMK Negeri 1 Ngawi juga diketahui bahwa petugas pelaksana harian adalah siswa yang berada di program keahlian Akuntansi yang duduk di kelas XI. Dalam pelaksanaannya siswa tersebut dibagi kedalam kelompok-kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 3 siswa, yang dibagi kedalam 138 beberapa tugas yaitu 1 siswa dibagian kasir, 1 siswa dibagian tabungan dan 1 orang dibagian kontrol rekening. Diperoleh dari profil Bank Mini SMK Negeri 1 Ngawi, diketahui bahwa tugas pokok di Bank Mini SMK Negeri 1 Ngawi terdiri dari 3 bagian, yaitu sebagai berikut : a. Kasir Petugas bagian kasir bertugas menerima dan mengeluarkan uang kemudian mencatat transaksi ke dalam buku Harian Kasir yang terdiri dari transaksi deposito, tabungan, angsuran kredit, penerimaan lain-lain, dan pengeluaran lain-lain. b. Tabungan Petugas bagian tabungan bertugas mencatat transaksi penyetoran maupun penarikan tabungan ke dalam buku harian tabungan. c. Kontrol Rekening Petugas bagian kontrol rekening bertugas mencatat transaksi penyetoran maupun penarikan tabungan ke dalam kartu tabungan Bank dan buku tabungan nasabah. Setiap akhir bulan petugas juga melakukan perhitungan bunga tabungan nasabah dan membantu membuat laporang keuangan dengan menghitung tabungan nasabah pada periode tertentu. Berdasarkan keterangan di atas maka diketahui bahwa layanan yang dilakukan di Bank Mini SMK Negeri 1 Ngawi merupakan transaksi yang sama dengan aktivitas di Bank secara umum. Hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya Bank Mini merupakan tepat praktik 139 yang relevan dengan kompetensi keahlian dari siswa Akuntansi. Sehingga siswa program keahlian Akuntansi dapat mempraktikan secara langsung teori yang diperoleh selama proses pembelajaran dalam lingkup sekolah sekaligus serta dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru yang dapat juga meningkatkan kompetensi siswa program keahlian Akuntansi.

11. Lembaga Sertifikasi Profesi LSP

Lembaga Sertifikasi Profesi atau biasa disingkat dengan LSP merupakan lembaga yang melayani siswa kelas XII SMK Negeri 1 Ngawi untuk bisa memperoleh sertifikat profesi sesuai dengan program keahlian masing-masing dan kompetensi yang telah dipilih oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari ibu ME berikut ini : “LSP itu lembaga yang berwenang untuk menguji kompetensi anak sesuai dengan jurusan, jadi nanti kita tidak perlu mengundang penguji dari luar untuk menguji, kalau dulu kan mengundang dari luar untuk menguji tapi kayaknya hampir semua sekolah punya kok mbak, kita yang di Ngawi itu punya semua, jadi kayak gitu nanti akan lebih praktis, akan terasa lebih nyaman kalau diuji oleh gurunya sendiri, tapi fear kok kebijakannya, guru yang menguji tidak boleh mengajar di kelas itu, jadinya itu fear kalau gitu. Jadi misalnya guru tersebut akan menguji kelas TEI 1, jadi ngajarnya di TEI 2, jadi nanti anak akan memiliki kewibawaan akhirnya.” ME13052016 Berdasarkan wawancara diketahui bahwa LSP atau Lembaga Sertifikasi Profesi merupakan lembaga yang berwenang untuk melakukan uji kompetensi siswa sesuai dengan kompetensi keahliannya. Hal tersebut oleh bapak AM sebagai berikut ini : 140 “kalau yang saya ketahui itu LSP itu yang Lembaga Sertifikasi Profesi, jadi itu nanti yang sesuai dengan jurusannya, jadi anak yang lulus akan diberikan keteranga bersertifikat, kebetulan yang sertifikat itu merupakan syarat untuk memperoleh pekerjaan, biasanya seperti itu biasanya, yang saya ketahui itu, jadi lembaga yang memberikan sertifikat yang menjadi nilai lebih dari siswa itu” AM31052016 Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa bahwa setelah nanti anak mengikuti tes, kemudian dinyatakan lulus maka anak akan memperoleh sertifikat profesi yang sesuai dengan program keahliannya yang akan menjadi nilai tambah untuk lulusan untuk bekerja nantinya. “setahu saya kalau misalnya waktu rapat begitu disinggung tentang LSP itu bahwa LSP itu merupakan lembaga yang nanti, kok lembaga ya, lembaga atau bagian ya, hmm, maksudnya gini, guru-guru itu nanti punya punya punya hak guru-guru itu nanti punya hak untuk menguji kemampuan anak-anak yang nanti kalau dia lulus anak itu nanti mendapatkan sertifikasi atau sertifikat yang kalau gak salah sertifikat itu nanti sifatnya kalau gak minimal nasional itu internasional. Maksudnya itu tinggal tinggal apa ya, saya sendiri juga gak begitu tahu grade LSP itu nanti seperti apa ya, tapi setahu saya ya, kedepan nanti dunia kerja yang anak nanti yang bisa memperoleh pekerjaan sesuai dengan kompetensinya kalau dia nanti memperoleh sertifikat LSP begitu. Intinya itu” SA06062016 Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa LSP merupakan lembaga yang melaksanakan uji kompetensi siswa dan gurulah yang menjadi asesornya. Siswa akan memperoleh sertifikat tingkat nasional yang akan mendukung siswa tersebut untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya jika siswa lulus dalam uji kompetensi ini. Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa LSP atau Lembaga Sertifikasi Profesi merupakan lembaga yang 141 berada dalam lingkup sekolah yang memberikan layanan kepada siswa terkait dengan uji kompetensi keahlian UKK bagi kelas XII pada akhir semester 6. Setelah pelaksanaan Uji Kompetensi Keahlian UKK ini siswa yang dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat profesi tingkat nasional yang nantinya bisa digunakan untuk mendukung siswa memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya. Berikut ini merupakan struktur organisasi dari Lembaga Sertifikasi Profesi LSP SMK Negeri 1 Ngawi. Gambar 9. Struktur Organisasi Lembaga Sertifikasi Profesi LSP SMK Negeri 1 Ngawi Sumber : Data Sekunder Lembaga Sertifikasi Profesi atau LSP memiliki visi “menjadi lembaga sertifikasi profesi terpercaya dalam melaksakan kegiatan sertifikasi kompetensi bidang bisnis dan manajemen bertekad akan selalu menguatamakan mutu secara konsisten untuk meningkatkan Dewan Pengarah Direktur LSP Komite Skema Manajer Administrasi Bendahara Manager Sertifikasi Manager Manajemen Mutu 142 kemampuan sumber daya manusia SDM dalam menjamin tenaga kerja secara nasional maupun internasional.Visi tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa misi sebagai berikut ini : a. Memberikan pelayanan sertifikasi kompetensi yang mengutamakan mutu dan kepuasan pelanggan serta menjamin bahwa proses sertifikasi dilaksanakan dengan jujur, cepat, tepat, akurat dan teliti. b. Mendorong tersedianya tenaga kerja yang kompeten, profesional, dan kompetitif di lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan SMK c. Mengembangkan standar kompetensi kerja sektor DUDI secara konsisten dan bekesinambungan sesuai dengan perkembangandan kebutuhan perusahaan d. Mengembangkan dan memelihara skema-skema sertifikasi di seluruh industri sesuai dengan ruang lingkup sertifikasi LSP SMK Negeri 1 Ngawi e. Menyediakan tenaga asesor kompetensi yang berkualifikasi dan bersertifikat pada setiap program keahlian di bidang Teknik Komputer Jaringan,Teknik Elektro Industri, Akuntansi, Administrasi Perkantoran, dan Pemasaran di area kerja di Perusahaan sesuai dengan ruang lingkup sertifikasi LSP SMK Negeri 1 Ngawi. Lembaga Sertifikasi Profesi atau LSP SMK Negeri 1 Ngawi memiliki tujuan sebagai berikut ini : 143 a. Mengembangkan sistem sertifikasi profesi yang terpercaya b. Meningkatkan rekognisi dan daya saing tenaga kerja Indonesia di dalam maupun di luar negeri. c. Membangun kerjasama saling pengakuan sertifikasi kompetensi secara nasional dan internasional. d. Memberikan bekal kesempatan kepada lulusan SMK untuk bisa berkompetensi dalam dunia kerja secara nasional dan internasional. e. Memberikan pelayanan uji kompetensi yang mengutamakan mutu dan kepuasan pelanggan peserta didik serta menjamin bahwa pekerjaan ujian dilaksanakan dengan kejujuran teknik, teliti, cepat dan akurat serta efisiensi. Berdasarkan data yang diperoleh dari sekretariat LSP di atas, dapat diketahui bahwa tujuan umum adanya LSP adalah utuk meningkatkan daya saing dan kompetensi siswa dalam menghadapi dunia kerja baik dalam skala nasional maupun internasional. Hal di atas sesuai dengan pertanyaaan beberapa narasumber terkait dengan tujuan atau harapan terbentuknya LSP disebutkan oleh bapak MS sebagai berikut ini. “jadi kalau siswa itu punya sertifikat itu nanti siswa lebih mudah untuk diterima menjadi karyawan disebuah perusahaan, ya harapannya nanti seperti itu. Lain dengan yang belum punya sertifikat LSP, karena mungkin di perusahaan2 atau di PT-PT yang besar-besar itu sudah ee tahu kalau anak itu punya sertifikat LSP itu sudah kita koordinasikan dengan pihak perusahaan” MS26052016 144 Pernyataan tersebut didukung dengan pendapat dari ibu SA sebagai berikut : “...grade LSP itu nanti seperti apa ya, tapi setahu saya ya, kedepan nanti dunia kerja yang anak nanti yang bisa memperoleh pekerjaan sesuai dengan kompetensinya kalau dia nanti memperoleh sertifikat LSP begitu. Intinya itu” SA06062016 Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa keberadaan LSP diharapkan mampu menunjang siswa atau lulusan SMK Negeri 1 Ngawi khususnya atau lulusan SMK pada umumnya untuk dapat bekerja sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Kemudian didukung pula oleh pernyataan dari bapak AM berikut ini. “Ya kalau di SMK Negeri 1 Ngawi baru dimulai tahun ini, baru beberapa bulan yang lalu secara resmi memiliki LSP, jadi itu Lembaga Sertifikasi Profesi, jadi itu sesuai dengan program keahlian siswa masing-masing, jadi itu nanti akan mempermudah dan mempercepat siswa dalam memperoleh pekerjaan.” AM02052016 Berdasarkan hasil beberapa wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa keberadaan Lembaga Sertifikasti Profesi SMK Negeri 1 Ngawi merupakan lembaga yang baru dirintis mulai tahun ini, dan diharapkan bahwa siswa akan memiliki sertifikat pendukung kompetensi keahlian yang telah mereka miliki guna mendukung siswa untuk memperoleh pekerjaan. Lembaga Sertifikasi Profesi LSP juga memiliki personil asesor kompetensi. Daftar asesor kompetensi Lembaga Sertifikasi Profesi LSP SMK Negeri 1 Ngawi sebagai berikut ini. 145 Tabel 9. Daftar Nama Asesor Kompetensi LSP SMK Negeri 1 Ngawi No Nama Asesor Ruang Lingkup 1 Drs. M. Fathoni, M.Pd Mail Handling 2 Asih Dwi Lestari, S.Pd Mail Handling 3 Retno Widowati, M.Pd Tenaga Pemasar Operasional Bidang Penjualan 4 Mukti Dian K, M.Pd Tenaga Pemasar Operasional Bidang Penjualan 5 Bambang Upoyono, SE Teknisi Akuntansi Junior 6 Drs. Zainal Arifin, M.M Teknisi Akuntansi Junior 7 Yudi Wahyudi, S.Kom Perekayasa Jaringan Lokal LAN Enginerring 8 Dany Setyawan, S.Kom Perekayasa Jaringan Lokal LAN Enginerring 9 M. Rakhmat Afandhi, S.T Inspektor Power Amplifier Electric Check Sumber : Data sekunder Berdasarkan daftar di atas, dapat diketahui bahwa Lembaga Sertifikasi Profesi LSP telah didukung oleh personil asesor kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dimiliki oleh SMK Negeri 1 Ngawi. Oleh karena itu, maka LSP merupakan lembaga yang dapat melaksanakan uji kompetensi secara maksimal sehingga harapan dibentuk LSP ini dapat terwujud secara maksimal. Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dokumen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan LSP ini dapat meningkatkan kompetensi siswa dan dapat membekali siswa untuk bisa bekerja sesuai dengan lapangan pekerjaannya. Lembaga Sertifikasi Profesi LSP merupakan salah satu program atau strategi sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan angka relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya. Terkait dengan dampak atau hasil dari program ini belum 146 dapat diketahui secara riil, karena lembaga ini baru terbentuk kurang dari satu 1 tahun.

12. Faktor Pendukung adanya Relevansi Lulusan dengan Dunia kerja.

Berdasarkan hasil analisis dokumen yang dilakukan di atas, kita memperoleh hasil bahwa lulusan SMK Negeri 1 Ngawi yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahlilan bisa dikatakan masih belum cukup baik, yaitu hanya berkisar 25 jika dibandingkan dengan siswa yang bekerja, dan sekitar 16 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan. Sekalipun angka tersebut bukanlah angka yang bersar, namun hal ini perlu juga diapresiasi bagaimana usaha sekolah untuk berusaha memfasilitasi siswanya guna memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya. Selama proses penelitian, baik dari hasil wawancara maupun analisis dokumen yang diperoleh, SMK Negeri 1 Ngawi memiliki beberapa faktor pendukung yang memungkinkan sekolah untuk bisa meningkatkan relevansi lulusan dengan dunia kerjanya, khususnya pada program keahlian Akuntansi. Faktor-faktor pendukung tersebut antara lain : 1 Sarana dan Prasarana yang Menunjang. Sebagai sekolah yang dulu pernah memperoleh predikat “Sekolah Bertaraf Internasional”, maka sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMK Negeri 1 Ngawi menjadi salah satu faktor pendukung 147 adanya relevansi lulusan dengan dunia kerja. Hal ini disampaikan oleh bapak MS sebagai berikut : “nah itu sarana dan prasarananya dibidang akuntansi itu ya komputer, itu sudah ada sekitar 40an, nah terus kalkulator ya dan peralatan praktik lainnya nah itu mungkin tiap anak sudah punya satu-satu, disediakan tapi setelah selesai dikembalikan. Dan setiap praktik itu satu anak itu satu komputer, malah untuk bidang MYOB itu sering praktikny daripada teorinya, kalau di Spreed sheet itu sama 50:50 antara teori dan praktik. Tapi kalau sudah kelas XI kelas XII itu lebih banyak praktiknya” MS19052016 Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa sarana dan prasarana di SMK Negeri 1 Ngawi secara umum dan program keahlian Akuntansi secara khusus telah cukup memadai untuk siswa mampu mengembangkan kompetensi keahliannya. Hal tersebut juga didukung oleh ibu SA sebagai berikut ini : “ya itu tadi adanya TF tadi, terus itu apa ya namanya kalau anak penjualan itu misalnya habis ujian semester itu terus disuruh menjual gitu, itu kan sebetulnya kan itu, tapi kalau anak teknik ya sekolah berusaha bahwa masih punya Laboratorium” SA26052016 Wawancara di atas menyebutkan bahwa adanya sarana dan prasaran yang menunjang siswa untuk praktik utamanya terkait Teaching Factory dan laboratorium jurusan dengan peralatan yang mendukung anak dalam pelajaran praktik sesuai dengan kompetensi keahlian masing-masing. Hal tersebut juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh ibu ME berikut ini “kebetulan sarana dan prasarananya menunjang ya mbak, ya, kita itu punya lab yang lengkap, labnya itu lengkap semua itu, hampir semua jurusan itu punya. Yang belum punya itu lab 148 bahasa indonesia, kalau hubungannya dengan sarana dan prasarana yang lengkap ya” ME25052016 Berdasarkan pernyataan dari ketiga narasumber di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di SMK Negeri 1 Ngawi dapat dikatakan lengkap dan dapat menunjang relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan jika melihat pada kelengkapan sarana dan prasarana berupa laboratorium dan peralatan penunjang laborarotium kejuruan sesuai dengan program keahliannya masing- masing. Misalnya untuk program keahlian Akuntansi, sudah memiliki laboratorium yang digunakan oleh siswanya untuk mempelajari dan mengembangkan kemampuan produktif siswa, baik untuk teorinya maupun praktik secara langsung, baik itu secara manual maupun secara komputerisasi. Untuk praktik komputer Akuntansi, siswa telah difasilitasi masing-masing anak satu komputer, sehingga mereka bisa langsung mempraktikan teori yang telah diperoleh sebelumnya. Secara khusus dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh program keahlian Akuntansi secara khusus maupun SMK Negeri 1 Ngawi secara umum dapat mendukung siswa untuk bisa bekerja sesuai dengan kompetensinya masing-masing. 2 Kualitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan Selain sarana dan prasarana yang dimiliki menunjang, maka kualitas guru yang dimiliki, khususnya guru masing-masing program 149 keahlian yang ada di SMK Negeri 1 Ngawi menjadi salah satu faktor yang menentukan apakah lulusan SMK Negeri 1 Ngawi relevan atau tidak dengan lapangan pekerjaan yang dimiliki. Terkait dengan kualitas guru SMK Negeri 1 Ngawi disampaikan oleh bapak MS sebagai berikut ini : “kalau dijurusan akuntansi itu, sejumlah 7 guru itu alhamdulillah semuanya sudah tersertifikasi sesuai dengan bidangnya yaitu akuntansi, jadi sudah menguasai dengan baik sesuai bidangnya akuntansi. Jadi 7 itu semuanya sudah memiliki sertifikat sertifikasi akuntansi, jadi memang sudah baik, khususnya untuk program akuntansi, jadi seandainya e apa itu mengajar ya, sudah mampu dengan jurusannya, nah lain dengan di luar itu kok mengajar program akuntansi kan lain” MS19052016 Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa kualitas guru di program keahlian Akuntansi itu baik, hal ini terbukti dengan seluruh guru yang mengajar di program keahlaian Akuntansi telah tersertifikasi sesuai dengan bidangnya dan mampu menyampaikan materi kepada siswanya secara profesional dan maksimal. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu ME sebagai berikut ini : “wah kalau guru itu, kayaknya yang muda-muda ini kuliah S2, gurunya linear, jadi yang mendukung itu, namun untuk jurusan TEI itu yang masih belum punya guru pengajar yang tetap, statusnya masih GTT semua, tetapi tetap linear dengan bidangnya..” ME25052016 Ibu ME dalam wawancara tersebut menyampaikan bahwa beberapa guru di SMK Negeri 1 Ngawi juga melanjutkan S2 guna meningkatkan kualitas diri mereka, dan sekalipun guru tersebut 150 berstatus guru tidak tetap GTT tetapi guru tersebut tetap mengajar sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimiliki. Hal tersebut juga didukung oleh ibu SA sebagai berikut ini : “nah iya, sekolah Bertaraf Internasional itu dituntut gurunya harus S2 itu sebanyak 20lah. 20 guru harus S2, nah itu guru-guru juga mau untuk kuliah s2 dan sekarang itu jumlahnya sudah lebih dari 20,itu itu diantaranya itu usahanya ya seperti itu” SA06062016 Berdasarkan pernyataan dari wawancara di atas, diketahui bahwa jumlah guru yang memiliki pendidikan terakhir Master S2 sudah lebih dari 20 dari jumlah guru secara keseluruhan. Dari beberapa hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas guru SMK Negeri 1 Ngawi secara umum, maupun guru yang mengajar di program keahlian Akuntansi pada khususnya telah memiliki kualitas yang baik. Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa guru SMK Negeri 1 Ngawi secara umum maupun secara khusus program keahlian akuntansi telah memiliki guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas tentu saja akan menunjang pembelajaran yang berkualitas dan dapat menunjang siswa dan lulusan yang berkualitas pula, utamanya pada pembelajaran produktif. Lulusan yang berkualitas akan memudahkan dirinya untuk bisa bekerja sesuai dengan program keahliannya. Oleh karena itu, kualitas guru yang baik akan menjadi faktor pendukung tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dengan lapangan pekerjaannya. 151 3 Adanya Jaringan dan Mitra Jaringan dan Mitra serta kerjasama yang terikat dengan MoU merupakan salah satu faktor pendukung bagaimana sekolah tersebut bisa meningkatkan relevansi lulusan dengan lapangan kerja yang baik. Jaringan dan mitra ini dapat dibangun oleh pihak-pihak yang berada di lingkungan sekolah. Jaringan dan mitra yang berkaitan dengan dunia kerja itu dibangun oleh pihak masing-masing program keahlian maupun oleh pihak BKK SMK Negeri 1 Ngawi serta ada juga jaringan yang diperoleh melalui keaktifan siswa. Pertama untuk jaringan yang dimiliki oleh pihak jurusan, khususnya pihak program keahlian Akuntansi memiliki jaringan dengan DUDI terkait dengan pelaksanaan prakerin. pada pelaksanaan prakerin jurusan akutansi maupun jurusan lainnya akan memiliki jaringan dengan pihak DUDI yang relevan dengan kompetensi keahlian yang dimiliki oleh anak didiknya. Seperti yang telah dibahas dalam subbab Prakerin, diketahui bahwa setidaknya hampir 80 persen mitra yang ditempati untuk prakerin itu relevan secara kelembagaan dengan kompetensi keahlian yang dimiliki oleh peserta didik. Pihak BKK SMK Negeri 1 Ngawi setidaknya tercatat terdapat 18 DUDI yang menjalin kerjasama dengan pihak Bursa Kerja Khusus, dan setidaknya terdapat 80 DUDI daftar Mitra terlampir lain yang menjalin kerjasama namun belum tercatat dalam daftar mitra di BKK. Dari banyaknya DUDIPerusahan yang bekerja sama tersebut 152 mayoritas merupakan perusahaan yang kurang atau bahkan tidak relevan dengan program keahlian yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi. Dengan adanya mitra dan jaringan yang baik, maka dapat meningkatkan tingkat relevansi lulusan dengan dunia kerja. 4 Adanya BKK Bursa Kerja Khusus Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa pihak Bursa Kerja Khusus BKK memiliki peran yang penting dalam menentukan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan yang dimilikinya. BKK merupakan pihak yang menyalurkan siswa yang lulus dari SMK Negeri 1 Ngawi dengan dunia kerjanya. Maka BKK SMK Negeri 1 Ngawi telah menjalin kerja sama dan melegalkan kelembagaan dengan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Ngawi. Sehingga keberadaan BKK SMK Negeri 1 Ngawi merupakan salah satu faktor pendukung adanya relevansi lulusan dengan dunia kerjanya jika BKK dapat berperan secara optimal. Keberadaan BKK ini pula yang menjadi salah satu faktor banyak peminat masyarakat umum untuk mengeyam pendidikan di Sekolah ini. Berdasarkan segi kelembagaan, BKK SMK Negeri 1 Ngawi merupakan lembaga yang strategis untuk bisa mengarahkan siswanya bekerja sesuai dengan kompetensi yang telah dimiliki. 153 5 Keaktifan siswalulusan untuk mencari pekerjaan secara Mandiri Keaktifan siswa lulusan dalam mencari pekerjaan secara mandiri menjadi faktor pendukung yang selanjutnya. Bapak AM menyampaikan bahwa : “kadang-kadang memang ada yang sudah sesuai, misalnya yang jurusan akuntansi ada yang sudah bekerja di BRI atau di BPD, nah itu memang sudah sesuai, cocok sekali. Kalau biasanya yang seperti itu, siswa nya yang aktif dan memang siswanya itu pinter, siswa pandai itu mencari lowongan sendiri. Saya yakin pinter, Seperti itu biasanya.” AM02052016 Berdasarkan wawancara tersebut, diketahui bahwa keaktifan siswa untuk mencari lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki inilah yang menjadikan tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi bisa mencapai angka tersebut. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari bapak MS sebagai berikut ini “iya dari anak sendiri yang mencari kerja itu sendiri, kalau dari pihak sekolah itu yang jelas sudah mengarahkan seperti itu, paling tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki itu, skillnya itu” MS26052016 Berdasarkan wawancara tersebut diketahui memang keaktifan anak untuk bisa mencari pekerjaannya sendiri itu memang dibutuhkan, karena pihak sekolah telah membekali dengan arahan-arahan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki siswa. Hal yang serupa disampaikan pula oleh ibu ME sebagai berikut ini : “namun gini mbak, mungkin karena yang masuk sini itu memang sudah anak-anak pilihan ya mbak, jadi mau bekerja apaapun itu sudah bagus,apalagi kalau waktu PSG begitu ya, 154 saya itu ada anak yang PSG di warnet saya itu anak TKJ, karena pinter ya langsung saya rekrut itu, jadi beberapa DUDI itu memang ada mengatakan kalau anak SMK Negeri 1 Ngawi itu yang PSG disana itu menunjukkan kinerja yang bagus mbak, iya. Berbeda dengan sekolah yang lain” ME25052016 Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa keaktifan siswa dalam menjalin relasi ketika Prakerin juga bisa menjadi pendukung siswa tersebut dapat bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimiliki. Berdasarkan hasil beberapa wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa juga menjadi faktor penentu apakah siswa tersebut dapat bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya atau tidak. Keaktifan siswa ini juga telah dilatih ketika mengikuti proses pembelajaran di Sekolah, baik dari segi etos kerja, etos belajar, dan berjiwa kompetitif.

13. Faktor Penghambat adanya Relevansi Lulusan dengan Dunia

kerja. Seperti yang telah diketahui, bahwa tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi masih dikatakan belum cukup baik, yaitu secara umum berada pada angka 25 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, serta hanya 19 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan pada hasil analisis data tahun 2011-2015. Dengan demikian, tentu saja pihak sekolah menghadapi beberapa hambatan yang membuat tingkat relevansi dari lulusan dengan dunia kerja bisa 155 dikatakan belum cukup baik. Berikut ini merupakan beberapa faktor penghambat relevansi lulusan dengan dunia kerja, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan. 1 Kurang Optimalnya pelaksanaan Kunjungan Industri Seperti yang telah dibahas dalam subbab Kunjungan Industri di atas, maka diketahui bahwa pelaksanaan Kunjungan Industri SMK Negeri 1 Ngawi kurang terlaksana secara optimal. Diakui oleh beberapa narasumber bahwa pelaksanaan Kunjugan Industri beberapa waktu lalu tidak sesuai dengan harapan dari pihak pelaksana Kunjungan Industri. Perbedaan persepsi antara pihak sekolah dengan pihak industri ini tentu saja mengakibatkan kurang tercapainya tujuan dari pelaksanaan Kunjungan Industri tersebut. Dalam penyelenggaraan KI tersebut diharapkan masing-masing jurusan dapat memperoleh pembelajaran terkait kompetensinya masing-masing, misalnya untuk program keahlian Administrasi Perkantoran maka dapat melihat terkait bagaimana pengadministrasian pabrik tersebut, untuk jurusan AK misalnya, diharapkan dapat mempelajari terkait dengan keuangan perusahaan tersebut, dan lain sebagainya. Namun implementansinya berbeda dengan harapan yang telah disampaikan di atas, seperti yang disampaikan oleh ibu ME sebagai berikut ini : “...Tapi kalau kunjungan industri itu melihat secara langsung riil pekerjaan yang ada di perusahaan tertentu, jadi ya hanya menyaksikan saja, mengamati, tapi memang demikian harusnya dari masing-masing jurusan itu, namun, karena ini adalah program sekolah, jadi kunjungan industri itu dijadikan satu tempatnya, nanti yang TEI misalnya, nanti 156 pembimbingnya yang mengarahkan ke TEI, pembimbingnya itu nanti dari pabriknya, saya kira begitu, ternyata enggak, karena situasi, disana itu dijadikan satu jebret, jadi anak itu kunjungan itu malah bingung, gak efektif kan akhirnya. Nah mungkin ke depannya perlu diteliti lagi apakah dimungkinkan untuk berangkat dari masing-masing jurusan saja, misalnya dari akuntansi gitu nanti ke Pabrik apa, bagian apa, kalau kayak gitu mungkin akan lebih efektif mbak. Nah memang ya pabrik yang kemarin itu besar, tapi anak jadi tidak bisa belajar sesuai dengan yang diharapkan, tidak bisa menjadi pengamat yang baik, nah saya pas sambutan juga gak enak mbak, sudah saya sampaikan juga, bahwa sekolah saya sebenarnya itu mengharapakan yang begini-begini begini, tapi karena situasi yang kita juga akhirnya ya udah, gak apa- apa wis monggo...” ME25052016 Berdasarkan wawancara tersebut diketahui dalam pelaksanaan Kunjungan Industri beberapa waktu lalu belum sesuai dengan harapan dan tidak sesuai dengan idealnya pelaksanaan kunjungan Industri yaitu sesuai dengan program keahlian masing-masing. Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan dari bapak MS sebagai berikut : “...di tempat itu tidak semua dibidangnya itu bisa dilihat, mungkin ada beberapa yang dirahasiakan oleh perusahaan seperti itu, mungkin kan paling tidak tahu lah, tapi ternyata dari pihak sana itu memang dirahasiakan dan tidak boleh. Misalnya dari jurusan akuntansi dibidang pembukuannya sana itu ndak boleh dilihat, jadi Cuma melihat proses produksinya, mulai dari mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, prosesnya sejak awal.” MS26052016 Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa adanya hal yang tidak bisa dilihat, sekalipun itu bidang yang sesuai dengan kompetensi anak tersebut. Diketahui bahwa pelaksanaan kunjungan industri pada bulan Mei 2016 tersebut siswa langsung dikumpulkan dalam kelompok yang 157 besar dalam satu ruangan dan diberikan materi-materi yang terkait dengan profil dan kondisi pabrik tersebut. Hal tersebut tidak sesuai dengan harapan sekolah, yaitu siswa akan dibagikan dalam beberapa kelompok sesuai dengan program keahlian masing-masing dan diarahkan pada kegiatan yang sesuai dengan kompetensi masing- masing jurusan. Misalnya untuk program keahlian administrasi perkantoran AP diarahkan pada kegiatan administrasi dan kearsipan dokumen, program keahlian Akuntansi AK diarahkan pada kegiatan financial dalam kegiatan produksi dan demikian juga dengan program keahlian lainnya. Sehingga dapat diketahui bahwa pelaksanaan kunjungan industri di SMK Negeri 1 Ngawi belum berjalan sesuai dengan harapan. 2 Terbatasnya Lapangan Pekerjaan dan banyaknya pesaing. Lapangan pekerjaan yang tersedia, nampaknya belum cukup untuk menampung lulusan Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Sehingga banyaknya lulusan yang memilih untuk bekerja pada perusahaan- perusahaan yang bersedia merekrut mereka sebagai karyawan, karena memang lulusan dari SMK dipersiapkan untuk langsung bekerja pasca lulus. Mereka lulusan tidak lagi memperhatikan apakah pekerjaan mereka sesuai atau tidak dengan kompetensi keahlian yang telah mereka pelajari selama mengikuti proses belajar 158 mengajar di SMK Negeri 1 Ngawi. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh bapak AM berikut ini : “ya itu tadi, karena keterbatasan daripada lapangan pekerjaan, jadi tidak sesuai dengan lapangan pekerjaan yang tersedia dengan tenaga yang dihasilkan, persaingan banyak sekali, sehingga si lulusan ini akhirnya bekerja dimanapun, dan ditempatkan dimanapun itu mau, dan yang lebih parah lagi itu nanti ditempatkan dimana-mana mau, dan dengan gaji yang berapapun mau. Nah itu yang lebih parah lagi itu.” AM02052016 Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa keterbatasan lapangan pekerjaan serta banyaknya pesaing menjadi faktor penghambat lulusan SMK dapat bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimiliki. Demikian pula yang disampaikan oleh Ibu SA sebagai berikut : “hambatan memang ya kalau saya lihat sih, secara umum, perusahaan itu bisa menerima sesuai dengan keahliannya kebanyakan D3, kalau lulusan SLTA itu rata-rata ya jadi operator produksi ee apa ya, tempat tempat itu terbataslah, kalau resepsionis kalau masih ketemu anak SMK cantik ya masih bisa masuk... ya itulah kendalanya itu tadi, rasanya DUDI menghargai kalau sudah D3, dan memang sedikit sekali kesempatan yang diberikan kepada SLTA untuk sesuai dengan jurusannya.” SA02052016 Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa yang menjadi faktor penghambat tingkat relevansi lulusan SMK dengan lapangan pekerjaannya adalah adanya keterbatasan lapangan pekerjaan dan juga banyaknya persaingan, utamanya dengan lulusan D3 dan S1. Hal yang serupa juga disampaikan oleh bapak MS sebagai berikut ini : 159 “iya memang terbatas lapangan pekerjaan sekarang ini, karena ya setiap tahun banyak yang lulus, banyak yang kerja. Maunya juga yang sesuai dengan keahliannya kalau bekerja kan ya sulit kalau pengennya seperti itu” MS19052016 Berdasarkan hasil beberapa wawancara di atas, diketahui bahwa faktor penghambat tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya berkisar pada permasalahan terbatasnya lapangan pekerjaan dan banyaknya pesaing dari lulusan D3 mapun S1. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang ada ini, tentu saja menjadi faktor penghambat bukan hanya di SMK Negeri 1 Ngawi saja, namun ini merupakan permasalahan yang dirasakan hampir seluruh Sekolah Menengah Kejuruan SMK secara umum. Beberapa dunia usaha dan dunia industri saat ini lebih selektif dalam memilih karyawan yang akan direkrut, utamanya untuk menduduki posisi penting dalam perusahaan tersebut. Beberapa dari perusahaan tersebut telah menetapkan bahwa pendidikan minimal yang harus dimiliki calon pegawai mereka misalnya Diploma D3 atau Sarjana S1. Tentu saja jika ditemukan dengan kondisi tersebut, maka siswa lulusan SMK akan kalah dalam persaingan tersebut. Sehingga untuk mendapatkan posisi-posisi yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah mereka miliki selama mengikuti pembelajaran di SMK Negeri 1 Ngawi. Misalnya : untuk posisi bendahara perusahaan, bagian pembukuan dan lain sebagainya, pemilik usaha akan mencari kualifikasi pendidikan tertinggi dari seluruh pelamarnya, sehingga 160 lulusan SMK Jurusan Akuntansi akan kalah bersaing dengan mereka. Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan ini, siswa SMK Negeri 1 Ngawi telah dipersiapkan untuk memiliki jiwa kompetitif yang tinggi, sehingga beberapa diantara lulusan bisa menemukan lapangan pekerjaan yang mereka minati sendiri tanpa melalui atau meminta bantuan dari pihak BKK. Misalnya : beberapa lulusan dari program keahlian Akuntansi mencari pekerjaan pada Bank atau Koperasi simpan pinjam melalui jaringan yang dimiliki oleh siswa sendiri. Dengan demikian, keaktifan siswa atau lulusan dalam memiliki jaringan atau mitra juga menjadi faktor pendukung sekolah untuk meningkatkan tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan yang dimiliki. Terkait dengan permasalahan daya saing dengan lulusan S1 maupun D3 sekolah memiliki beberapa alternatif penyelesaian masalah, antara lain sebagai berikut ini. a Adanya pendampingan siswa yang hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, baik dengan berbagai jalur di perguruan tinggi di Indonesia, baik yang Negeri maupun yang swasta. b Terdapat Lembaga Sertifikasi Profesi yang menjadi dokumen pendukung Ijazah lulusan, yang berisi bahwa siswa telah memiliki sertifikasi profesi sesuai dengan Kompetensi keahlian 161 masing-masing. Hal ini tentu saja akan mendukung lulusan untuk dapat meningkatkan daya siang mereka dengan lulusan D3 maupun lulusan S1.

B. Pembahasan

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI BERSTANDAR NASIONAL DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGARI 1 KUDUS

0 3 121

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN KEBUTUHAN DUNIA Relevansi Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Dengan Kebutuhan Dunia Usaha Dan Insdustri.

0 3 15

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN KEBUTUHAN DUNIA Relevansi Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Dengan Kebutuhan Dunia Usaha Dan Insdustri.

0 2 12

RELEVANSI PROGRAM SMK DENGAN KEBUTUHAN DUNIA KERJA : Studi Tentang Relevansi Program Keahlian SMK Dengan Kebutuhan Dunia Kerja Khususnya Melalui Kajian Program Prakerin SMK di Kota Bandung.

2 8 58

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SWASTA (SMK) SE-KOTA SEMARANG.

1 3 213

ANALISIS MANAJEMEN KERJASAMA ANTARA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGANDUNIA USAHA/DUNIA INDUSTRI (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA PROGRAM KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN).

0 0 18

STUDI TENTANG KESIAPAN SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DALAM BERKOMPETISI DI DUNIA KERJA ( Studi Kasus di SMK Bhinneka Karya Surakarta Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Tahun Pelajaran 2010/2011 ).

0 0 18

IDENTIFIKASI SPEKTRUM PASAR KERJA SEBAGAI RUJUKAN DALAM PENETAPAN PROGRAM KEAHLIAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) 0

0 0 10

Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan SMK

0 0 17

Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Guru Di Sekolah Menengah Kejuruan (Smk)Negeri 1 Sibolga

0 0 11