Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

161 masing-masing. Hal ini tentu saja akan mendukung lulusan untuk dapat meningkatkan daya siang mereka dengan lulusan D3 maupun lulusan S1.

B. Pembahasan

1. Daya Serap dan Relevansi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan

Program Keahlian Akuntansi dengan Dunia Kerja di SMK Negeri 1 Ngawi. Daya serap, dalam penelitian ini, merupakan kemampuan lulusan untuk dapat diterima dalam masyarakat secara umum, dan secara khususnya dengan lapangan pekerjaan. Dalam penelitian ini, daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dilihat dari aspek masa tunggu penempatan, dengan melihat analisis masa tunggu BKK SMK Negeri 1 Ngawi tahun 2014, dan melihat jumlah lulusan Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi dari tahun 2011-2015. Dilihat dari aspek masa tunggu maka diperoleh data Secara umum, lebih dari 60 lulusan SMK Negeri 1 Ngawi yang bekerja memiliki rata-rata masa tunggu dari 0-2 bulan, sehingga dapat dikategorikan bahwa daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dikatakan cukup tinggi dari kategori masa tunggunya. Daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi program keahlian Akuntansi dapat dilihat dari tabel dibawah ini. 162 Tabel 10. Daya serap lulusan program keahlian Akuntansi tahun 2011- 2015 TAHUN Jumlah sisiwa Bekerja prosentase 2011 72 56 77,78 2012 72 56 77,78 2013 68 52 76,47 2014 70 40 57,14 2015 63 38 60,31 JUMLAH 345 242 69,89 Sumber : Data sekunder Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa daya serap lulusan program keahlian akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi cukup tinggi, yaitu berada pada angka 70,14 dari jumlah lulusannya selama 5 tahun dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan, atau dapat diketahui rata- rata daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi, program keahlian Akuntansi berada pada angka 69,90 tiap tahunnya. Hasil ini menunjukkan bahwa lulusan SMK Negeri 1 Ngawi khususnya program keahlian Akuntansi memiliki daya serap yang baik dalam memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi, khususnya program keahlian Akuntansi, cukup tinggi yaitu setiap tahunnya terdapat setidaknya 69,90 dari jumlah lulusan program keahlian akuntansi yang memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan. Dari aspek masa tunggu penempatan, penempatan lulusan SMK Negeri 1 Ngawi berada pada rata-rata 0-4 bulan masa tunggu. Pada masa tersebut, setidaknya 78 lulusan sudah memperoleh penempatan pada tahun 2014. 163 Relevansi merupakan kesesuaian. Dalam penelitian ini pengertian relevansi pendidikan merupakan suatu keterkaitan antara kompetensi, keahlian dan pengetahuan yang telah diperoleh dan dimiliki oleh lulusan dari suatu instansi pendidikan, Sekolah Menengah Kejuruan SMK, dengan lapangan pekerjaan yang diperoleh. Setelah melakukan penelitian pada data yang telah diperoleh dari BK SMK Negeri 1 Ngawi maka berikut ini merupakan prosentase rata-rata tingkat relevansi masing-masing program keahlian yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 11. tingkat relevansi rata-rata program keahlian akuntansi dibandingkan dengan program keahlian lain di SMK Negeri 1 Ngawi Prog. Keahlian Rata-rata Lulusan Seluruh Lulusan Bekerja TEI 11 16,88 31,82 TKJ 12 17,92 31,96 AP 7 10,25 18,20 AK 13 19,19 27,12 PM 12 18,30 25,69 Sumber : Data Sekunder Penelitian. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa program keahlian yang memiliki tingkat relevansi yang paling tinggi di SMK Negeri 1 Ngawi adalah program keahlian Teknik Komputer Jaringan TKJ sebesar 31,96 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja. Namun jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan, maka Program Keahlian Akuntansi AK memiliki tingkat relevansi lulusan dengan dunia kerja yang tertinggi, yaitu sejumlah 19,19. Sedangkan program keahlian 164 Administrasi Perkantoran AP memiliki tingkat relevansi terendah baik jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, yaitu 18,20, maupun dengan jumlah lulusan secara menyeluruh, yaitu 10,25. Berdasarkan hasil analisis dokumen dan hasil wawancara, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat relevansi lulusan SMK, khususnya SMK Negeri 1 Ngawi itu masih bisa dikatakan belum cukup baik. Tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi yang bekerja sesuai dengan jurusannya secara umum dapat dikatakan belum cukup baik, yaitu berada pada angka 25,98 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, dan 16,24 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan. Angka ini hanya menunjukkan hanya seperempat ¼ dari jumlah lulusan yang bekerja yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki. Banyaknya lulusan Program keahlian Akuntansi memilih untuk bekerja sekalipun tidak sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimilikinya, kemudian disusul banyak lulusan yang memilih untuk melanjutkan studinya pada jenjang pendidikan tinggi sesuai dengan prodi pilihan masing-masing. Kemudian lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya merupakan kategori dengan jumlah terbanyak ketiga, dan setidaknya dari 5 tahun di atas, terdapat 6 wirausahawan baru yang membuka usaha dan kemungkinan dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi orang lain. Proporsi pemetaan lulusan program keahlian Akuntansi dapat dilihat pada diagram pie dibawah ini. 165 Sumber : Data Sekunder Penelitian Gambar 10. Diagram pemetaan lulusan program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi Melihat rata-rata data dari tahun 2011-2015 di atas, maka diketahui rata-rata 13 lulusan atau 19,03 dari lulusan program keahlian akuntansi yang bekerja relevan jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan. Kemudian rata-rata sebanyak 32 lulusan atau 45,84 bekerja tidak sesuai dengan kompetensi keahliannya, rata-rata sebanyak 3 lulusan atau dalam angka 4,90 bekerja namun tidak diketahui dimana tempat dan posisi bekerjanya, kemudian rata-rata lulusan yang melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi sebanyak 19 lulusan atau 26,81, lulusan yang membuka usaha sebanyak 1 lulusan atau 1,73, lulusan yang meninggal dan mondok sebanyak kurang lebih 1 lulusan atau 0,72 dari jumlah lulusan keseluruhan, serta terdapat kurang lebih 1 lulusan atua 0,96 lulusan yang tidak memberikan kabar kepada pihak sekolah terkait 19 46 5 27 2 1 BEKERJA RELEVAN BEKERJA TIDAK RELEVAN BEKERJA TIDAK JELAS KULIAH KURSUS WIRAUSAHA LAIN-LAIN TIDAK TERDETEKSI 166 posisinya sekarang, apakah bekerja ataukah melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi pada setiap tahunnya. Terkait dengan pemetaan lulusan Akuntansi dengan lapangan pekerjaannya dapa digambarkan dalam diagram baris berikut ini. Gambar 11. Diagram baris pemetaan lulusan program keahlian akuntansi dengan lapangan pekerjaan Berdasarkan uraian di atas, maka diketahui bahwa angka rata-rata lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi lulusannya sejumlah 13 lulusan, sedangkan rata-rata lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan kompetensinya sejumlah 32 orang, dan lulusan yang bekerja namun tidak diketahui secara jelas dimana dan pada posisi apa rata-rata 3 orang setiap tahunnya. Data tersebut dapat digambarkan dalam diagaram pie sebagai berikut ini. 10 20 30 40 50 2011 2012 2013 2014 2015 BEKERJA RELEVAN BEKERJA TIDAK RELEVAN BEKERJA TIDAK JELAS 167 Gambar 12. Diagram pie rata-rata lulusan Program Keahlian Akuntansi dengan lapangan pekerjaan tahun 2011-2015 Berdasarkan diagram pie di atas, maka diketahui bahwa terdapat rata-rata 27,12 dari jumlah lulusan yang bekerja dari program keahlian Akuntansi yang memiliki pekerjaan sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah mereka miliki atau angka ini setara dengan 19,19 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa program keahlian Akuntansi berada sedikit di atas rata-rata prosentase tingkat relevansi lulusan secara menyeluruh di SMK Negeri 1 Ngawi, yaitu senilai 25,98 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, atau 16,24 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan SMK Negeri 1 Ngawi secara menyeluruh. Berdasarkan uraian data pada subbagian sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa lulusan program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi memiliki rata-rata 13 lulusan atau 27,12 dari jumlah lulusan yang bekerja memiliki pekerjaan sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah 27 66 7 BEKERJA RELEVAN BEKERJA TIDAK RELEVAN BEKERJA TIDAK JELAS 168 mereka miliki atau angka ini setara dengan 19,19 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa program keahlian Akuntansi berada sedikit di atas rata-rata prosentase tingkat relevansi lulusan secara menyeluruh di SMK Negeri 1 Ngawi, yaitu senilai 25,98 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, atau 16,24 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan SMK Negeri 1 Ngawi secara menyeluruh. Tingkat relevansi program keahlian Akuntansi bisa dikatakan belum cukup baik jika dilihat secara umum, karena baru mencapai angka 27,12 atau baru ¼ lebih lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya, hal ini jika dibandingkan dengan banyaknya jumlah lulusan yang bekerja. Namun, jika dibandingkan dengan banyaknya lulusan secara keseluruhan maka program keahlian Akuntansi berada pada angka 19,19, atau kurang dari 15 lulusan yang memiliki pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya. Tingkat relevansi program keahlian Akuntansi AK jika dilihat pada lingkup sekolah, yaitu dengan membandingkan dengan program keahlian lain maka posisi program keahlian ini menduduki peringkat ketiga, yaitu sebanyak 27,12. Dan jika dibandingkan dengan jumlah lulusan keseluruhan, maka tingkat relevansi Program keahlian akuntansi dengan dunia kerja merupakan program keahlian yang tertinggi, walaupun hanya mencapai angka 19,19. 169 Berdasarkan data di atas, maka sekolah telah memenuhi salah satu standart pelayanan minimal SPM Sekolah Menengah Kejuruan SMK yang diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 129aU200 14 pasal 4 ayat 2 point i yang berbunyi “20 persen dari lulusan SMK diterima di dunia kerja sesuai dengan keahlinya” karena tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngaiw program keahlian Akuntansi berada pada angka 27,12

2. Strategi Sekolah untuk Menjaga dan Meningkatkan tingkat Relevansi

Lulusan dengan Dunia Kerja di SMK Negeri 1 Ngawi Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu. Pengertian kebijakan dalam ranah mikro merupakan keseluruhan proses mulai dari perumusan hingga evaluasi suatu strategi atau program-program yang terdapat di suatu instansi pendidikan, misalnya sekolah. Penelitian ini lebih berfokus pada tahapan implementasi dari program-program atau strategi-strategi yang dimiliki oleh sekolah yang memiliki kaitan dengan peningkatan daya serap dan relevansi lulusan suatu instansi pendidikan. Strategi sekolah dalam penelitian ini terbentuk dalam program- program yang dimiliki oleh SMK Negeri 1 Ngawi yang melibatkan siswa langsung dan berhubungan dengan pengembangan kompetensi keahlian 170 siswa, baik berupa soft-skill maupun hard-skill. Berikut ini adalah program- program yang peneliti indera sebagai strategi sekolah untuk meningkatkan daya serap dan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya. a. Pengembangan Kultur Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi mengembangkan beberapa kultur yang positif pada siswa dan seluruh warganya secara umum. Berdasarkan hasil analisis dari beberapa kultur yang dikembangkan, berikut ini merupakan kultur yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan relevansi lulusan dengan lapangan kerjanya, kultur tersebut antara lain sebagai berikut ini : 1 Nilai Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan kultur utama yang mulai diterapkan pada siswa di SMK Negeri 1 Ngawi, dalam hal ini disiplin yang dimaksud terkait dengan bagaimana siswa itu nanti belajar serta nanti ketika siswa mengaplikasikan ilmunya dalam dunia kerja. Pembiasaan kedisiplinan ini dimulai ketika siswa baru saja mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa MOS, selama proses pembelajaran berlangsung, hingga pada proses akhir pembelajaran atau pasca ujian nasional. Implikasi nilai kedisiplinan yang ditanamkan pada siswa ini pada relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya adalah ketika nanti lulusan itu dapat bekerja atau praktek di DUDI secara disiplin, baik disiplin waktu, disiplin dengan aturan, maupun disiplin dalam 171 manajemen diri akan menunjukkan integritas siswa yang juga akan mendukung kompetensi keahlian yang dimiliki oleh siswa. Dengan pembiasaan yang telah dilakukan dilingkungan sekolah akan terbawa pada lingkungan kerja nantinya. 2 Nilai Etos Kerja yang Tinggi Pengertian etos kerja yang tinggi disini adalah siswa diajarkan untuk bekerja secara maksimal dan optimal, sehingga pekerjaan yang dihasilkan merupakan pekerjaan yang dapat memuaskan pihak yang mempekerjakan, hal ini dapat dilihat ketika siswa mengikuti kegiatan Prakerin. Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka bisa disimpulkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Ngawi memiliki etos kerja yang cukup baik. Terbukti dengan feed-back dari pihak DUDI yang bersedia untuk ditempati siswa prakerin merasa puas dengan kinerja siswa tersebut dan beberapa diantaranya menginginkan siswa SMK Negeri 1 Ngawi untuk bisa prakerin di DUDI yang bersangkutan 3 Etos Belajar yang Tinggi Etos kerja yang tinggi tentu saja dilatih atau dipersiapkan dengan etos belajar yang tinggi di lingkungan sekolah. Etos belajar yang tinggi ditunjukkan dengan siswa yang belajar dengan giat, baik ketika menerima teori didalam kelas, maupun ketika praktik di laboratorium. Mengerjakan tugas secara maksimal dan mendapatkan nilai yang memuaskan merupakan tolak ukur dari kultur yang dibangun sejak awal di SMK Negeri 1 Ngawi. 172 Etos belajar yang tinggi ini juga akan mendukung siswa untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya, karena memang beberapa DUDIPerusahaan telah menetapkan bahwa terdapat nilai minimal yang harus dipenuhi oleh calon pegawainya. 4 Nilai Kewirausahaan Semangat entrepreneurship merupakan hal yang penting yang perlu dikembangkan oleh sekolah manapun. SMK Negeri 1 Ngawi secara konsisten selalu memberikan amunisi kepada siswanya untuk selalu meningkatkan semangat berwirausaha. Terkait dengan entrepreneurship hal ini tertera jelas dalam visi SMK Negeri 1 Ngawi pada kata terakhir, kemudian juga tertera dalam misi nomer 4, yaitu mengembangkan program-program yang mampu memotivasi dan membangun nilai-nilai entrepreneurship. b. Prakerin Prakerin atau Praktek Kerja Industri merupakan program nasional bagi Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Pelaksanaan prakerin ini mengharuskan siswa untuk terjun secara langsung pada DUDI yang telah bekerja sama dengan pihak sekolah dan sesuai dengan kompetensi keahliannya masing-masing. Kebijakan sekolah yang diambil oleh pihak SMK Negeri 1 Ngawi terkait pelaksanaan prakerin yaitu prakerin dilaksanakan dalam 3 bulan. Di SMK Negeri 1 Ngawi, program ini dilaksanakan oleh seluruh jurusan untuk melatih kompetensi akademik 173 yang dimiliki oleh siswanya dengan langsung praktek pada dunia kerja atau dunia industri. Pelaksanaa prakerin dalam satu tahun SMK Negeri 1 Ngawi dibagi dalam 4 gelombang prakerin, dan untuk program keahlian akuntansi khususnya itu dilaksanakan pada awal semester ganjil, yaitu bulan Juli, Agustus dan September. Prakerin memiliki tujuan untuk bisa menerapkan atau mempraktikan ilmu dan teori yang telah diperoleh di sekolah pada dunia kerja, atau dengan kata lain prakerin merupakan wadah untuk siswa bisa mempraktikan teori yang telah diperoleh di Sekolah untuk dipraktikan secara lebih riil di dunia kerja yang sesungguhnya.. Program ini menjadi program perwujudan kompetensi yang dimiliki oleh siswa SMK Negeri 1 Ngawi dengan pihak DUDI secara khusus dan pada masyarakat secara umum. Dampak yang diharapkan dengan adanya prakerin adalah anak akan memperoleh pengalaman baru untuk lebih menyiapkan diri untuk menghadapi dunia kerja. Dengan prakerin siswa akan menjadi lebih siap untuk terjun secara langsung ke dunia kerja nanti. Dalam prakerin siswa akan dihadapkan secara langsung dengan dunia usahadunia industri yang riil, sehingga siswa akan terbiasa atau setidaknya siswa akan mengetahui bagaimana kondisi dunia usaha dan industri DUDI, pengalaman ini tentu saja tidak akan diperoleh jika siswa tidak mengikuti prakerin atau dengan kata lain siswa akan memperoleh 174 pengalaman baru untuk bisa terjun ke dunia kerja yang sebenarnya setelah lulus nanti Implikasi dari program Prakerin dengan tingkat relevansi lulusan dengan dunia kerjanya adalah siswa dapat meningkatkan kompetensinya dan dapat menjalin hubungan baik dengan pihak DUDI yang bersangkutan. Hal ini memungkinkan siswa untuk dapat bekerja ditempat prakerin setelah lulus nanti. c. Kunjungan Industri Kunjungan Industri merupakan kegiatan untuk mengunjungi suatu industripabrik besar untuk mendukung siswanya untuk mengetahui situasi dan gambaran kerja yang sebenarnya secara langsung di Industri tersebut. Pelaksanaan kegiatan kunjungan industri idealnya siswa mengunjungi industri yang sesuai dengan kompetensi keahlian mereka, sehingga hal tersebut dapat menunjka untuk menjadikan siswa lebih memahami bagaimana kondisi industri yang sesuai dengan kompetensi keahlian mereka. Implikasi dari kegiatan ini untuk siswa secara umum antara lain memungkinkan siswa menambah wawasan siswa terkait dengan DUDI yang dikunjungi. Jika pelaksanaan Kunjungan Industri dilaksanakan secara optimal, salah satu dampak dari penyelenggaraannya adalah memungkinkan siswa untuk bisa memperoleh peluang kerja di DUDI yang sesuai dengan program keahlian yang telah dimiliki. d. Bimbingan Karir 175 Bimbingan karir tersebut dilakukan oleh pihak jurusan dan oleh pihak Bimbingan dan Konseling. Pelaksanaan bimbingan tersebut dikaitkan dengan kelanjutan karir siswa baik siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi untuk dapat memilih program studi atau jurusan yang sesuai dengan kompetensi yang telah dimilikinya, serta bagi siswa yang ingin bekerja juga diharapkan mampu bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimiliki. Materi yang disampaikan pada kelas karir ini merupakan materi yang berkaitan dengan bagaimana siswa setelah lulus harus bekerja seperti apa. Pelaksanaan kelas karir ini juga diakui bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan pekerjaan apa saja yang relevan dengan kompetensi keahlian mereka masing-masing jurusan. Implikasi dari program ini dengan tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya adalah jika program ini dapat terlaksana secara optimal, maka siswa akan memiliki pemahaman dan keyakinan dari dalam diri mereka tentang pentingnya relevansi mereka di dunia kerja dengan kompetensi keahlian yang telah mereka miliki saat ini. e. Bursa Kerja Khusus BKK Bursa Kerja Khusus BKK merupakan lembaga yang dalam menyalurkan siswa yang lulus dengan dunia kerja secara langsung. BKK SMK Negeri 1 Ngawi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kelembagaan SMK Negeri 1 Ngawi. Seiring dengan perkembangan SMK Negeri 1 Ngawi yang merupakan lembaga pendidikan yang 176 diharapkan mampu mendidik dan menyalurkan siswa didiknya untuk bekerja, maka BKK SMK Negeri 1 Ngawi telah menjalin kerja sama dan melegalkan kelembagaan dengan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Ngawi. BKK merupakan salah satu strategis sekolah untuk meningkatkan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya. Peran BKK sebagai lembaga yang menyalurkan lulusannya dengan lapangan pekerjaanmya ini hendaknya perlu bekerja sama dengan pihak BK yang telah melakukan bimbingan dan konseling kepada siswa-siswa bagaimana minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa, sehingga untuk menyalurkannya sesuai dengan minat dan bakat serta sesuai dengan kompetensi keahlian siswa. Implikasi keberadaan BKK SMK Negeri 1 Ngawi dengan tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya. BKK hendaknya selalu mengembangkan mitra yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki di SMK Negeri 1 Ngawi. f. Teaching Factory Teaching Factory merupakan suatu unit usaha yang berada didalam lingkup sekolah. Keberadaan Teaching Factory ini dapat mendukung dan menunjang kegiatan pembelajaran siswa. Sebagai salah satu Teaching Factory yang berada di SMK Negeri 1 Ngawi adalah Bank Mini “Berjuang” yang mendukung program keahlian Akuntansi. 177 Layanan yang dilakukan di Bank Mini SMK Negeri 1 Ngawi merupakan transaksi yang sama dengan aktivitas di Bank secara umum. Hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya Bank Mini merupakan tepat praktik yang relevan dengan kompetensi keahlian dari siswa Akuntansi. Sehingga siswa program keahlian Akuntansi dapat mempraktikan secara langsung teori yang diperoleh selama proses pembelajaran dalam lingkup sekolah sekaligus serta dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru yang dapat juga meningkatkan kompetensi siswa program keahlian Akuntansi Implikasi adanya Teaching Factory ini dengan relevansi lulusan dengan lapangan kerjanya adalah Teaching Factory merupakan wadah untuk praktik siswa yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimilikinya. Semakin meningkatnya kompetensi keahlian siswa, maka kemungkinan siswa untuk dapat bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya akan semakin tinggi. g. Lembaga Sertifikasi Profesi LSP LSP atau Lembaga Sertifikasi Profesi merupakan lembaga yang berada dalam lingkup sekolah yang memberikan layanan kepada siswa terkait dengan uji kompetensi keahlian UKK bagi kelas XII pada akhir semester 6. Dari pelaksanaan Uji Kompetensi Keahlian UKK ini siswa yang dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat profesi tingkat nasional yang nantinya bisa digunakan untuk mendukung siswa memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya. 178 Keberadaan LSP ini dapat meningkatkan kompetensi siswa dan dapat membekali siswa untuk bisa bekerja sesuai dengan lapangan pekerjaannya. Lembaga Sertifikasi Profesi LSP merupakan salah satu program atau strategi sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan angka relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya. Terkait dengan dampak atau hasil dari program ini belum dapat diketahui secara riil, karena lembaga ini baru terbentuk kurang dari satu 1 tahun. Implikasi keberadaan LSP Lembaga Sertifikasi Profesi bagi tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya adalah LSP memberikan pengakuan atas kompetensi yang telah dimiliki oleh siswa dengan bukti sertifikat yang diakui secara nasional maupun internasional. Sertifikat profesi inilah yang dapat mendukung siswa untuk dapat bekerja sesuai dengan kompetensi yang telah dimilikinya. Berdasarkan pelaksanaan program-program di atas, maka diketahui bahwa pihak sekolah telah mengupayakan secara optimal beberapa program yang berkaitan dengan peningkatan daya serap dan tingkat relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan SMK khususnya program keahlian Akuntansi dengan lapangan kerja di SMK Negeri 1 Ngawi dari tahun 2011-2015.

3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Peningkatan Relevansi

Lulusan dengan Dunia Kerja di SMK Negeri 1 Ngawi 179 Berdasarkan hasil analisis dokumen yang dilakukan di atas, kita memperoleh hasil bahwa lulusan SMK Negeri 1 Ngawi yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahlilan bisa dikatakan masih belum cukup baik, yaitu hanya berkisar 25 jika dibandingkan dengan siswa yang bekerja, dan sekitar 16 jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan. Berdasarkan angka yang diperoleh di atas, maka dapat diketahui faktor pendukung dan faktor penghambat apa yang dihadapi oleh pihak sekolah secara umum, maupun pihak program keahlian Akuntansi secara khusus. Faktor pendukung daya serap dan tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi antara lain sebagai berikut ini : a. Sarana dan Prasarana yang memadai Sarana dan prasarana di SMK Negeri 1 Ngawi dapat dikatakan lengkap dan dapat menunjang daya serap dan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan jika melihat pada kelengkapan sarana dan prasarana berupa laboratorium dan peralatan penunjang laborarotium kejuruan sesuai dengan program keahliannya masing-masing. Jika dikaitkan dengan relevansi lulusan, maka sarana dan prasarana yang dimaksud disini adalah sarana yang berhubungan dengan peningkatkan kompetensi siswa. Di SMK Negeri 1 Ngawi setidaknya masing-masing jurusan telah memiliki Laboratorium untuk praktik masing-masing Program Keahlian dan peralatan yang mendukung praktik siswa, laborarotorium komputer, laboratorium bahasa dan lain 180 sebagainya. Adanya fasilitas berupa Teaching Factory juga merupakan sarana dan prasarana yang menunjang kompetensi siswa dan tentunnya akan menunjang daya serap dan tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan. Misalnya untuk program keahlian Akuntansi, sudah memiliki laboratorium yang digunakan oleh siswanya untuk mempelajari dan mengembangkan kemampuan produktif siswa, baik untuk teorinya maupun praktik secara langsung, baik itu secara manual maupun secara komputerisasi. Terkait pelaksanaan praktik komputer Akuntansi, siswa telah difasilitasi masing-masing anak satu komputer, sehingga mereka bisa langsung mempraktikan teori yang telah diperoleh sebelumnya. Selain laboratorium tersebut, program keahlian Akuntansi memiliki Teaching Factory berupa Bank Mini yang juga menunjang siswa dapat meningkatkan kompetensi keahliannya. Secara khusus dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh program keahlian Akuntansi secara khusus maupun SMK Negeri 1 Ngawi secara umum dapat mendukung siswa untuk bisa bekerja sesuai dengan kompetensinya masing-masing. b. Kualitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan Guru SMK Negeri 1 Ngawi secara umum maupun secara khusus program keahlian akuntansi telah memiliki guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas tentu saja akan menunjang pembelajaran yang berkualitas dan dapat menunjang siswa dan lulusan yang berkualitas pula, utamanya pada pembelajaran produktif. Lulusan yang berkualitas 181 akan memudahkan dirinya untuk bisa bekerja sesuai dengan program keahliannya. Oleh karena itu, kualitas guru yang baik akan menjadi faktor pendukung daya serap dan tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dengan lapangan pekerjaannya. Disamping memberikan materi pembelajaran bagi siswanya, guru tersebut juga diharapkan mampu memberikan pencerahan kepada siswa terkait dengan pentingnya kesesuaian pekerjaan mereka dengan kompetensi keahlian yang telah mereka miliki. Artinya kualitas guru baik dalam memberikan materi terkait dengan kompetensi keahlian siswa sangat diperlukan, tidak kalah pentingnya guru tersebut juga harus memberikan motivasi dan pencerahan kepada siswanya. c. Adanya Mitra dan Jaringan Pada subbab Prakerin, Kunjungan Industri, dan BKK telah diketahui bahwa mitra yang telah terjalin sudah cukup banyak. Pada mitra dan jaringan yang dimiliki oleh pihak prakerin misalnya sudah hampir semua DUDI secara kelembagaan telah sesuai dengan program keahlian anak. Hal ini tentu saja mendukung siswa untuk menciptakan peluang untuk bisa bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya masing-masing. Keberadaan mitra dan jaringan yang dimiliki bisa dimaksimalkan oleh pihak-pihak terkait merupakan hal yang sangat penting dalam menyalurkan siswanya yang ingin bekerja dan sesuai dengan lapangan pekerjaan. Hal tersebut tentu saja akan menunjang tingginya daya 182 serap lulusan dan tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi khususnya program keahlian Akuntansi. d. Adanya BKK Bursa Kerja Khusus Bursa Kerja Khusus BKK memiliki peran yang penting dalam menentukan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan yang dimilikinya. BKK merupakan pihak yang menyalurkan siswa yang lulus dari SMK Negeri 1 Ngawi dengan dunia kerjanya. Maka BKK SMK Negeri 1 Ngawi telah menjalin kerja sama dan melegalkan kelembagaan dengan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Ngawi. Sehingga keberadaan BKK SMK Negeri 1 Ngawi merupakan salah satu faktor pendukung adanya relevansi lulusan dengan dunia kerjanya jika BKK dapat berperan secara optimal. Keberadaan BKK ini pula yang menjadi salah satu faktor banyak peminat masyarakat umum untuk mengeyam pendidikan di Sekolah ini. Dilihat segi kelembagaan, BKK SMK Negeri 1 Ngawi merupakan lembaga yang strategis untuk bisa mengarahkan siswanya bekerja sesuai dengan kompetensi yang telah dimiliki. e. Keaktifan SiswaLulusan untuk Mencari Pekerjaan secara Mandiri keaktifan siswa juga menjadi faktor penentu apakah siswa tersebut dapat bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya atau tidak. Keaktifan siswa ini juga telah dilatih ketika mengikuti proses pembelajaran di Sekolah, baik dari segi etos kerja, etos belajar, dan berjiwa kompetitif. 183 Berikut ini merupakan faktor penghambat tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi secara umum maupun pada Program Keahlian Akuntansi secara khusus. Faktor penghambat tersebut antara lain sebagai berikut ini : a. Kurang optimalnya pelaksanaan Kunjungan Industri Pelaksanaan Kunjungan Industri SMK Negeri 1 Ngawi kurang terlaksana secara optimal. Diakui oleh beberapa narasumber bahwa pelaksanaan Kunjungan Industri beberapa waktu lalu tidak sesuai dengan harapan dari pihak pelaksana Kunjungan Industri. Perbedaan persepsi antara pihak sekolah dengan pihak industri ini tentu saja mengakibatkan kurang tercapainya tujuan dari pelaksanaan Kunjungan Industri tersebut. Penyelenggaraan Kunjungan Industri tersebut diharapkan masing-masing jurusan dapat memperoleh pembelajaran terkait kompetensinya masing-masing, misalnya untuk program keahlian Administrasi Perkantoran maka dapat melihat terkait bagaimana pengadministrasian pabrik tersebut, untuk jurusan AK misalnya, diharapkan dapat mempelajari terkait dengan keuangan perusahaan tersebut, dan lain sebagainya. Pelaksanaan Kunjungan Industri harusnya tetap memprioritaskan Industri Lembaga yang bergerak dibidang yang sesuai dengan program keahlian. Dalam pelaksanaan KI di atas, dapat dilihat bahwa pihak sekolah menginginkan penyelenggaraan simpel dan dapat terlaksana secara serentak pada satu tempat yang sama. Padahal 184 program keahlian yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi tersebut memiliki fokus yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pelaksanaan Kunjungan Industri tahun ini perlu dievaluasi secara serius oleh pihak panitia, serta dalam pelaksanaan kedepannya perlu memperhatikan dan memprioritaskan kesesuaian industri yang akan dikunjungi dengan kompetensi keahlianya yang ada di sekolah, sekalipun itu pelaksanaannya harus terpisah tempat. Dengan demikian kegiatan kunjungan industri dapat terlaksana secara optimal dan dapat menunjang tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya. b. Terbatasnya Lapangan Pekerjaan dan banyaknya pesaing. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang ada ini, tentu saja menjadi faktor penghambat bukan hanya di SMK Negeri 1 Ngawi saja, namun ini merupakan permasalahan yang dirasakan hampir seluruh Sekolah Menengah Kejuruan SMK secara umum. Beberapa dunia usaha dan dunia industri saat ini lebih selektif dalam memilih karyawan yang akan direkrut, utamanya untuk menduduki posisi penting dalam perusahaan tersebut. Beberapa dari perusahaan tersebut telah menetapkan bahwa pendidikan minimal yang harus dimiliki calon pegawai mereka misalnya Diploma D3 atau Sarjana S1. Tentu saja jika ditemukan dengan kondisi tersebut, maka siswa lulusan SMK akan kalah dalam persaingan tersebut. Sehingga untuk mendapatkan posisi-posisi yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah mereka miliki selama mengikuti pembelajaran di SMK 185 Negeri 1 Ngawi. Guna mengatasi permasalahan di atas, pihak sekolah sebenarnya telah menyiapkan antisipasinya, yaitu dengan memberikan pendampingan pada siswa yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, serta dengan membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi. Jika dua hal tersebut dapat dioptimalkan, maka tingkat relevansi lulusan dapat mencapai level tinggi nantinya. Dilihat dari lebih banyaknya faktor pendukung daripada faktor penghambat, seharus tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi program keahlian Akuntansi bisa meningkat ketika keberadaan faktor pendukung tersebut dapat dioptimalkan, dan mulai mencari pemecahaan masalah dari faktor-faktor penghambat yang dialami selama ini. 186

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI BERSTANDAR NASIONAL DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGARI 1 KUDUS

0 3 121

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN KEBUTUHAN DUNIA Relevansi Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Dengan Kebutuhan Dunia Usaha Dan Insdustri.

0 3 15

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN KEBUTUHAN DUNIA Relevansi Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Dengan Kebutuhan Dunia Usaha Dan Insdustri.

0 2 12

RELEVANSI PROGRAM SMK DENGAN KEBUTUHAN DUNIA KERJA : Studi Tentang Relevansi Program Keahlian SMK Dengan Kebutuhan Dunia Kerja Khususnya Melalui Kajian Program Prakerin SMK di Kota Bandung.

2 8 58

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SWASTA (SMK) SE-KOTA SEMARANG.

1 3 213

ANALISIS MANAJEMEN KERJASAMA ANTARA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGANDUNIA USAHA/DUNIA INDUSTRI (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA PROGRAM KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN).

0 0 18

STUDI TENTANG KESIAPAN SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DALAM BERKOMPETISI DI DUNIA KERJA ( Studi Kasus di SMK Bhinneka Karya Surakarta Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Tahun Pelajaran 2010/2011 ).

0 0 18

IDENTIFIKASI SPEKTRUM PASAR KERJA SEBAGAI RUJUKAN DALAM PENETAPAN PROGRAM KEAHLIAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) 0

0 0 10

Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan SMK

0 0 17

Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Guru Di Sekolah Menengah Kejuruan (Smk)Negeri 1 Sibolga

0 0 11