19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Daya Serap dan Relevansi Pendidikan
Langeveld dalam Hasbullah 2006: 2 menyatakan bahwa pendidikan merupakan setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan
yang diberikan kepada anak dengan tujuan untuk mendewasakan anak tersebut, atau dengan kata lain membantu anak agar cukup terampil dalam
melaksanakan tugas dan dapat hidup secara mandiri. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa :
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi didirnya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.” Crow and Crow, dalam Nanang Fattah 2012: 39, menyampaikan
bahwa pendidikan seharusnya memiliki fungsi yang dikenali sebagai panduan dan pedoman bagi pembelajar, bersifat menyeluruh mulai dari
tahapan keinginan, kebutuhan dan potensi yang akan memastikan dirinya suatu kepuasan pribadi dan pola hidup sosial yang diharapkan. Nanang
Fattah 2012: 40 pendidikan diarahkan dalam upaya untuk beberapa hal berikut ini.
a. Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Individu
Pendidikan selalu berusaha mengembangkan peserta didik agar mampu hidup secara mandiri. Pendidikan memberikan bantuan agar anak bisa
menolong dirinya sendiri, melalui berbagai pengalaman di dalam
20 berbagai hal seperti konsep, generalisasi, kreativitas, keterampilan, dan
lain sebagainya agar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dapat berkembang secara optimal.
b. Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial
Selain berkembang sebagai makhluk individu, manusia juga perlu melakukan interaksi sosial dengan sesamanya. Pendidikan memiliki
peran untuk mengembangkan suatu keadaan yang seimbang antara aspek individu dan aspek sosial manusia.
c. Pengembangan manusia sebagai makhluk susila
Melalui pendidikan dikembangkan manusia yang memiliki tata susila, anak didik diupayakan untuk mendukung norma kaidah dan nilai-nilai
susila serta sosial yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. d.
Pengembangan manusia sebagai makhluk beragama Pendidikan diusahakan mampu untuk mengembangkan dan membekali
anak didiknya untuk memahami agama yang dianutnya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pengembangan manusia sebagai makhluk profesi
Manusia secara umum dituntut untuk dapat hidup dengan memiliki keahlian dan keterampilan. Dalam hal ini, pendidikan memiliki peran
untuk membekali anak didik dengan berbagai keahlian yang dapat dijadikan bekal hidupnya dan menjadi lebih bermartabat.
Terkait dengan arah pendidikan yang terakhir, maka akan berkaitan dengan bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik untuk
21 memperoleh keterampilan untuk dapat memperoleh profesi atau pekerjaan.
Terkait dengan hal tersebut, maka pendidikan akan terkait dengan bagaimana menciptakan lulusan yang dapat diterima di masyarakat secara
umum maupun dalam dunia kerja secara khusus. Oleh karena itu, daya serap lulusan suatu instansi pendidikan menjadi hal yang perlu diperhatikan guna
menjaga kualitas pendidikan secara umum. Daya serap lulusan yang dimaksud disini adalah bagaimana lulusan
dari suatu instansi pendidikan, Sekolah Menengah Kejuruan SMK, mampu diterima di dunia kerja. Dalam mendukung daya serap lulusan
SMK, maka inovasi terkait pendidikan kejuruan telah dilaksanakan, yaitu perubahan dari pendekatan supply driven ke pendekatan demand driven.
Wardiman Djojonegoro 1998: 70, demand driven justru mengharapkan pihak dunia usaha, dunia industri dan dunia kerja memiliki peran yang
menentukan, mendorong dan menggerakan pendidikan kejuruan, karena pihak yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja.
Ali Muhson, dkk 2012 menyatakan bahwa relevansi pendidikan dalam arti adanya kesepadanan atau kesesuaian dalam bentuk link and
match. Pendidikan sampai saat ini masih dianggap sebagai unsur utama dalam pengembangan Sumber Daya Manusia. SDM lebih bernilai jika
memiliki sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian serta keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan berbagai bidang dan sektor.
Dengan demikian, dapat kita ketahui bagaimana pentingnya pendidikan dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM agar
22 memiliki kualifikasi yang sama atau sejajar dengan manusia lain, baik
dalam taraf nasional, regional, maupun pada taraf Internasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 943 menyatakan bahwa
relevansi memiliki arti hubungan; kesesuaian; kaitan dengan tujuan; berguna secara langsung dengan apa yang dibutuhkan. Secara ajektif,
relevansi memiliki arti 1 terkait dengan apa yang sedang terjadi atau dibahas; 2 benar dan atau sesuai untuk tujuan tertentu. Sebagai kata benda,
relevansi memiliki arti tingkat kerterkaitan atau kebermaknaan sesuatu dengan apa yang terjadi atau dibahasnya.
Relevansi pendidikan adalah tingkat keterkaitan tujuan maupun hasil keluaran program ditinjau dari ukuran ideal secara normatif yang
didukung oleh ketepatan unsur masukan, proses, dan keluaran. Hal ini tertulis dalam Panduan Akreditasi tahun 2004 dalam Ali Muhson,dkk
2012: 46. Oemar Hamalik 2013: 45 menyampaikan bahwa relevansi harus berkaitan dengan masalah dunia kerja vocation, kependudukan
citizenship, dan berbagai aktivitas masyarakat lainnya yang menyangkut budaya, sosial, politik dan sebagainya. Riskamayanti 2013
menyampaikan bahwa relevansi pendidikan adalah sejauh mana sistem pendidikan yang telah diimplementasikan dapat mencetak luaran yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.
Soemantri dkk 2010: 2 menyatakan bahwa relevansi pendidikan dapat ditunjukkan dengan profil pekerjaan jenis dan tempat kerja,
23 relevansi pekerjaan dengan latar belakang pendidikan, manfaat mata
pelajaran yang terdapat dalam kurikulum dengan pekerjaan yang diperoleh, saran lulusan untuk perbaikan kompetensi lulusan. Relevansi lulusan juga
dapat dinilai melalui pendapat dari pihak pengguna lulusan tentang kepuasan pengguna lulusan, kompetensi lulusan, dan saran lulusan untuk
perbaikan kompetensi lulusan. Rizha S. Sadjad dalam Ali Muhson, dkk 2012: 47 menyatakan
bahwa relevansi merupakan komponen yang terpenting karena relevansi merupakan faktor yang menentukan eksistensi dari lembaga pendidikan
yang bersangkutan. Suatu lembaga pendidikan, misalnya Sekolah Menengah Kejuruan SMK akan dikatakan baik atau buruk berdasarkan
dari faktor relevansi, yaitu seberapa besar sekolah tersebut keseluruhan atau sebagian besar dari lulusannya dapat diserap dalam lapangan kerja yang
tersedia dan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, baik ditingkat lokal, nasional, regional, maupun pada taraf internasional. Ketika luaran
pendidikan, SMK, dapat mengisi lapangan pekerjaan yang dibutuhkan maupun seluruh aspek pembangunan yang dibutuhkan, seperti sektor
produksi, maka relevansi pendidikan tersebut dapat dikatakan tinggi. Relevansi pendidikan menengah kejuruan bagi siswa atau lulusan
terkait dengan lulusan yang memperoleh pekerjaan atau dapat melanjutkan pada pendidikan yang lebih tinggi yang sesuai dengan program keahlian
yang telah ditempuh sebelumnya. Disampaikan oleh Bowman, M.J dalam Trijahjo 2005: 56 terdapat 3 hal penting yang perlu diperhatikan, yakni :
24 1.
Isi atau kurikulum yang dipelajari dalam sekolah dasar mungkin tidak begitu penting dalam bersedianya siswa dalam belajar
sendiri merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki 2.
Tingkat relevansi, jika itu dapat tercapai akan sedikit memberi manfaat ketika biaya dan kelayakan diabaikan.
3. Upaya untuk membuat isi atau kurikulum yang relevan dengan
kebutuhan terlalu singkat untuk melakukan pendekatan vokasional sebuah bentuk dapat menjadi dan seringnya terjadi
disfungsi Relevansi pendidikan disini berhubungan dengan dunia kerja dan
atau dunia industri maupun dengan dunia pendidikan. Riskamayanti 2012 menyampaikan bahwa relevansi pendidikan dapat dilihat dengan mengikuti
alur input-proses-output. Masukan input dalam komposisi tertentu yang diproses dengan metode tertentu akan membuahkan dua macam hasil, yaitu
hasil jangka pendek output dan hasil jangka panjang outcome. 1.
Input pendidikan terdiri atas kurikulum, siswapeserta didik, gurutenaga pendidik, sarana-prasarana, dana, dan masukan lain.
2. Proses pendidikan meliputi seluruh proses pembelajaran yang
terjadi sebagai bentuk interaksi dari berbagai input pendidikan. 3.
Hasil pendidikan output mencakup antara lain kemampuan peserta didik, yang dapat diukur melalui prestasi belajar siswa.
4. Outcome pendidikan antara lain peningkatan mutu lulusan, yang
dapat dilihat antara lain melalui jumlah lulusan yang melanjutkan
25 ke jenjang pendidikan berikutnya dan jumlah lulusan yang dapat
bekerja. Oleh karena itu, mutu input dan mutu proses merupakan faktor penentu mutu hasil, baik yang berupa hasil jangka pendek
maupun hasil jangka panjang. Beberapa faktor yang berkenaan dengan input pendidikan dapat
dikelompokkan kedalam faktor rumah atau keluarga, faktor sekolah, dan faktor siswa. Diantara ketiganya, sekolah merupakan komponen input yang
paling erat hubungannya dengan kebijakan pendidikan. Kriteria relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi
sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut:
1. Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam
kualitasnya. 2.
Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran siap pakai. Yang ada ialah siap kembang.
3. Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang dapat
dugunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia. Riskamayanti ; 2013
Sehingga dalam penelitian ini, peneliti memaknai relevansi pendidikan sebagai suatu keterkaitan antara kompetensi, keahlian dan
pengetahuan yang diperoleh dan dimiliki oleh lulusan dari suatu instansi pendidikan, Sekolah Menengah Kejuruan SMK, dengan lapangan
pekerjaan yang diperoleh. Kesesuaian inilah yang akan menjadi tolok ukur,
26 apakah instansi atau jurusan tersebut memiliki relevansi yang rendah atau
tinggi.
B. Kebijakan Pendidikan Kejuruan