1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi yang terjadi saat ini memberikan dampak pada berbagai bidang kehidupan, baik ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan bidang
lainnya. Salah satu wujud globalisasi yang dapat dirasakan langsung adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang menjadi tantangan bagi
seluruh negara, utamanya negara maju dan negara berkembang. Globalisasi merupakan suatu proses mendunia. Globalisasi sendiri berasal dari bahasa
inggris yaitu
Globalization. Kata
Global berarti
mendunia sedangkan Lization berarti proses. Globalisasi mengakibatkan suatu
negara semakin kecil, karena kemudahan dalam berinteraksi antarnegara baik dalam bidang perdagangan, teknologi, arus komunikasi, gaya hidup
serta interaksi-interaksi lain. Globalisasi memiliki dampak yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung serta dampak positif dan
dampak negatif. Zakapedia 2014 menyampaikan bahwa dampak dari globalisasi
antara lain sebagai berikut, sebagai dampak positif antara lain a Komunikasi yang semakin cepat dan mudah; b Meningkatnya taraf hidup
dari masyarakat; c Mudahnya mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan; d Tingkat pembangun yang semakin tinggi; e
Meningkatnya turisme dan pariwisata; serta f Meningkatnya ekonomi menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien. Selain memiliki dampak
positif, globalisasi tentunya memiliki dampak negatif. Dampak negatif dari
2 terjadinya globalisasi antara lain a Informasi yang tak terkendali; b
Timbulnya sikap yang ala kebarat-baratan; c Munculnya sikap individualisme; d Berkurang sikap solidaritas, gotong royong,
kepedulian dan kesetiakawanan; ePerusahaan dalam negeri lebih mementingkan perusahaan dari luar ketimbang perusahaan yang ada dalam
negeri membuat perusahaan dalam negeri sulit berkembang; f Berkurangnya tenaga kerja pertanian akibat dari sektor industri yang
menyerap seluruh petani; dan g Budaya bangsa akan terkikis. Demikianlah bagaimana globalisasi memberi pengaruh terhadap seluruh negara di
seluruh lapisan dunia ini. Tantangan di wilayah Asia Tenggara adalah munculnya kesepakatan
dibidang ekonomi yang menuntut keterbukaan antara negara anggotanya. Seperti
yang dilansir
dari halaman
web BBC
Indonesia www.bbc.comindonesia disampaikan bahwa lebih dari satu dekade lalu,
para pemimpin ASEAN sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 yang lalu. Ini dilakukan agar daya
saing ASEAN meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan
Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di
seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.
3 Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN berdampak pada
perdagangan bebas yang mencakup barang dan jasa antar sesama negara anggota ASEAN menjadi tidak terbatas. Hal ini membawa dampak,
terutama bagi pekerja ASEAN dalam bidang tenaga medis, arsitek, dokter gigi, perawat, akuntan, tenaga riset dan pariwisata yang kini dapat bekerja
di negara-negara yang menjadi anggota ASEAN bila memiliki spesialisasi yang dibutuhkan. Agar pekerja Indonesia tidak kalah bersaing, menurut
seorang ekonom, Kresnayana Yahya, dalam www.bbc.comIndonesia, mengatakan para pekerja harus pandai membekali diri dengan berbagai
keterampilan dan kemampuan seperti berbahasa asing terutama bahasa Inggris, dan mengikuti berbagai pelatihan. Dia menambahkan bahwa
Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA bisa menjadi kesempatan emas bagi profesional Indonesia untuk mendapatkan pengalaman bekerja di luar
negeri mulai dari level staf, supervisor, manajer hingga direktur. Kualitas sumber daya manusia SDM Indonesia memang harus dipersiapkan sebaik
mungkin, sehingga siap dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA pada taraf regional Asia Tenggara, maupun dalam menghadapi
globalisasi. Fakta yang terjadi di lapangan belum menunjukkan hal tersebut.
Berdasarkan laporan Indeks Sumber Daya Manusia SDM 2015 yang diterbitkan oleh Forum Ekonomi Dunia World Economic Forum WEF
disampaikan bahwa Indonesia menduduki urutan ke-69 dari 124 negara. Hal ini menunjukkan penurunan, karena dua tahun yang lalu Indonesia
4 menduduki peringkat ke-53 dari 124 negara. Sekalipun pemerintah telah
menaikkan sumber anggara pendidikan nasional, setidaknya dua tahun belakangan ini pemerintah telah menunjukkan komitmen melalui kenaikan
anggaran pendidikan sebesar 7,5 persen pada APBN 2014 sebesar Rp 371,2 triliun 20,39 persen dari APBN 2014 dibandingkan dengan 2013 yang
hanya Rp 345,3 triliun. Porsi sektor pendidikan di APBN-P 2015 meningkat hingga 0,2 persen menjadi Rp 408,5 triliun. Terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi hingga tingkat kualitas SDM Indonesia tertinggal dari negara lain. Mulai dari kualitas dan kuantitas pendidikan kejuruan yang dimiliki
hingga tingkat kemudahan dalam berbisnis yang berpengaruh pada jumlah tenaga kerja yang berwirausaha.
Belum banyaknya masyarakat Indonesia yang berkeinginan untuk berwirausaha mengakibatkan tingginya angka pengangguran di Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS dalam laman resmi BPS http:www.bps.go.id terkait dengan pengangguran
terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada tahun 2013- 2014. Data tersebut menyampaikan bahwa angka pengangguran pada dua
tahun terakhir telah menyentuh angka lebih dari 7.100.000-7.200.000 orang. Sekalipun mengalami penurunan dari tahun 2013, namun angka ini
merupakan angka yang cukup tinggi. Tahun 2016 ini, diprediksi angka pengangguran ini akan terus meningkat seiring dengan adanya isu
penutupan industri besar yang memiliki tenaga kerja yang banyak. Fakta ini menunjukkan bahwa sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia untuk
5 masyarakat Indonesia, baik yang berpendidikan tinggi, maupun bagi mereka
yang belum pernah sekolah sekalipun. Selain minimnya lapangan pekerjaan yang ada, hal ini juga menunjukkan bahwa lulusan yang dihasilkan belum
memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha atau dunia industri yang ada. Angka di atas dapat dijadikan salah satu sudut pandang
untuk menilai bahwa kualitas Sumber Daya Manusia SDM di Indonesia masih rendah.
Pendidikan memiliki peran yang strategis dalam upaya peningkatan sumber daya manusia dan juga untuk mengatasi permasalahan di atas.
Pendidikan memiliki peran dalam menjawab tantangan globalisasi, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut, serta terbukanya
persaingan ekonomi, utamanya terkait dengan tenaga kerja. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran yang penting dalam menciptakan kualitas
sumber daya manusia yang memiliki daya saing yang tinggi untuk menghadapi kondisi tersebut. Berdasarkan buku Garis-Garis Besar Haluan
Negara GBHN ketetapan MPR RI No IVMPR73 diketahui bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup Sutari, 1989: 29. Pendidikan diharapkan mampu
menciptakan orang-orang yang berpendidikan. Achmad Dardiri 2013: 4 menyatakan bahwa orang yang berpendidikan merupakan orang yang
mampu mengombinasikan keahlian dalam beberapa keterampilan termasuk kemampuan sosial dengan kebaikan karakter dan penilaian yang bijak.
6 Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, tentu saja tidak lepas dari
permasalahan. Mulai dari rendahnya kualitas pendidikan, pemerataan pendidikan, efektifitas dan efisiensi pendidikan, dan relevansi pendidikan
yang belum dapat diselesaikan secara tuntas. Masing-masing permasalahan tersebut akan memiliki dampak negatif untuk peningkatkan kualitas sumber
daya manusia SDM Indonesia. Salah satu permasalahan yang belum dapat diselesaikan secara tuntas adalah rendahnya relevansi pendidikan di
Indonesia. Riskamayanti 2012 menyampaikan bahwa masalah relevansi pendidikan yaitu masalah yang berhubungan dengan kesesuaian atas
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh lulusan suatu sekolah dengan kebutuhan masyarakat kebutuhan tenaga kerja. Hal ini
tidak terjadi maka dampak yang ditimbulkan atas ketidaksesuaian tersebut, atau biasa disebut dampak tidak relevannya pendidikan, yaitu:
1. Bagi perusahaan-perusahaan, setelah melakukan rekruitmen masih
harus mengeluarkan anggaran untuk pendidikan atau pelatihan bagi calon karyawannya, karena mereka dinilai belum memiliki
keterampilan kerja seperti yang diharapkan. 2.
Bagi jenjang pendidikan selanjutnya, banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang tidak siap secara kemampuan kognitif dan
teknikal untuk melanjutkan ke satuan pendidikan selanjutnya. 3.
Banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan tidak siap
untuk bekerja.
7 4.
Jumlah angka pengangguran yang semakin meningkat di Indonesia. Sebagai upaya untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan atas
tidak relevansinya pendidikan di Indonesia, serta sebagai upaya untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia, dan untuk menyiapkan
tenaga kerja yang siap kerja, maka pemerintah memutuskan untuk menciptakan Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Sekolah Menengah
Kejuruan merupakan jenjang pendidikan yang setara dengan Sekolah Menengah Atas SMA dengan menekankan pada kompetensi yang dimiliki
oleh siswa. Sekolah Menengah Kejuruan SMK memiliki beberapa rumpun, antara lain Bisnis dan manajemen, Pariwisata, Teknologi
Komputer dan Jaringan, dan banyak lainnya. Yang kemudian dari rumpun- rumpun di atas memiliki Program Keahlian masing-masing. Menurut Ace
Suryadi, di Indonesia memiliki kebijakan perluasan SMK yang cukup bervariasi dari menteri satu dengan menteri yang selanjutnya. Pada tahun
1990-an sampai tahun 2003, kebijakan perluasan pendidikan menengah kejuruan menganut teori vocational school fallacy karena Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan saat itu tidak memiliki pandangan untuk memperluas SMK, namun lebih memandang penting peningkatan relevansi
SMK dengan dunia kerja yang dibutuhkan. Tahun 2005 mulai muncul kebijakan dari Kementerian Pendidikan
Nasional Mendiknas terkait dengan perluasan jumlah SMK dan mengonstankan jumlah SMA Sekolah Menengah Atas dengan tujuan
untuk memperbesar proporsi SMK lebih besar daripada SMA. Hal ini
8 dimaksudkan agar jumlah siswa SMK semakin besar dan SMA semakin
menurun, sehingga pada tahun 2015 ini proporsi SMA dan SMK yaitu 30:70. Kebijakan ini didasarkan pada asusmsi bahwa lulusan SMK mampu
mengembangkan kecakpaan dan keterampilan kerja lulusannya, sedangkan SMA dirancang sebagai program untuk pendidikan akademis yang
dirancang agar lulusannya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, terkait dengan jumlah pengangguran di Indonesia berdasarkan pendidikan tertinggi yang pernah
ditamatkan, diketahui bahwa dari tahun 2013 ke 2014 jumlah pengangguran di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu dari 1.258.201 menjadi
1.332.521 pada bulan Agustus pada masing-masing tahun. Jumlah ini juga memberikan sumbangan 18,39 dari jumlah pengangguran keseluruhan.
Pemberitaan yang dilansir oleh viva.co.id yang diterbitkan pada kamis, 5 November 2015, diketahui bahwa
Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS, Razali Ritonga, menyampaikan bahwa alasan
banyaknya pengangguran dari tingkat SMK adalah karena minimnya kemampuan mereka untuk pindah ke sektor lain yang tidak sesuai dengan
keahliannya., dengan kata lain lulusan SMK memiliki kompetensi keahlian yang terbatas dan sulit beradaptasi dengan lingkungan atau sektor kerja
yang baru dan berbeda dengan kompetensi keahlian mereka. Lulusan pendidikan yang seharusnya menjadi modal dan motor penggerak
pembangunan, ternyata sebaliknya menjadi beban pembangunan.
9 Potensi dan kebutuhan masing-masing wilayah seharusnya menjadi
dasar acuan pengembangan program keahlian di SMK. Sesuai dengan tujuan pendidikan SMK, yaitu membekali peserta didik dengan
keterampilan tertentu untuk memasuki dunia kerjadunia usaha, maka pengembangan SMK harus selalu mengacu pada kebutuhan pasar kerja.
Namun pengembangan SMK bukan sekedar pada memperbesar jumlah unit SMK dan jumlah siswa, tetapi bagaimana keberadaan SMK jika dikaitkan
dengan potensi wilayah daerah. Sudah menjadi masalah klasik bagi dunia pendidikan SMK di Indonesia pada umumnya, bahwa link and match antara
output pendidikan SMK dengan dunia usahadunia industri DUDI sebagai pengguna output pendidikan SMK belum tercapai. Diantara kebutuhan
tersebut, kebutuhan atau tuntutan dunia kerjausahaindustri, dirasakan amat mendesak, maka prioritas
“link and match” diberikan pada pemenuhan kebutuhan dunia. Salah satu masalahnya terletak pada kualitas lulusan SMK
yang belum sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan pasar tenaga kerja.
Pekerjaan yang dilakukan oleh lulusan dari SMK saat ini pun belum tentu sesuai relevan dengan Program Keahlian yang dulu diambil ketika
menempuh pendidikan SMK. Banyak sekali terjadi bahwa lulusan dengan keahlian akuntansi misalnya, mendapat pekerjaan sebagai buruh pabrik
elektronik, atau bahwa menjadi buruh pabrik salah satu produk makanan, sedangkan pekerjaan yang sesuai atau yang relevan dengan Program
Keahlian Akuntansi antara lain adalah teknisi akuntansi pelaksana,
10 pelaksana lembaga keuangan perbankan, pelaksana lembaga keuangan
bukan bank, dan lain sebagainya. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian terkait dengan
daya serap dan relevansi SMK, khususnya Program Keahlian akuntasi, yang dikenal sebagai Program Keahlian yang memiliki banyak peminat, dan
hampir seluruh SMK di Ngawi memiliki Program Keahlian tersebut, dengan lapangan pekerjaan yang disediakan.
Melihat pada analisis kebutuhan maka dapat dianalisis bahwa penduduk Kabupaten Ngawi sebagian besar bergantung pada pertanian,
dengan semakin majunya jaman yang ada, maka yang dibutuhkan oleh masyarakat Ngawi atau kabupaten Ngawi pada umumnya adalah lulusan
dibidang teknologi pangan, atau teknologi pertanian. Namun Program Keahlian yang memiliki banyak peminat adalah Program Keahlian
akuntansi, TKJ, Pemasaran dan sebagainya. Program Keahlian akuntansi merupakan Program Keahlian yang bisa dikatakan paling awal berdiri dan
memiliki peminat yang tinggi dari dahulu hingga sekarang. Akuntansi secara umum merupakan ilmu untuk menghitung keuangan dari sebuah
instansi. Kompetensi lulusan yang telah menempuh pendidikan di program keahlian akuntansi memiliki kemampuan untuk memproses dokumen yang
berkaitan dengan keuangan, mulai dari kas kecil, dokumen kas bank, entry jurnal, mengelola buku besar, neraca, laporan keuangan, serta dapat
mengoperasikan aplikasi program pengolah angka seperti Ms. Excel dan aplikasi komputer akuntansi seperti MYOB. Seperti yang telah disampaikan
11 di atas, program keahlian akuntansi seharusnya bekerja di bidang keuangan
kelembagaan secara formal, misalnya teknisi akuntansi pelaksana, pelaksana lembaga keuangan perbankan, pelaksana lembaga keuangan
bukan bank, dan lain sebagainya. Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan SMK yang terdapat di
Kabupaten Ngawi yang memiliki program keahlian akuntansi sebagai program keahlian yang memiliki banyak peminat adalah Sekolah Menengah
Kejuruan SMK Negeri 1 Ngawi. Sebagai salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang bisa dikatakan favorit di Kabupaten Ngawi, sekolah ini
beralamat di Jalan Teuku Umar No. 10, Ngawi, Jawa Timur. Terletak tepat di pusat Kabupaten Ngawi, sebelah timur berbatasan dengan Kantor Bupati
Ngawi, Sebelah Selatan berbatasan dengan Alun-Alun Kota Ngawi, sebelah Uojiptara berbatasan dengan SMP Negeri 1 Ngawi, serta sebelah barat
berbatasan dengan jln. Ronggowarsito, sekolah ini bisa dikatakan sangat strategis.SMK Negeri 1 Ngawi telah memiliki Bursa Kerja Khusus BKK
untuk menyalurkan lulusannya pada dunia kerja. Bursa Kerja Khusus ini telah memiliki banyak jaringan dengan berbagai perusahaan dan industri
baik ditingkat Kabupaten, tingkat provinsi, nasional maupun internasional, sehingga beberapa lulusan dari sekolah lain pun banyak yang mengikuti
program dari BKK SMK Negeri 1 Ngawi ini. Keberadaan Bursa Kerja Khusus BKK di SMK Negeri 1 Ngawi ini
memberikan jaminan kepada lulusan untuk dapat memperoleh pekerjaan setelah siswa tersebut dinyatakan lulus. Fakta yang terdapat di lapangan
12 tetap terdapat lulusan yang belum bekerja sesuai dengan bidang
keahliannya. Seperti yang telah dicontohkah sebelumnya, lulusan program keahlian akuntansi bekerja di pabrik salah satu makanan instan. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan untuk menggali dan memberikan informasi terkait dengan relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi Program Keahlian
Akuntansi terhadap lapangan pekerjaan, serta untuk mengetahui bagaimana daya serap dan tingkat relevansi pendidikan, khususnya lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan SMK, dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, serta sebagai upaya untuk menggali bagaimana langkah strategis yang
dilakukan oleh pihak sekolah untuk menjaga dan meningkatkan relevansi lulusan, utamanya program keahlian Akuntansi. Peneliti, dalam penelitian
ini, melakukan pembatasan pada Program Keahlian Akuntasi, rumpun Bisnis Manajemen dan lapangan pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah
instansi-instansi yang memiliki jobdesk sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh siswa lulusan program keahlian akuntansi. Penelitian ini juga
mengungkap faktor pendukung dan faktor penghambat apa saja yang dihadapi oleh sekolah, SMK Negeri 1 Ngawi, dalam menjaga dan
meningkatkan relevansi lulusannya dengan dunia kerja yang tersedia.
13
B. Identifikasi Masalah