Pelaksanaan Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan
55
melestarikan lingkungan, karena awal dari kelompok ini berkat juara lomba kebersihan lingkungan di Kabupaten.”
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa tujuan program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajian adalah untuk membekali anggota
dan non anggota tetapi warga padukuhan Gowok untuk bisa mandiri dan menambah pendapatan dengan kpemanfaatan sampah.
Pernyataan itu diperkuat oleh “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea,
“tujuan dari pelatihan disini itu untuk memberikan keterampilan kepada anggota supaya ada pengalaman membuat barangnya dan
untuk dilanjutkan sendiri biar dapet penghasilan tambahan mbak.”
Pernytaan di atas dipertegas oleh “TR” selaku bendahara kelompok Azalea,
“banyak yang mengikuti pas pelatihan mbak. Apalagi dulu pas awal kelompok Azalea terbentuk, banyak yang mau datang. Tapi sekarang
berkurang karena ada yang memilih membuat sendiri dirumah terus dijual, ada juga yang membuat dasaran, seperti dasaran tas misalnya
yaitu sudah dianyam bentuk tas tapi kurang diberi dalaman, resleting, tali, nanti disetorkan ke Azalea untuk finishing dan dijual disini.”
Perencanaan tujuan dalam program pemberdayaan perempuan memang langkah awal untuk memulai program melalui identifikasi
kebutuhan yang melibatkan seluruh anggota kelompok Azalea, pengurus kelompok Azalea, pengurus Bank Sampah, maupun masyarakat sekitar
sehingga dapat menjalankan program dengan tepat.
56
3 Penentuan materi program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan
kerajinan Kelompok Azalea memiliki program pemberdayaan perempuan
melalui pelatihan kerajinan. Materi yang ada di program tersebut ialah pelatihan kerajinan yang memanfaatkan sampah dari Bank Sampah
Gowok. Pelatihan kerajinan pemanfaatan sampah tersebut meliputi cara mempersiapkan bahan, menggunakan alat, memproduksi, dan pemasaran.
Program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan ini menggunakan teori metode dan praktik secara langsung. Teori program
pemberdayaan perempuan ini meliputi tanya jawab materi yang akan dilakukan sehingga dapat diketahui kendala apa saja yang ada, dan akan
diberikan solusi yang kemudian menjadi proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea,
“sebelum melakukan program pelatihan di kelompok Azalea kami ada diskusi dulu tentang bagaimana nanti pelaksanaan program ini.
Biasanya yang menjadi kendala besar adalah waktu untuk kesepakatan berkumpul mbak, kalau menjahit biasanya semua ibu-ibu bisa. Terus
kalau ada program yang menganyam kami latihan dulu bersama-sama dan melihat mana yang paling bagus hasilnya nanti ditiru. Ya maklum
mbak tidak ada tutor yang mengajari, kalau nyewa tutor mahal mbak biayanya. Jadi kami berlatih sendiri.”
Pernyataan itu diperkuat oleh “DT” selaku ketua kelompok Azalea, “untuk mengawali program pelatihan biasanya saya membawa
beberapa materi dari searching di internet mbak. Nanti kami mendiskusikan apa saja kendala dalam program tersebut dan mencari
solusinya. Jadi program yang akan dilaksanakan di share dulu ke seluruh anggota yang hadir dan dimintai pendapat tentang program
itu. Sehingga anggota menjadi antusias karena itu program pilihannya.”
57
Hal tersebut dipertegas oleh “SR” selaku anggota kelompok Azalea “sebelumnya para anggota yang hadir diberikan pilihan beberapa hasil
yang dibawa bu Dukuh, tapi yang lain juga ada mbak yang bawa. Trus milih yang mana yang cocok dan disepakati bareng-bareng.”
Pernyataan di atas dapat menyimpulkan bahwa tidak sebatas pengurus atau ketua saja yang menentukan materi program pemberdayaan
perempuan di kelompok Azalea, tetapi seluruh anggota yang ada dimintai pendapat, kendala yang akan dihadapi dan solusinya. Sehingga menjadikan
antusias anggota untuk menjalankan materi program juga semakin meningkat.
4 Pengadaan sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana dalam program pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea merupakan hal yang penting untuk dipersiapkan. Sarana
dan prasana tersebut adalah peralatan dan perlengkapan untuk menjalankan program. Peralatan yang digunakan dalam pelatihan
kerajinan berasal dari milik kelompok Azalea, sedangkan perlengkapan yaitu sampah yang digunakan dari Bank Sampah. Seperti yang
diungkapkan “DP” selaku ketua Bank Sampah, “sampah yang dimanfaatkan di Azalea disetorkan ke Bank Sampah
dulu untuk ditimbang dan dimasukkan ke buku tabungan. Tapi ada juga yang secara sukarela memberi langsung. Sampah tersebut
kebayakan sudah dipilih jenisnya, sedotan sama sedotan, bungkus kopi, dan macem-mecem bungkus plastik itulah mbak.”
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea,
“untuk peralatan dikelompok Azalea semua milik kelompok. Ada mesin tiga mesin jahit, dan pelatanan penunjang lain. Untuk bahan
58
pemanfaatan sampah kami peroleh dari Bank Sampah dan ada juga sukarela warga dikasih ke kelompok. Bahan itu nantinya masih dicuci
semua dan dipilih sesuai jenisnya, ada kemasan susu, kopi, sedotan, dan masih banyak lagi merknya mbak.”
Dipertegas juga oleh “DT” sebagai ketua kelompok Azalea, “bahan yang kami gunakan untuk pelatihan kerajinan ini berasal dari
Bank Sampah mbak. Ada yang menabung, jadi ditimbang dulu, ada juga yang memang niat untuk memberikan ke kelompok Azalea
supaya digunakan untuk bahan kerajinan. Semua bahan tadi dicuci rame-rame dan dikeringkan lagi. Untuk alatnya semua saya kira sudah
lengkap disini, tapi untuk tali, resleting, dan sebagainya yang bahan baru bukan dari sampah kami beli dari uang kas yang didapat dari
hasil penjualan sebelumnya.”
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasaran di kelompok Azalea untuk program pemberdayaan melalui
pelatihan kerajinan memang hak milik kelompok semua. Pemanfaatan sampah didapatkan habahannya dari Bank Sampah yang sumbernya dari
warga Gowok yang memang menabung ataupun secara sukarela memberi untuk dijadikan produk kerajinan. Tetapi untuk bahan aru yang bukan
pemanfaatan sampah, seperti tali, resleting, kancing, dan sebagainya dibeli dari uang kas kelompok Azalea yang diperoleh dari hasil menjual produk
kerajinan sebelumnya. 5
Sumber Pendanaan Sumber pendanaan dalam perencanaan program pemberdayaan
perempuan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi berjalannya program. Sumber dana yang ada di kelompok Azalea berasal
dari berbagai sumber, ada yang dari swadaya anggota, hasil penjualan
59
produk sebelumnya, dan bantuan pemerintah. Seperti yang diungkapkan “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea,
“sumber dana untuk pelaksanaan program kami tidak memerlukan terlalu banyak mbak. Karena peralatan sudah tersedia dari bantuan
pemerintah. Tapi untuk membeli bahan yang baru seperti resleting, benang, dan sebagainya kami butuh dana. Biasanya kami ambil dari
hasil penjualan barang dan kadang-kadang iuran anggota untuk membeli bahan tersebut.”
Pernyataan tersebut dipertegas oleh “DT” selaku ketua kelompok Azalea,
“pendanaan yang ada di kelompok Azalea paling banyak sumbernya dari bantuan pemerintah. Untuk bangunan, mesin-mesin, dan peralatan
kami peroleh dari bantuan yang mengajukan proposal terlebih dahulu. Ada juga yang mendapat dari program pemerintah pusat di Jakarta dan
kami yang terpilih mendapat bantuan. Alhamdulillah mbak untuk peralatan sudah tercukupi. Tapi untuk bahan ada yang perlu dibeli dan
mengambil uang kas. Bahan baku sudah jelas dari Bank Sampah.”
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan “TR” selaku bendahara kelompok Azalea,
“sumber pendanaan dari berbagai sumber mbak. Misalnya dapat bantuan peralatan dari pemerintah pusat dari Jakarta mesin jahit yang
besar. Dari Bank Sampah juga ada, berupa bahan sampah keringnya untuk kerajinan. dari swadana anggota juga ada yang dulu pertama
kali belum ada uang kas di Azalea. Uang kas itu dapat dari hasil penjualan mbak. Biasanya untuk membeli aksesoris tambahan untuk
barang kerajinannya.”
Program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan memang tidak memerlukan biaya besar dalam produksinya, tetapi ada
biaya yang harus direncanakan supaya program berjalan lancar. Kelompok Azalea memenuhi kebutuhan pendanaannya dari uang kas dan bantuan
dari pemerintah. Untuk pertama kalinya melaksanakan program
60
pemberdayaan perempuan, kelompok Azalea melakukan iuran pada anggota kelompoknya.
6 Perencanaan evaluasi
Evaluasi merupakan alat pengukur keberhasilan program dengan menggunakan standar keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya.
Melalui evaluasi dapat diperoleh informasi keberhasilan program telah dicapai sejauh mana. Dalam kelompok Azalea evaluasi dilakukan dengan
cara berdiskusi dan melihat hasil pelatihan kerajinan yang telah dibuat. Setelah pelatihan selesei, hasil dari pelatihan tersebut diaplikasikan ke
kegiatan produksi yang kebanyakan dilakukan dirumah anggota. Seperti pernyataan “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea,
“kalau sebelum pelaksanaan program kalau buat evaluasi nantinya kami mengamati dulu kira apa kekurangan dari pelatihan tersebut.
Terus diskusi apa yang dikeluhkan. Nanti dipikirkan lagi program yang akan dijalankan banyak positif atau negatifnya.”
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan “DT” selaku ketua kelompok Azalea,
“kalau mengevaluasi program yang masih direncanakan kami selalu melakukannya mbak. Karena itu menentukan program nantinya kan.
Jadi bener-bener diperhatikan lebih banyak manfaat atau kekurangannya. Memang itu sangat diperlukan mbak sebelum
menjalankan program.”
Pernyataan lain diungkapkan oleh “TR” selaku bendahara kelompok Azalea,
“kalau evaluasi yang sangat formal kami tidak ada mbak. Adanya seperti ngobrol, tanya jawab kendala selama pelatihan, dan saling
memberikan solusinya. Kami disini menjalankan program dengan sangat santai, tidak ada istilah kegiatan atau suatu tindakan yang
61
sangat formal yang dilakukan. Semua berjalan dengan santai. Tetapi program yang akan dijalankan harus disepakati bersama dulu setelah
dievaluasi tadi.”
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Kegiatan evaluasi perencanaan program selalu dilakukan karena kepentingannya
untuk keberlanjutan program. Anggota dan pengurus berdiskusi bagaimana kelebihan dan kekurangan dari perencanaan program tersebut. Kalu sudah
sepakat baru program dijalankan. b.
Pelaksanaan Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Kerajinan Berdasarkan identifikasi kebutuhan yang telah dilakukan, dapat
diketahui beberapa program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan yang dilaksanakan kelompok Azalea sebagai berikut :
1 Pelatihan membuat tas dari sampah bungkus kopi
2 Pelatihan membuat tikar anyam dari sampah sedotan
3 Pelatihan membuat sandal dari sampah bungkus minuman energi
4 Pelatihan membuat bunga dari sampah sedotan
5 Pelatihan membuat bantal dari sampah kemasan plastik
6 Pelatihan membuat celengan dari sampah kaleng
7 Pelatihan membuat hiasan dinding dari sampah kemasan makanan
dan minuman 8
Pelatihan cara pendirian Bank Sampah dan kelompok pemanfaatan sampah dari PPEJ
9 Pelatihan memanfaatkan sampah dari PKLH
10 Mengikuti penilaian piala adipura di Kabupaten Sleman
62
11 Studi banding ke Bank Sampah dan kelompok pemanfaatan
sampah daerah lain 12
Pameran kelompok pemanfaatan sampah di Kab. Sleman 13
Pameran pada saat penerimaan kunjungan dari pemerintah Bali di Kabupaten Sleman
14 Lomba antar Bank Sampah se DIY
Program di atas merupakan program yang telah dilaksanakan oleh kelompok Azalea dalam program pemberdayaan perempuan melalui
pelatihan kerajianan. 1
Alokasi Waktu Pelatihan Alokasi waktu program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan
kerajinan di kelompok Azalea kurang terkoordinir atau tidak sesuai jadwal. Waktu untuk pelatihan tidak menentu karena kendala kesibukan anggota
yang akhirnya berjalan sesuai kesepakatan. Hal tersebut diungkapkan oleh “DT” selaku ketua kelompok Azalea,
“untuk masalah waktu pelatihan disini memang selalu menyesuaikan ibu-ibu senggang mbak. Karena ibu-ibu juga banyak yang bekerja.
Seperti saya juga harus antar jemput anak sekolah, mbak Tining jaga laundry, dan macem-macem. Jadi alokasi waktunya sangat
menyesuaikan untuk pelatihannya. Karena gini mbak, biasanya pas produksi kalau ada yang tidak paham caranya akan mengganggu yang
lain. Jadi menyita waktu juga.”
Pernyataan tersebut dipertegas oleh “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea,
“yang paling susah ya waktu untuk berkumpul itu mbak. Saya biasanya yang sms ibu-ibu. Nanti pasti ada yang bisa dan ada yang
tidak. Tapi biasanya menunggu janjian kapan bisa kapan kumpul semua. Kalau banyak yang engga hadir nanti repot kedepannya kalau
engga ikut dari awal.”
63
Hal tersebut juga diungkapkan oleh “SR” selaku anggota Azalea, “kami biasa di sms dulu mbak kalau mau ada program pelatihan, tanya
kapan ada waktu dan bisa ngumpul di Azalea. Selain itu juga biasanya kalau yang ini bisa, lainnya ada acara, kalau seperti itu kami tetap
harus mengupayakan semua hadir untuk pelatihan. Selain itu biasanya pas pelatihan yang ikut selain anggota juga ada, jadi ikut pelatihannya
untuk membuat sendiri. Itu memang sudah biasa disini.”
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa alokasi waktu di kelompok Azalea sangat menyesuaikan, dengan tujuan seluruh anggota
bisa berkumpul untuk mengikuti program pelatihan yang akan diajarkan. Sehingga pada saat produksi seluruh anggota tidak memiliki kendala yang
berarti untuk kedepannya. 2
Materi Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Kerajinan Materi di kelompok Azalea pada program pemberdayaan perempuan
melalui pelatihan kerajinan sangat fleksibel sesuai kebutuhan, menyesuaikan bahan yang sudah terkumpul, dan keinginan kelompok.
Materi yang disampaikan sesuai ide-ide yang didapat yang melewati tahap-tahap sebelumnya sampai disetujui oleh seluruh kelompok. Selain
materi dari ide-ide yang didapat, ketua kelompok juga menyampaikan beberapa ilmu yang didapat dari mengikuti pelatihan-pelatihan yang
diaadakan PKLH, PPEJ, PU, dan juga lomba-lomba yang diikuti untuk menambah pengetahuan kelompok.
Seperti yang disampaikan “DT” selaku ketua kelompok Azalea, “saya biasanya menyampaikan materi yang saya dapat dari manapun
yang menyangkut masalah pemanfaatan sampah dan sebagainya. Selain anggota yang lain juga bisa menyampaikan materi yang
64
didapat. Kalau materi pelatihan sebagian besar dari ide-ide pribadi yang didapat dari segala sumber untuk diproduksi.”
Pernyataan tersebut dipertegas oleh “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea,
“saat pelatihan kerajinan yang baru, kami mengawali dengan pemberian materi paling tidak untuk memotivasi anggota. Setelah itu
baru melaksanakan pelatihan yang telah disesuaikan kebutuhan dan sudah disetujui oleh seluruh anggota. Jadi kami melakukannya dengan
senang dan semangat.”
Hal serupa diungkapkan juga oleh “TR” selaku bendahara kelompok Azalea,
“materi yang disampaikan adalah yang sudah disepakati bersama. Materi bisa ditambah hasil pengetahuan masing-masing bisa dari
mana saja yang didapat untuk dibagikan ke anggota yang lain yang bermanfaat untuk kelompok Azalea mbak.”
Pemberian materi pada program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerjinan di kelompok Azalea bukan sekedar melatih membuat
barang kerajinan, tetapi membantu mereka yang kekurangan modal pengalaman kerja dan menambah ilmu pengetahuan yang nantinya
menjadi bekal usaha baru. Dari situlah kelompok Azalea menerima selain anggotanya untuk ikut pelatihan dan belajar bersama di kelompok untuk
memanfaatakan sampah. Selain untuk modal usaha, pemanfaatan sampah juga merupakan bukti
cinta kebersihan lingkungan. Jadi semakin banyak yang mengikuti kegiatan pemanfaatan sampah, semakin besar pula kebersihan lingkungan
yang didapat.
65
Berdasarkan uraian di atas, materi yang disampaikan selain ilmu dari yang didapat selama pelatihan-pelatihan yang diikuti dan dari lomba-
lomba melainkan sebagian besar dari ide-ide anggota yang didapat dari berbagai sumber.
Berikut salah satu materi yang pernah dilaksanakan kelompok Azalea: Langkah awal mengolah sampah plastik menjadi kerajinan adalah
adalah memisahkan sampah kering dan sampah basah. Selanjutnya sampah kering seperti bungkus minuman ringan seperti kopi, susu dan mi instan
dibersihkan. Setelah itu plastik-plastik yang telah dicuci dan dikeringkan dipotong-potong seperti pola barang kerajinan yang akan dibuat. Pola
dibuat sesuai dengan kreasi dan barang yang diinginkan, yaitu kerajinan tangan yang berupa tas. Langkah- langkah yang dapat di tempuh adalah :
1. Tas plastik bekas yang sudah tidak terpakai dikumpulkan lalu dicuci
bersih. 2.
Kelompokkan plastik-plastik tersebut menurut warnanya, biasanya ada hitam, putih, merah, biru, dsb. Bisa juga dipisahkan menurut ukuran
serta ketebalannya, sehingga bisa lebih seragam. 3.
Potong melintang dengan ukuran 15 cm x 40 cm. Ukuran ini bisa diatur sesuai jenis produk yang ingin dihasilkan.
4. Tentukan warna motif yang akan dibuat. Jika menginginkan tas motif
merah hitam, maka plastik warna itu saja yang digunakan.
66
5. Kaitkan potongan-potongan tersebut sehingga membentuk anyaman.
Setelah saling terikat lalu disimpulkan membentuk segi empat. Begitu seterusnya sampai membentuk lembaran.
6. Setelah membentuk lembaran, barulah dipotongdibentuk lagi sesuai
keinginan. 7.
Langkah selanjutnya adalah menjahit sesuai dengan pola tersebut. Cara membuat tas dari pemanfaatan sampah pembungkus plastik
tersebut merupakan materi yang telah dilaksanakan di kelompok Azalea. Materi tersebut didapat dari anggota kelompok Azaea yang
mendapat dari searching di internet dan dimintakan pendapat ke kelompok dan akhirnya diproduksi.
3 Evaluasi Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Kerajinan
Evaluasi merupakan alat pengukur keberhasilan program dengan menggunakan standar keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya.
Melalui evaluasi dapat diperoleh informasi keberhasilan program telah dicapai sejauh mana. Kelompok Azalea mengadakan evaluasi setelah
pelatihan dilaksanakan. Kegunaan evaluasi tersebut adalah untu mengetahui keberhasilan dalam pelatihan dan memberi solusi untuk
kendala yang dihadapi. Seperti pernyataan “TR” selaku bendahara kelompok Azalea,
“basanya setelah pelatihan bersama kami tanya jawab yang juga sebagai evaluasi dari pelatihan mbak. Tanya jawabnya mengenai
kendala saat membuat barang kerajinan apa saja dan nanti saling memberi solusi. Selain itu kami juga menilai barang kerajinan dari
pelatihan yang sudah jadi, apakah bisa dimodifikasi lebih baik lagi atau ada cara membuat yang lebih efisien lainnya dan sebagainya.”
67
Hal tersebut diungkapkan juga oleh “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea,
“evaluasi yang ada dikelompok ini sangat sederhana, dengan tanya jawab dan pemberian solusi kami menilai keberhasilan pelatihannya
mbak. Ya namanya ibu-ibu, sukanya sambil ngobrol kegiatannya. Nanti setelah tanya jawab baru solusi terus ada ide apa saja tentang
pelatihan tersebut supaya lebih baik bisa diungkapkan seluruh anggota.”
Pernyataan diatas dipertegas oleh “GM” selaku anggota kelompok Azalea,
“kalau evaluasi ada mbak. Biasanya ditanya bu Dukuh apa kendalanya. Terus ngobrol selama pelatihan apa yang dialami, ada
kendala apa tidak. Terus saling memberi masukan supaya lebih baik.”
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa evaluasi di kelompok Azalea dalam pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan
dilaksanakan sangat sederhana dengan kegiatan tanya jawab, pemberian solusi, dan menyampaikan ide. Jadi keberhasilan program dapat diketahui
melalui kegiatan tersebut.