Pelaksanaan Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan

55 melestarikan lingkungan, karena awal dari kelompok ini berkat juara lomba kebersihan lingkungan di Kabupaten.” Pernyataan di atas menjelaskan bahwa tujuan program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajian adalah untuk membekali anggota dan non anggota tetapi warga padukuhan Gowok untuk bisa mandiri dan menambah pendapatan dengan kpemanfaatan sampah. Pernyataan itu diperkuat oleh “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea, “tujuan dari pelatihan disini itu untuk memberikan keterampilan kepada anggota supaya ada pengalaman membuat barangnya dan untuk dilanjutkan sendiri biar dapet penghasilan tambahan mbak.” Pernytaan di atas dipertegas oleh “TR” selaku bendahara kelompok Azalea, “banyak yang mengikuti pas pelatihan mbak. Apalagi dulu pas awal kelompok Azalea terbentuk, banyak yang mau datang. Tapi sekarang berkurang karena ada yang memilih membuat sendiri dirumah terus dijual, ada juga yang membuat dasaran, seperti dasaran tas misalnya yaitu sudah dianyam bentuk tas tapi kurang diberi dalaman, resleting, tali, nanti disetorkan ke Azalea untuk finishing dan dijual disini.” Perencanaan tujuan dalam program pemberdayaan perempuan memang langkah awal untuk memulai program melalui identifikasi kebutuhan yang melibatkan seluruh anggota kelompok Azalea, pengurus kelompok Azalea, pengurus Bank Sampah, maupun masyarakat sekitar sehingga dapat menjalankan program dengan tepat. 56 3 Penentuan materi program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan Kelompok Azalea memiliki program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan. Materi yang ada di program tersebut ialah pelatihan kerajinan yang memanfaatkan sampah dari Bank Sampah Gowok. Pelatihan kerajinan pemanfaatan sampah tersebut meliputi cara mempersiapkan bahan, menggunakan alat, memproduksi, dan pemasaran. Program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan ini menggunakan teori metode dan praktik secara langsung. Teori program pemberdayaan perempuan ini meliputi tanya jawab materi yang akan dilakukan sehingga dapat diketahui kendala apa saja yang ada, dan akan diberikan solusi yang kemudian menjadi proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea, “sebelum melakukan program pelatihan di kelompok Azalea kami ada diskusi dulu tentang bagaimana nanti pelaksanaan program ini. Biasanya yang menjadi kendala besar adalah waktu untuk kesepakatan berkumpul mbak, kalau menjahit biasanya semua ibu-ibu bisa. Terus kalau ada program yang menganyam kami latihan dulu bersama-sama dan melihat mana yang paling bagus hasilnya nanti ditiru. Ya maklum mbak tidak ada tutor yang mengajari, kalau nyewa tutor mahal mbak biayanya. Jadi kami berlatih sendiri.” Pernyataan itu diperkuat oleh “DT” selaku ketua kelompok Azalea, “untuk mengawali program pelatihan biasanya saya membawa beberapa materi dari searching di internet mbak. Nanti kami mendiskusikan apa saja kendala dalam program tersebut dan mencari solusinya. Jadi program yang akan dilaksanakan di share dulu ke seluruh anggota yang hadir dan dimintai pendapat tentang program itu. Sehingga anggota menjadi antusias karena itu program pilihannya.” 57 Hal tersebut dipertegas oleh “SR” selaku anggota kelompok Azalea “sebelumnya para anggota yang hadir diberikan pilihan beberapa hasil yang dibawa bu Dukuh, tapi yang lain juga ada mbak yang bawa. Trus milih yang mana yang cocok dan disepakati bareng-bareng.” Pernyataan di atas dapat menyimpulkan bahwa tidak sebatas pengurus atau ketua saja yang menentukan materi program pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea, tetapi seluruh anggota yang ada dimintai pendapat, kendala yang akan dihadapi dan solusinya. Sehingga menjadikan antusias anggota untuk menjalankan materi program juga semakin meningkat. 4 Pengadaan sarana dan prasarana Sarana dan prasarana dalam program pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea merupakan hal yang penting untuk dipersiapkan. Sarana dan prasana tersebut adalah peralatan dan perlengkapan untuk menjalankan program. Peralatan yang digunakan dalam pelatihan kerajinan berasal dari milik kelompok Azalea, sedangkan perlengkapan yaitu sampah yang digunakan dari Bank Sampah. Seperti yang diungkapkan “DP” selaku ketua Bank Sampah, “sampah yang dimanfaatkan di Azalea disetorkan ke Bank Sampah dulu untuk ditimbang dan dimasukkan ke buku tabungan. Tapi ada juga yang secara sukarela memberi langsung. Sampah tersebut kebayakan sudah dipilih jenisnya, sedotan sama sedotan, bungkus kopi, dan macem-mecem bungkus plastik itulah mbak.” Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea, “untuk peralatan dikelompok Azalea semua milik kelompok. Ada mesin tiga mesin jahit, dan pelatanan penunjang lain. Untuk bahan 58 pemanfaatan sampah kami peroleh dari Bank Sampah dan ada juga sukarela warga dikasih ke kelompok. Bahan itu nantinya masih dicuci semua dan dipilih sesuai jenisnya, ada kemasan susu, kopi, sedotan, dan masih banyak lagi merknya mbak.” Dipertegas juga oleh “DT” sebagai ketua kelompok Azalea, “bahan yang kami gunakan untuk pelatihan kerajinan ini berasal dari Bank Sampah mbak. Ada yang menabung, jadi ditimbang dulu, ada juga yang memang niat untuk memberikan ke kelompok Azalea supaya digunakan untuk bahan kerajinan. Semua bahan tadi dicuci rame-rame dan dikeringkan lagi. Untuk alatnya semua saya kira sudah lengkap disini, tapi untuk tali, resleting, dan sebagainya yang bahan baru bukan dari sampah kami beli dari uang kas yang didapat dari hasil penjualan sebelumnya.” Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasaran di kelompok Azalea untuk program pemberdayaan melalui pelatihan kerajinan memang hak milik kelompok semua. Pemanfaatan sampah didapatkan habahannya dari Bank Sampah yang sumbernya dari warga Gowok yang memang menabung ataupun secara sukarela memberi untuk dijadikan produk kerajinan. Tetapi untuk bahan aru yang bukan pemanfaatan sampah, seperti tali, resleting, kancing, dan sebagainya dibeli dari uang kas kelompok Azalea yang diperoleh dari hasil menjual produk kerajinan sebelumnya. 5 Sumber Pendanaan Sumber pendanaan dalam perencanaan program pemberdayaan perempuan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi berjalannya program. Sumber dana yang ada di kelompok Azalea berasal dari berbagai sumber, ada yang dari swadaya anggota, hasil penjualan 59 produk sebelumnya, dan bantuan pemerintah. Seperti yang diungkapkan “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea, “sumber dana untuk pelaksanaan program kami tidak memerlukan terlalu banyak mbak. Karena peralatan sudah tersedia dari bantuan pemerintah. Tapi untuk membeli bahan yang baru seperti resleting, benang, dan sebagainya kami butuh dana. Biasanya kami ambil dari hasil penjualan barang dan kadang-kadang iuran anggota untuk membeli bahan tersebut.” Pernyataan tersebut dipertegas oleh “DT” selaku ketua kelompok Azalea, “pendanaan yang ada di kelompok Azalea paling banyak sumbernya dari bantuan pemerintah. Untuk bangunan, mesin-mesin, dan peralatan kami peroleh dari bantuan yang mengajukan proposal terlebih dahulu. Ada juga yang mendapat dari program pemerintah pusat di Jakarta dan kami yang terpilih mendapat bantuan. Alhamdulillah mbak untuk peralatan sudah tercukupi. Tapi untuk bahan ada yang perlu dibeli dan mengambil uang kas. Bahan baku sudah jelas dari Bank Sampah.” Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan “TR” selaku bendahara kelompok Azalea, “sumber pendanaan dari berbagai sumber mbak. Misalnya dapat bantuan peralatan dari pemerintah pusat dari Jakarta mesin jahit yang besar. Dari Bank Sampah juga ada, berupa bahan sampah keringnya untuk kerajinan. dari swadana anggota juga ada yang dulu pertama kali belum ada uang kas di Azalea. Uang kas itu dapat dari hasil penjualan mbak. Biasanya untuk membeli aksesoris tambahan untuk barang kerajinannya.” Program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan memang tidak memerlukan biaya besar dalam produksinya, tetapi ada biaya yang harus direncanakan supaya program berjalan lancar. Kelompok Azalea memenuhi kebutuhan pendanaannya dari uang kas dan bantuan dari pemerintah. Untuk pertama kalinya melaksanakan program 60 pemberdayaan perempuan, kelompok Azalea melakukan iuran pada anggota kelompoknya. 6 Perencanaan evaluasi Evaluasi merupakan alat pengukur keberhasilan program dengan menggunakan standar keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya. Melalui evaluasi dapat diperoleh informasi keberhasilan program telah dicapai sejauh mana. Dalam kelompok Azalea evaluasi dilakukan dengan cara berdiskusi dan melihat hasil pelatihan kerajinan yang telah dibuat. Setelah pelatihan selesei, hasil dari pelatihan tersebut diaplikasikan ke kegiatan produksi yang kebanyakan dilakukan dirumah anggota. Seperti pernyataan “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea, “kalau sebelum pelaksanaan program kalau buat evaluasi nantinya kami mengamati dulu kira apa kekurangan dari pelatihan tersebut. Terus diskusi apa yang dikeluhkan. Nanti dipikirkan lagi program yang akan dijalankan banyak positif atau negatifnya.” Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan “DT” selaku ketua kelompok Azalea, “kalau mengevaluasi program yang masih direncanakan kami selalu melakukannya mbak. Karena itu menentukan program nantinya kan. Jadi bener-bener diperhatikan lebih banyak manfaat atau kekurangannya. Memang itu sangat diperlukan mbak sebelum menjalankan program.” Pernyataan lain diungkapkan oleh “TR” selaku bendahara kelompok Azalea, “kalau evaluasi yang sangat formal kami tidak ada mbak. Adanya seperti ngobrol, tanya jawab kendala selama pelatihan, dan saling memberikan solusinya. Kami disini menjalankan program dengan sangat santai, tidak ada istilah kegiatan atau suatu tindakan yang 61 sangat formal yang dilakukan. Semua berjalan dengan santai. Tetapi program yang akan dijalankan harus disepakati bersama dulu setelah dievaluasi tadi.” Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Kegiatan evaluasi perencanaan program selalu dilakukan karena kepentingannya untuk keberlanjutan program. Anggota dan pengurus berdiskusi bagaimana kelebihan dan kekurangan dari perencanaan program tersebut. Kalu sudah sepakat baru program dijalankan. b. Pelaksanaan Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Kerajinan Berdasarkan identifikasi kebutuhan yang telah dilakukan, dapat diketahui beberapa program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan yang dilaksanakan kelompok Azalea sebagai berikut : 1 Pelatihan membuat tas dari sampah bungkus kopi 2 Pelatihan membuat tikar anyam dari sampah sedotan 3 Pelatihan membuat sandal dari sampah bungkus minuman energi 4 Pelatihan membuat bunga dari sampah sedotan 5 Pelatihan membuat bantal dari sampah kemasan plastik 6 Pelatihan membuat celengan dari sampah kaleng 7 Pelatihan membuat hiasan dinding dari sampah kemasan makanan dan minuman 8 Pelatihan cara pendirian Bank Sampah dan kelompok pemanfaatan sampah dari PPEJ 9 Pelatihan memanfaatkan sampah dari PKLH 10 Mengikuti penilaian piala adipura di Kabupaten Sleman 62 11 Studi banding ke Bank Sampah dan kelompok pemanfaatan sampah daerah lain 12 Pameran kelompok pemanfaatan sampah di Kab. Sleman 13 Pameran pada saat penerimaan kunjungan dari pemerintah Bali di Kabupaten Sleman 14 Lomba antar Bank Sampah se DIY Program di atas merupakan program yang telah dilaksanakan oleh kelompok Azalea dalam program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajianan. 1 Alokasi Waktu Pelatihan Alokasi waktu program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan di kelompok Azalea kurang terkoordinir atau tidak sesuai jadwal. Waktu untuk pelatihan tidak menentu karena kendala kesibukan anggota yang akhirnya berjalan sesuai kesepakatan. Hal tersebut diungkapkan oleh “DT” selaku ketua kelompok Azalea, “untuk masalah waktu pelatihan disini memang selalu menyesuaikan ibu-ibu senggang mbak. Karena ibu-ibu juga banyak yang bekerja. Seperti saya juga harus antar jemput anak sekolah, mbak Tining jaga laundry, dan macem-macem. Jadi alokasi waktunya sangat menyesuaikan untuk pelatihannya. Karena gini mbak, biasanya pas produksi kalau ada yang tidak paham caranya akan mengganggu yang lain. Jadi menyita waktu juga.” Pernyataan tersebut dipertegas oleh “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea, “yang paling susah ya waktu untuk berkumpul itu mbak. Saya biasanya yang sms ibu-ibu. Nanti pasti ada yang bisa dan ada yang tidak. Tapi biasanya menunggu janjian kapan bisa kapan kumpul semua. Kalau banyak yang engga hadir nanti repot kedepannya kalau engga ikut dari awal.” 63 Hal tersebut juga diungkapkan oleh “SR” selaku anggota Azalea, “kami biasa di sms dulu mbak kalau mau ada program pelatihan, tanya kapan ada waktu dan bisa ngumpul di Azalea. Selain itu juga biasanya kalau yang ini bisa, lainnya ada acara, kalau seperti itu kami tetap harus mengupayakan semua hadir untuk pelatihan. Selain itu biasanya pas pelatihan yang ikut selain anggota juga ada, jadi ikut pelatihannya untuk membuat sendiri. Itu memang sudah biasa disini.” Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa alokasi waktu di kelompok Azalea sangat menyesuaikan, dengan tujuan seluruh anggota bisa berkumpul untuk mengikuti program pelatihan yang akan diajarkan. Sehingga pada saat produksi seluruh anggota tidak memiliki kendala yang berarti untuk kedepannya. 2 Materi Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Kerajinan Materi di kelompok Azalea pada program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan sangat fleksibel sesuai kebutuhan, menyesuaikan bahan yang sudah terkumpul, dan keinginan kelompok. Materi yang disampaikan sesuai ide-ide yang didapat yang melewati tahap-tahap sebelumnya sampai disetujui oleh seluruh kelompok. Selain materi dari ide-ide yang didapat, ketua kelompok juga menyampaikan beberapa ilmu yang didapat dari mengikuti pelatihan-pelatihan yang diaadakan PKLH, PPEJ, PU, dan juga lomba-lomba yang diikuti untuk menambah pengetahuan kelompok. Seperti yang disampaikan “DT” selaku ketua kelompok Azalea, “saya biasanya menyampaikan materi yang saya dapat dari manapun yang menyangkut masalah pemanfaatan sampah dan sebagainya. Selain anggota yang lain juga bisa menyampaikan materi yang 64 didapat. Kalau materi pelatihan sebagian besar dari ide-ide pribadi yang didapat dari segala sumber untuk diproduksi.” Pernyataan tersebut dipertegas oleh “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea, “saat pelatihan kerajinan yang baru, kami mengawali dengan pemberian materi paling tidak untuk memotivasi anggota. Setelah itu baru melaksanakan pelatihan yang telah disesuaikan kebutuhan dan sudah disetujui oleh seluruh anggota. Jadi kami melakukannya dengan senang dan semangat.” Hal serupa diungkapkan juga oleh “TR” selaku bendahara kelompok Azalea, “materi yang disampaikan adalah yang sudah disepakati bersama. Materi bisa ditambah hasil pengetahuan masing-masing bisa dari mana saja yang didapat untuk dibagikan ke anggota yang lain yang bermanfaat untuk kelompok Azalea mbak.” Pemberian materi pada program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerjinan di kelompok Azalea bukan sekedar melatih membuat barang kerajinan, tetapi membantu mereka yang kekurangan modal pengalaman kerja dan menambah ilmu pengetahuan yang nantinya menjadi bekal usaha baru. Dari situlah kelompok Azalea menerima selain anggotanya untuk ikut pelatihan dan belajar bersama di kelompok untuk memanfaatakan sampah. Selain untuk modal usaha, pemanfaatan sampah juga merupakan bukti cinta kebersihan lingkungan. Jadi semakin banyak yang mengikuti kegiatan pemanfaatan sampah, semakin besar pula kebersihan lingkungan yang didapat. 65 Berdasarkan uraian di atas, materi yang disampaikan selain ilmu dari yang didapat selama pelatihan-pelatihan yang diikuti dan dari lomba- lomba melainkan sebagian besar dari ide-ide anggota yang didapat dari berbagai sumber. Berikut salah satu materi yang pernah dilaksanakan kelompok Azalea: Langkah awal mengolah sampah plastik menjadi kerajinan adalah adalah memisahkan sampah kering dan sampah basah. Selanjutnya sampah kering seperti bungkus minuman ringan seperti kopi, susu dan mi instan dibersihkan. Setelah itu plastik-plastik yang telah dicuci dan dikeringkan dipotong-potong seperti pola barang kerajinan yang akan dibuat. Pola dibuat sesuai dengan kreasi dan barang yang diinginkan, yaitu kerajinan tangan yang berupa tas. Langkah- langkah yang dapat di tempuh adalah : 1. Tas plastik bekas yang sudah tidak terpakai dikumpulkan lalu dicuci bersih. 2. Kelompokkan plastik-plastik tersebut menurut warnanya, biasanya ada hitam, putih, merah, biru, dsb. Bisa juga dipisahkan menurut ukuran serta ketebalannya, sehingga bisa lebih seragam. 3. Potong melintang dengan ukuran 15 cm x 40 cm. Ukuran ini bisa diatur sesuai jenis produk yang ingin dihasilkan. 4. Tentukan warna motif yang akan dibuat. Jika menginginkan tas motif merah hitam, maka plastik warna itu saja yang digunakan. 66 5. Kaitkan potongan-potongan tersebut sehingga membentuk anyaman. Setelah saling terikat lalu disimpulkan membentuk segi empat. Begitu seterusnya sampai membentuk lembaran. 6. Setelah membentuk lembaran, barulah dipotongdibentuk lagi sesuai keinginan. 7. Langkah selanjutnya adalah menjahit sesuai dengan pola tersebut. Cara membuat tas dari pemanfaatan sampah pembungkus plastik tersebut merupakan materi yang telah dilaksanakan di kelompok Azalea. Materi tersebut didapat dari anggota kelompok Azaea yang mendapat dari searching di internet dan dimintakan pendapat ke kelompok dan akhirnya diproduksi. 3 Evaluasi Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Kerajinan Evaluasi merupakan alat pengukur keberhasilan program dengan menggunakan standar keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya. Melalui evaluasi dapat diperoleh informasi keberhasilan program telah dicapai sejauh mana. Kelompok Azalea mengadakan evaluasi setelah pelatihan dilaksanakan. Kegunaan evaluasi tersebut adalah untu mengetahui keberhasilan dalam pelatihan dan memberi solusi untuk kendala yang dihadapi. Seperti pernyataan “TR” selaku bendahara kelompok Azalea, “basanya setelah pelatihan bersama kami tanya jawab yang juga sebagai evaluasi dari pelatihan mbak. Tanya jawabnya mengenai kendala saat membuat barang kerajinan apa saja dan nanti saling memberi solusi. Selain itu kami juga menilai barang kerajinan dari pelatihan yang sudah jadi, apakah bisa dimodifikasi lebih baik lagi atau ada cara membuat yang lebih efisien lainnya dan sebagainya.” 67 Hal tersebut diungkapkan juga oleh “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea, “evaluasi yang ada dikelompok ini sangat sederhana, dengan tanya jawab dan pemberian solusi kami menilai keberhasilan pelatihannya mbak. Ya namanya ibu-ibu, sukanya sambil ngobrol kegiatannya. Nanti setelah tanya jawab baru solusi terus ada ide apa saja tentang pelatihan tersebut supaya lebih baik bisa diungkapkan seluruh anggota.” Pernyataan diatas dipertegas oleh “GM” selaku anggota kelompok Azalea, “kalau evaluasi ada mbak. Biasanya ditanya bu Dukuh apa kendalanya. Terus ngobrol selama pelatihan apa yang dialami, ada kendala apa tidak. Terus saling memberi masukan supaya lebih baik.” Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa evaluasi di kelompok Azalea dalam pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan dilaksanakan sangat sederhana dengan kegiatan tanya jawab, pemberian solusi, dan menyampaikan ide. Jadi keberhasilan program dapat diketahui melalui kegiatan tersebut.

3. Hasil Yang Dicapai Dari Program Pemberdayaan Perempuan Melalui

Pelatihan Kerajinan Kelompok Azalea memiliki harapan pada setiap program yang dijalankan. Harapan tersebut adalah seluruh program memiliki rmanfaat bagi seluruh anggota kelompok Azalea. Hasil yang dicapai dengan sempurna dalam setiap program juga merupakan harapan dari kelompok Azalea. Pencapaian dari program tersebut merupakan bagian dari tujuan program pemberdayaan perempuan yang ada di kelompok Azalea. Selain 68 hal tersebut, tujuan program pemberdayaan di kelompok Azalea melalui pelatihan kerajian adalah terciptanya perempuan yang terampil, sejahtera, dan mandiri. Hasil dari program pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea sebenarnya bukan hanya produk kerajinan yang dihasilkan dari pelatihan. Hasil yang diinginkan adalah penambahan ilmu bagi anggota untuk modal keterampilan yang bisa diaplikasikan sebagai modal berwirausaha yang nantinya dapat mewujudkan kaum pereempuan yang mandiri, berdaya, dan dapat menaikkan taraf hidup dengan menambah pendapatan ekonomi bagi keluarganya. Namun hasil dari program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan di kelompok Azalea adalah barang kerajinan. Pelatihan kerajinan di kelompok Azalea yang telah dilaksanakan dan sudah ada hasil yaitu produk dari pelatihan tersebut adalah : 1 tas dari sampah bungkus kopi 2 tikar anyam dari sampah sedotan 3 sandal dari sampah bungkus minuman energi 4 bunga dari sampah sedotan 5 bantal dari sampah kemasan plastik 6 celengan dari sampah kaleng 7 hiasan dinding dari sampah kemasan makanan dan minuman Seperti yang diungkapkan oleh “DT” selaku ketua kelompok Azalea, “hasil dari pelatihan memang berupa produk, tapi tujuan sebenarnya adalah membekali anggota dengan keterampilan yang didapat dari pelatihan supaya menjadi bekal berwirausaha mereka mbak. Dengan 69 begitu anggota dapat memiliki modal usaha untuk menambah penghasilannya.” Hal tersebut diungkapkan juga oleh “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea, “hasil dari program ini ya barang kerajinan itu mbak. Ada tas, sandal, bantal, dan barang-barang yang ada disini. Itu semua hasil dari pelatihan. Sebenarnya keinginan program ini adalah menambah bekal berwirausaha anggotanya supaya menambah pendapatannya untuk menghidupi keluarga mbak.” Sesuai pernyataan di atas diketahui bahwa program pelatihan kerajinan di kelompok Azalea memiliki banyak manfaat bagi anggota kelompok. Manfaat tersebut mulai dari ilmu tentang pemanfaatan sampah, cara memasarkan barang, pengalaman baru, dan modal keterampilan untuk berwirausaha yang menambah pendapatan ekonomi dengan produk-produk pemanfaatan sampah. Produk kerajinan dari kelompok Azalea tersebut banyak diminati masyarakat bahkan ada yang sampai memesan barang untuk souvenir, tetapi tidak disanggupi kelompok karena pertimbangan tenaga dan kemampuan membuat untuk produksi. Hasil dari pelatihan tersebut kebanyakan dijual dipameran yang diikuti dan banyak barang laku terjual. Untuk masyarakat sekitar biasanya membeli barang yang harganya ekonomis. Dengan hal tersebut terbukti barang hasil pelatihan kerajinan kelompok Azalea dengan pemanfaatan sampah tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Produk hasil kerajinan kelompok Azalea mampu menarik minat masyarakat untuk memakainya tanpa rasa malu karena terbuat dari sampah. 70 Seperti pernyataan “DT” selaku ketua kelompok Azalea, “saya tidak pernah malu untuk memakai hasil produk pemanfaatan sampah mbak. Seperti lebaran kemarin saya memakai tas dari bungkus kopi yang saya buat sendiri dirumah, dengan seperti itu saya mengharap warga tertarik untuk mengikuti. Selain saya, ibu-ibu anggota kelompok Azalea juga banyak yang memakai hasil pelatihannya, ada yang memakai tikarnya, tas, dan macem-macem itulah yang pernah diajarkan.” Hal lain yang bersangkutan dengan pernyataan di atas disampaikan oleh “TA” selaku sekretaris kelompok, “hasil pelatihan pemanfaatan sampah dari kelompok seperti tas, aksesoris, dan sebagainya anggota biasa memakainya mbak. Membuatnya sendiri dirumah. Nanti sebagian ada yang dijual juga. Diacara-acara yang diikuti kami selalu memakainya. Suatu kebanggaan dapat memakai hasil karya sendiri. Sampai-sampai kemarin ada yang memesan tatakan gelas untuk souvenir tetapi ditolak karena banyak hal.” Berdasarkan pernyataan di atas disimpulkan bahwa produk pelatihan berhasil menarik minat masyarakat. Hasil tersebut tidak lepas dari usaha anggota kelompok untuk terus menggalakkan pemanfaatan sampah sebagai wujud pelestarian lingkungan dan hasil pemberdayaan perempuan yang anggota terima. Selain usaha tersebut, anggota kelompok Azalea juga bangga dengan hasil pelatihannya yang didapat, selain dalam anggota kelompok, pelatihan kerajinan tersebut juga membantu warga Gowok menambah pendapatan dengan membuka lapangan pekerjaannya sendiri. Hal tersebut dibuktikan dengan ada warga Gowok yang pernah ikut pelatihan dan sekarang memiliki usaha kerajinan dari pemanfaatan sampah sendiri dirumah dan dijual ke rekan-rekannya. Hal tersebut diungkapkan oleh “SR” selaku anggota kelompok Azalea, 71 “ada warga sini yang pernah ikut pelatihan di kelompok Azalea, dia seorang pekerja swasta yang termasuk warga kurang mampu. Sekarang dia sudah bisa menambah pemasukannya dengan membuat tas dari sampah bungkus makanan dan minuman. Hasilnya dijual ke teman kerjanya mbak. Selain warga tersebut, ada juga ibu RT yang disebelah sana juga membuat kerajinan pemanfaatan sampah dan dijual dirumahnya.” Pernyataan tersebut dipertegas oleh “TA” selaku sekretaris kelompok, “saat pelatihan memang kadang-kadang ada yang ikut diluar anggota kelompok Azalea mbak, dan kami memperblehkannya. Karena pelatihannya juga didapat dari ide anggota dan diajarkan sendiri jadi bebas siapa yang mau ikut. Tetapi untuk kelanjutannya setelah pelatihan seperti saat produksi dan pemasaran dan seterusnya hanya anggota yang dilibatkan. Kami senang ada yang bisa membuka usaha dari pelatihan disini, jadi kami tambah yakin hasil pelatihan disini sangat bermanfaat untuk kedepannya.” Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa pelatihan kerajinan pemanfaatan sampah memang layak untuk dijadikan usaha. Terbukti dengan anggota dan beberapa warga Gowok yang telah membuka lapangan pekerjannya sendiri melalui usaha dari kerajinan dari pemanfaatan sampah. Dari hal tersebut dapat diartikan ada pendapatan yang menjanjikan yang didapat dari menjual barang kerajianan. Sehingga anggota kelompok dapat menambah pemasukan dari modal keterampilan yang didapat dari pelatihan di kelompok Azalea seperti pernyataan “TR” selaku bendahara kelompok Azalea, “saya sebagai anggota kelompok Azalea yang juga ibu rumah tangga sangat terbantu dengan hasil pelatihan pemanfaatan sampah ini mbak. Saya yang biasanya cuma antar jemput anak sekolah, bersih-bersih rumah, dan sebagainya, sekarang dapat membantu suami untuk menambah pemasukan sehari-hari. Saya biasa membuat tas yang memang paling diminati, celengan, dan bunga dari sedotan. Bahannya saya kumpulkan sendiri. Nanti kadang-kadang hasil saya juga saya setorkan ke Azalea dan dijual disana.”