PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PELATIHAN KERAJINAN OLEH KELOMPOK AZALEA DI BANK SAMPAH GOWOK KELURAHAN CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN.

(1)

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PELATIHAN KERAJINAN OLEH KELOMPOK AZALEA DI BANK SAMPAH GOWOK

KELURAHAN CATURTUNGGAL DEPOK SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ika Kartika Wijaya NIM 11102241036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PELATIHAN KERAJINAN OLEH KELOMPOK AZALEA DI BANK SAMPAH GOWOK

KELURAHAN CATURTUNGGAL DEPOK SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ika Kartika Wijaya NIM 11102241036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

MOTTO

Membersihkan lingkungan hari ini, menghirup udara segar hari esok (Penulis)

Dunia ini adalah sebuah tempat yang berbahaya untuk didiami, bukan karena orang-orang yang jahat, taetapi karena orang-orang yang tidak perduli


(7)

PERSEMBAHAN

Atas karunia Allah Subhanahuwata’ala Saya persembahkan karya tulis ini kepada:

1. Ibu bapak tercinta, terimakasih atas doa dan segala pengorbanan yang telah diberikan

2. Agama, Nusa, dan Bangsa


(8)

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PELATIHAN KERAJINAN OLEH KELOMPOK AZALEA DI BANK SAMPAH GOWOK

KELURAHAN CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN Oleh

Ika Kartika Wijaya NIM 11102241036

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan kelompok Azalea di Bank Sampah Gowok. (2) Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan kelompok Azalea di Bank Sampah Gowok. (3) Mendeskripsikan hasil yang dicapai dari pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan kelompok Azalea di Bank Sampah Gowok.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pengurus dan anggota kelompok Azalea, pengurus Bank Sampah, dan tokoh masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian dengan dibantu pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) pelaksanaan program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan di kelompok Azalea meliputi beberapa tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (2) hasil yang dicapai meliputi penambahan modal usaha melalui penambahan keterampilan melalui pelatihan dan barang hasil kerajinan dari pemanfaatan sampah. (3) faktor pendukung meliputi dukungan dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Faktor penghambat meliputi waktu yang belum optimal untuk melaksanakan pelatihan dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjalankan peralatan yang belum dikuasai dan tenaga profesional sebagai tutor pelatihan.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kependidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas sehingga studi saya menjadi lancar.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah UNY yang telah memberikan kelancaran dalam penyusunan ini.

3. Ibu Dra. Widyaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing saya.

4. Bapak Dr. Sujarwo, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang telah berkenan membimbing saya.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Luar sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

6. Pengurus Kelompok Azalea dan Bank Sampah Gowok atas izin dan bantuan untuk penelitian.

7. Segenap anggota Kelompok Azalea, Bank Sampah Gowok, dan tokoh masyarakat di padukuhan Gowok yang telah membentu dalam pengambilan


(10)

(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL... .. i

HALAMAN PERSETUJUAN... .... ii

HALAMAN PERNYATAAN... ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO... ... v

PERSEMBAHAN... ... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... .. viii

DAFTAR ISI... . x

DAFTAR TABEL... .. xiii

DAFTAR GAMBAR... .. xiv

DAFTAR LAMPIRAN... .. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka... ... 10

1. Kajian Tentang Pemberdayaan... 10

a. Pengertian pemberdayaan... 10

b. Pengertian pemberdayaan masyarakat ... 12

c. Pengertian pemberdayaan perempuan ... 14

2. Kajian tentang pelatihan... ... 16

a. Pengertian pelatihan... ... 16


(12)

3. Kajian tentang bank sampah ... 20

a. Pengertian bank sampah... 20

b. pendirian bank sampah... 21

c. Pengembangan bank sampah... 22

B. Penelitian yang relevan... 24

C. Kerangka Berfikir... 27

D. Pertanyaan Penelitian... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan penelitian ... 31

B. Setting dan Waktu Penelitian... ... 31

C. Sumber Data Penelitian ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Teknik Analisis Data... 37

G. Keabsahan Data... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi kelompok Azalea... 42

1. Profil kelompok Azalea... ... 43

2. Visi dan misi kelompok Azalea... ... 44

3. Susunan kepengurusan kelompok Azalea... ... 45

4. Program di kelompok Azalea... ... 46

5. Sarana dan prasarana kelompok Azalea... ... 48

B.Data hasil penelitian... ... 49

1. Latar belakang kelompok Azalea... ... 49

2. Pelaksanaan program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan... ... 51

3. Hasil yang dicapai dari pemberdayaan perempuan melalui Pelatihan kerajinan... 67

4. Faktor pendukung dan penghambat dalam program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan... 73

C.Pembahasan... ... 77 1. Pelaksanaan pemberdayaan perempuan melalui


(13)

pelatihan kerajinan... ... 77

2. Hasil yang dicapai dari pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan... ... 83

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan... ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... ... 87

B.Saran... ... 89

DAFTAR PUSTAKA... .. 90


(14)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Teknik pengumpulan data...36

Tabel 2. Kepengurusan kelompok Azalea...45

Tabel 3. Program pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea...46


(15)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka berpikir...29 Gambar 2. Komponen-komponen analisis data...40 Gambar 3. Gedung Bank Sampah Gowok dan tempat pelatihan

Kelompok Azalea...131 Gambar 4. Kegiatan pelatihan kerajinan tangan di Kelompok Azalea...131 Gambar 5. Salah satu proses pemasaran hasil produksi pelatihan kerajinan

tangan pemanfaatan sampah Kelompok Azalea...132 Gambar 6. Bahan untuk pelatihan kerajinan tangan pemanfaatan sampah

dari kemasan plastik bekas di Kelompok Azalea...132 Gambar 7. Peralatan Kelompok Azalea...133 Gambar 8. Sedotan bekas untuk bahan pelatihan kerajinan tangan di

Kelompok Azalea...133 Gambar 9. Tas hasil produksi pelatihan kerajinan tangan pemanfaatan

sampah di Kelompok Azalea...134 Gambar 10. Bantal plastik hasil produksi pelatihan kerajinan tangan

pemanfaatan sampah di Kelompok Azalea...134 Gambar 11. Kotak kado hasil produksi pelatihan kerajinan tangan

pemanfaatan sampah di Kelompok Azalea...135 Gambar 12. Tikar hasil produksi pelatihan kerajinan tangan pemanfaatan

sampah di Kelompok Azalea...135 Gambar 13. Hiasan dinding hasil produksi pelatihan kerajinan

tangan pemanfaatan sampah di Kelompok Azalea...136 Gambar 14. Bunga hiasan meja hasil produksi pelatihan kerajinan

tangan pemanfaatan sampah di Kelompok Azalea...136 Gambar 15. Bandana hasil produksi pelatihan kerajinan tangan


(16)

pemanfaatan sampah di Kelompok Azalea...137 Gambar 17. Sandal hasil produksi pelatihan kerajinan tangan pemanfaatan

sampah di Kelompok Azalea...138 Gambar 18. Tempat pelatihan dan kios tampak depan kelompok Azalea...138 Gambar 19. Foto bersama pengurus dan angota kelompok Azalea...139


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman observasi...92

Lampiran 2. Pedoman dokumentasi...93

Lampiran 3. Pedoman wawancara pengurus Azalea...94

Lampiran 4. Pedoman wawancara anggota Azalea...98

Lampiran 5. Pedoman wawancara pengurus Bank Sampah Gowok...101

Lampiran 6. Pedoman wawancara tokoh masyarakat Padukuhan Gowok...103

Lampiran 7. Catatan lapangan...105

Lampiran 8. Analisis data...112

Lampiran 9. Foto dokumentasi...131


(18)

BAB I PENDAHUUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2012 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki jumlah penduduk 3.514.762 orang yang tersebar di 4 Kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Sleman, Gunung Kidul, Bantul, Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta. Kabupaten Sleman merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi DIY yang memiliki jumlah penduduk yang besar, yaitu jumlah penduduk tercatat sebanyak 1.125.369 jiwa. Penduduk laki-laki berjumlah 559.302 jiwa (49,70%) dan perempuan 566.067 jiwa (50,30%). Beranjak dari data BPS tersebut dapat dinyatakan bahwa di Kabupaten Sleman jumlah penduduk perempuan lebih besar daripada laki-laki, akan tetapi kaum perempuan di Kabupaten Sleman masih banyak yang belum memiliki pekerjaan. Kendala tersebut dapat diatasi dengan pemberdayaan perempuan untuk membantu kaum perempuan memiliki pekerjaan yang sekaligus memberi andil pada pembangunan daerah karena sesuai pada salah satu misi Kabupaten Sleman.

Sesuai penjelasan di atas, dalam salah satu misi Kabupaten Sleman berisi tentang pemberdayaan perempuan yang memiliki peran sebagai faktor penting dalam pembangunan daerah. Dikutip dari www.Slemankab.go.id misi yang dimaksud adalah “Meningkatkan pemberdayaan dan peran perempuan di segala bidang” yang memiliki arti:

Misi ini merupakan peningkatan intensitas perhatian terhadap permasalahan kesenjangan peran perempuan dalam pembangunan.


(19)

Langkah untuk memberdayakan dan meningkatkan perlindungan serta meningkatkan peran perempuan dilakukan melalui peningkatan akses di segala bidang: ekonomi, politik, sosial, budaya sehingga diharapkan perempuan dapat berkiprah di sektor domestik dan di sektor publik. Pemberdayaan perempuan menurut penjelasan di atas memiliki peran penting dalam pembangunan daerah. Pembangunan daerah melalui pemberdayaan perempuan merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat. Menurut Moh. Ali Aziz, dkk (2005: 136) pemberdayaan masyarakat adalah:

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses di mana masyarakat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses ke sumber daya pembangunan, didorong untuk meningkatkan kemandiriannya di dalam mengembangkan perikehidupan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan proses siklus terus-menerus, proses partisipatif di mana anggota masyarakat bekerja sama dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta berusaha mencapai tujuan bersama. Jadi, pemberdayaan masyarakat lebih merupakan suatu proses.

Berbeda pada kenyataannya yang masih dijumpai bahwa status perempuan dan peranan perempuan dalam masyarakat masih bersifat subordinasi (yaitu suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain), dan belum sebagai mitra sejajar dengan laki-laki. Hal tersebut sesuai pernyataan PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) DIY tentang subordinasi perempuan yaitu pandangan gender ternyata dapat menimbulkan subordinasi terhadap perempuan. Ada anggapan bahwa perempuan itu irasional dan emosional sehingga tidak dapat memimpin dan oleh karena itu harus ditempatkan pada posisi yang tidak penting.

Kekerasan terhadap perempuan meningkat secara kuantitas, baik yang terjadi diwilayah publik maupun domestik. Dibuktikan dari data kekerasan


(20)

terhadap perempuan dan anak website www.gugustugastrafficking.org dari Forum Penanganan Korban Kekerasan Perempuan dan Anak (FPK2PA) Provinsi DIY, tahun 2009 terdapat 1.345 kasus kekerasan yang telah ditangani Forum PK2PA; kekerasan fisik yang paling tinggi mencapai 32%, disusul kekerasan seksual 30,7%, psikis 29,2%, penelantaran 5,6%, traficking, 0,5% dan pada tahun 2010 terdapat 1.305 kasus, dari sejumlah kasus tersebut yang paling menonjol adalah kekerasan fisik mencapai 35,5%, disusul kekerasan psikis 26,8%, dan kekerasan seksual yang mencapai 20,9%, sedangkan kasus penelantaran 10,5% dan 0,9% kasus eksploitasi. Dari data jumlah kasus kekerasan yang ditangani tersebut misalnya, dapat memberikan gambaran bahwa kasus kekerasan berbasis rumah tangga masih banyak terjadi, dan menjadi keharusan untuk terus melaksanakan kegiatan pencegahan baik dalam bentuk pendidikan, sosialisasi maupun pendampingan kepada masyarakat.

Kasus kekerasan menurut website www.slemankab.go.id yang terjadi pada tahun 2009 baik yang ditangani Polres Sleman (125 kasus) maupun Rekso Dyah Utami di DIY (124 kasus) yang 40%nya berasal dari Sleman, mengacu pada hal tersebut bentuk tanggungjawab dan langkah nyata dalam penanganan permasalahan perempuanan anak pemerintah membentuk Pengembangan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak ( P2TP2A ). Mengingat di Pemkab Sleman secara kelembagaan telah terdapat berbagai institusi yang memiliki tanggungjawab yang kewenangan dalam penanganan permasalahan anak dan perempuan. Bahkan di Unit


(21)

Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan di 17 kecamatan juga telah dilengkapi psikolog.

Perempuan merupakan bagian masyarakat yang sebagian keberadaannya masih bersifat subordinatif. Mengacu pada hal tersebut dalam pemberdayaan masyarakat ada beberapa program yang sesuai dengan permasalahan kaum perempuan dapat saling memberi kepercayaan dengan kaum laki-laki yaitu adalah Bank Sampah. Bank Sampah menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 13 Tahun 2012 adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang yang memiliki nilai ekonomi. Bank sampah dapat memiliki beberapa program didalamnya yang melibatkan kaum laki-laki dan perempuan dengan fungsi masing-masing. Sehingga dapat terciptanya penyangkalan sifat subordinatif yang menjadi permasalahan.

Bank Sampah di Kabupaten Sleman menurut website resmi pemerintah Kabupaten Sleman www.Slemankab.go.id hingga saat ini memiliki Bank Sampah ada 29 yang tersebar di Kabupaten Sleman. Dari 29 Bank Sampah tersebut ada Bank Sampah yang memiliki kelebihan dalam prestasi dan pengelolaan yang sudah terstruktur. Bank Sampah Gowok adalah salah satu dari Bank Sampah tersebut yang memiliki berbagai prestasi dan pengelolaannya yang terstruktur. Prestasi Bank Sampah Gowok salah satunya memiliki andil besar dalam pemberdayaan masyarakat dan perempuan di lingkungan masyarakat Gowok. Bank Sampah Gowok memiliki andil besar dalam pemberdayaan perempuan, karena sebagai tempat pemasok sampah sebagai bahan utama dalam kerajinan yang dijalankan dalam kelompok


(22)

Azalea. Kelompok Azalea merupakan kelompok pemanfaatan sampah di Padukuhan Gowok. Kelompok Azalea beranggotakan kaum perempuan di Padukuhan Gowok yang pada umumnya adalah ibu-ibu. Kelompok Azalea melaksanakan pelatihan seminggu dua kali, yautu pada hari selasa dan kamis pukul 16.00 WIB sampai selesei. Dalam pertemuan pelatihan tersebut berjalan secara santai dan tetap terarah pada pelatihan formal pada umumnya. Setiap pertemuan pelatihan dapat menghasilkan beberapa barang produksi kerajinan, tetapi jenis kerajinan yang dihasilkan sesuai dengan keputusan yang disepakati anggota dan pengurus yang kemudian dipelajari bersama. Hasil kerajinan di Kelompok Azalea berupa tas, tikar anyam, sandal, bunga, bantal, celengan, dan hiasan dinding.

Pengumpulan bahan untuk pelatihan kerajinan tersebut berasal dari Bank Sampah Gowok, sedangkan peralatan, perlengkapan, serta bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melengkapi produk kerajianan lainnya dibeli dari uang kas kelompok. Uang kas tersebut pertama kalinya didapat melalui iuran sukarela dari anggota. Tahap selanjutnya, uang kas Kelompok Azalea didapat dari hasil penjualan produk barang hasil pelatihan kerajinan pemanfaatan sampah yang sampai saat ini terus berjalan. Penjualan barang hasil kerajinan dilakukan setiap hari ditoko sekaligus tempat pelatihan dan ketika ada pameran atau acara kunjungan resmi dari luar daerah dan sebagainya. Hasil dari penjualan tidak dijadikan uang bayaran bagi anggota kelompok atau dibagi rata, tetapi hasil penjualan tersebut yang berupa uang disimpan dalam


(23)

bentuk uang kas untuk kelanjutan program pelatihan kerajinan di Kelompok Azalea.

Pemberdayaan perempuan menurut penjelasan di atas dapat membantu pembangunan pemerintah dan menambah wawasan kaum perempuan di berbagai bidang yang sering disebut-sebut sebagai salah satu landasan emansipasi perempuan. Selain hal tersebut, pemberdayaan perempuan di bidang pelatihan kerajinan ini juga mampu menambah pendapatan keluarga dengan modal keterampilan yang diberikan dan mengurangi dampak lingkungan dengan memanfaatkan sampah di lingkungannya.

B. Identifikasi Masalah

1. Masih banyaknya pengangguran di Kabupaten Sleman terutama kaum perempuan.

2. Penilaian masyarakat terhadap kaum perempuan yang masih bersifat subordinasi.

3. Belum optimalnya pemberdayaan perempuan sehingga mengurangi minat bekerja pada kaum perempuan di padukuhan Gowok.

4. Proses sosialisasi tentang Bank Sampah yang masih belum optimal. 5. Kurangnya sumber daya manusia dalam pelatihan yang berdampak pada

ketidak optimalan pelatihan di kelompok Azalea.

6. Sistem pemasaran barang hasil kerajinan pemanfaatan sampah yang masih menemui kendala.


(24)

C. Batasan Masalah

Adapun penelitian ini difokuskan pada masalah yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan oleh Kelompok Azalea di Bank Sampah Gowok kelurahan Catur tunggal Depok Sleman.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan di kelompok Azalea Bank Sampah Gowok.

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pelatihan dalam pemberdayaan perempuan kelompok Azalea di Bank Sampah Gowok.

3. Bagaimana hasil yang dicapai dari pelatihan untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan kelompok Azalea di Bank Sampah Gowok.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan oleh kelompok Azalea di Bank Sampah Gowok.

2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan oleh kelompok Azalea di Bank Sampah Gowok.


(25)

3. Mendeskripsikan hasil yang dicapai dari pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan oleh kelompok Azalea di Bank Sampah Gowok.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia Pendidikan Luar Sekolah khususnya mengenai Pemberdayaan Perempuan yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai acuan penelitian - penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis : a. Bagi mahasiswa

Menambah wawasan penulis mengenai wacana nilai pendidikan khususnya pendidikan Luar Sekolah dibidang Pemberdayaan Perempuan.

b. Bagi pemerintah

Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pemberdayaan perempuan yang ada di Indonesia sebagai solusi terhadap permasalahan yang ada.


(26)

c. Bagi masyarakat

Dapat menambah informasi tentang pemberdayaan perempuan dan dapat dijadikan acuan untuk program pemberdayaan perempuan melalui kerajinan selanjutnya.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kajian tentang pemberdayaan a. Pengertian pemberdayaan

Pemberdayaan menurut Ambar Teguh (2004: 77), secara etimologis berasal pada kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/ kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.

Definisi mengenai pemberdayaan begitu beragam, dengan kata lain banyak definisi mengenai pengertian pemberdayaan. Namun pada umumnya, pemberdayaan memiliki arti kekuasaan (power). Kekuasaan pada kamus besar bahasa Indonesia diartikan kuasa (untuk mengurus, memerintah, dsb), kemampuan orang atau golongan lain brdasarkan kewibawaan, wewenang, karisma, atau kekuasan fisik; fungsi menciptakan dan memantapkan kedamaian (keadilan) serta mencegah dan menindak ketidak damaian atau ketidak adilan.

Menurut Shardlow (1998: 32) dalam Roesmidi dan Riza Risyanti mengatakan “pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok atau pun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan


(28)

sesuai dengan keinginan mereka. Menurut Kindervatter dalam Anwar (2006: 77), pemberdayaan sebagai proses pemberian kekuatan atau daya dalam bentuk pendidikan yang bertujuan membangkitkan kesadaran, pengertian, dan kepekaan warga belajar terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan politik. Sehingga pada akhirnya memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat.

Memperkuat pernyataan di atas, Ambar Teguh (2004: 77) berpendapat bahwa proses pemberdayaan merujuk pada suatu tindakan nyata yang dilakukan secara bertahap untuk mengubah kondisi masyarakat yang lemah, baik knowledge, attitude, maupun practice (KAP) menuju pada penguasaan pengetahuan, sikap perilaku sadar dan kecakapan keterampilan yang baik. Dengan demikian, pemberdayaan memiliki banyak fungsi dalam masyarakat. Menurut Suparjan dan Hempri Suyatno (2003: 14).Pemberdayaan baik secara politis, ekonomi maupun sosial pada akhirnya menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk meningkatkan posisi tawar masyarakat, sehingga masyarakat akan mengalami kemampuan dan kapasitas dalam melawan dominasi dalam ketergantungan.

Beberapa ahli mengemukakan definisi pemberdayaan dari tujuan, proses dan cara pemberdayaan menurut Edi Suharto (2010: 58-59):

1) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995).

2) Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai


(29)

pengontrolan dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian, serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupan. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatian (Parsons, et.al., 1994)

3) Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui perubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987)

4) Pemberdayaan adalah suatu cara dengan nama rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport, 1984).

Tujuan pemberdayaan menurut Sumadiningrat (2000: 58) memberi “daya” bukanlah “kekuasaan”. Empowerment dalam khasanah barat lebih bernuansa “pemberian kekuasaan dan kekuatan” dari pada “pemberdayaan” itu sendiri. Barangkali istilah yang lebih tepat adalah “energize” atau “memberi energi”. Pemberdayaan adalah memberi energi agar yang bersangkutan mampu untuk bergerak secara mandiri. Demikian pula menurut Ambar Teguh (2010: 80) sesuai pernyataan Sumadiningrat lebih dijelaskan yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam pemberdayaan untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut.

b. Pengertian pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat menurut Moh. Ali Aziz, dkk. (2005:136) memiliki definisi merupakan suatu proses dimana masyarakat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses ke


(30)

sumber daya pembangunan, didorong untuk meningkatkan kemandiriannya di dalam mengembangkan perikehidupan mereka.

Setiap implementasi pemberdayaan masyarakat haruslah dilihat beberapa aspek, yaitu (1) pemanfaatan jaringan sosial yang telah ada, (2) melihat tingkat kohesivitas masyarakat, (3) menentukan premium-mobile yang nantinya akan menjadi agent of change pada diri manusia sendiri dan sekitarnya (Warta Pedesaan, P3PK UGM dalam Suparjan, Hempri Suyatno, 2003: 43). Mengenai implementasi pemberdayaan masyarakat tersebut ada beberapa pendapat tentang tujuan pemberdayaan masyarakat, menurut Ambar Teguh (2004: 80) untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut.

Menurut Suparjan, Hempri Suyatno, (2003: 49) essensi dalam pemberdayaan masyarakat sebenarnya adalah adanya pemberian otonomi dan kebebasan kepada masyarakat. Pemberian otonomi dapat diartikan memberi wewenang kepada masyarakat untuk menjalankan program dan kegiatan serta kebebasan dapat dimaknai dengan kebebasan masyarakat memiliki haknya dan menjalankan kewajibannya. Dengan penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa pemberdayaan masyarakat secara garis besar mengarah pada kemandirian masyarakat untuk mendapatkan hak dan kewajiban.


(31)

c. Pengertian pemberdayaan perempuan

Masyarakat Jawa yang menurut Sri Suhardati, Redni Sofian dalam Kusnadi, dkk. (2006: 5) ada stereotip negatif yang dapat terlihat pada ungkapan swarga nunut neraka katut atau kanca wingking. Karena prempuan yang dianggap hanya mampu bergantung pada suami dan dipandang lebih rendah yang maksudnya sifat subordinatif untuk istilah saat ini. Pandangan tersebut masih kuat tetapi sesuai perkembangan zaman banyak terjadi penolakan atas stereotip tersebut.

Salah satu bentuk usaha penolakan tersebut adalah dengan pemberdayaan perempuan. Menurut Aida Vitalaya (2010: 158) pemberdayaan perempuan adalah peningkatan hak, kewajiban, kedudukan, kemampuan, peran, kesempatan, kemandirian, ketahanan mental, dan spiritual wanita sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas SDM yang dijelaskan pula oleh Kusnadi, dkk. (2006: 7) pada umumnya motivasi perempuan untuk bekerja di ranah publik didasari oleh kepentingan ekonomi rumah tangga, mendapat kemandirian, belajar menghadapi tantangan sosial-ekonomi, dan untuk meningkatkan status sosialnya.

Pemberdayaan perempuan memerlukan program-program dalam pelaksanaannya. Menurut Riant Nugroho (2008: 165-166) program-program pemberdayaan perempuan yang ditawarkan adalah :

1) penguatan organisasi kelompok perempuan di segala tingkat mulai dari kampung hingga nasional. Seperti misalnya PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga), perkumpulan koperasi


(32)

untuk meningkatkan kemampuan lembaga agar dapat berperan aktif sebagai perencana, pelaksana, maupun pengontrol,

2) peningkatan fungsi dan peran organisasi perempuan dalam pemasaran sosial program-program pemberdayaan. Hal ini penting mengingat selama ini program pemberdayaan yang ada, kurang disosialisasikan dan kurang melibatkan peran masyarakat,

3) pelibatan kelompok perempuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring semua program pembangunan yang ada. Keterlibatan perempuan meliputi program pembangunan fisik, penguatan ekonomi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia,

4) peningkatan kemampuan kepemimpinan perempuan, agar mempunyai posisi tawar yang setara serta memiliki akses dan peluang untuk terlibat dalam pembangunan,

5) peningkatan kemampuan anggota kelompok perempuan dalam bidang usaha (skala industri kecil/rumah tangga hingga skala industri besar) dengan berbagai keterampilan yang menunjang seperti kemampuan produksi, kemampuan manajemen usaha serta kemampuan untuk mengakses kredit dan pemasaran yang lebih luas.

Pelaksanaan program pemberdayaan perempuan dalam keterlibatannya diberbagai aspek yaitu pembangunan fisik, penguatan ekonomi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang termasuk didalamnya adalah tentang lingkungan hidup. Menurut Zoer’aini (2009: 108-109) pelaksanaan program pemberdayaan perempuan dan lingkungan hidup telah dibentuk jaringan kerja antara pemerintah, masyarakat, individu dan lainnya dengan berbagai pengkajian yang mendukungnya. Perempuan dalam lingkungan hidup sangat menentukan kualitas lingkungan dengan cara pengelolaannya. Sehingga perempuan diharapkan memiliki pengelolaan lingkungan hidup yang konseptual.


(33)

Program-program pemberdayaan perempuan banyak diantaranya adalah program-program dalam pendidikan luar sekolah. Menurut Anwar (2007: 92) bahwa proses pemberdayaan perempuan melalui program pendidikan luar sekolah pada dasarnya harus diawali dengan penyadaran masyarakat sasaran. Penyadaran mempunyai tujuan dan arti tertentu yaitu, untuk analisis kebutuhan dan tujuan belajar atau tujuan hidupnya. Menurut Zoer’aini (2009: 111) kualitas pembangunan manusia akan menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, perempuan yang dianggap aset pembangunan nasional diharapkan memiliki peran terhadap pembangunan yang menuju kesetaraan dan keadilan.

2. Kajian tentang pelatihan a. Pengertian pelatihan

Pelatihan dalam arti yang luas adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan seseorang. Beberapa ahli memiliki pengertian sendiri mengenai pelatihan, salah satunya ialah menurut Simamora dalam Mustofa Kamil (2010: 4) pelatihan diartikan sebagai sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu.

Dalam UU No.2 Tahun 1989 dalam Oemar Hamalik (2007: 13) disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan / atau


(34)

latihan-latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang”. Demikian pula menurut Andrew E. Sikula dalam Anwar Prabu M (2006: 50) pelatihan (training) adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisasi, pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas.

Menilik ciri-cirinya sebagaimana yang telah dikemukakan, memang pelatihan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk pendidikan luar sekolah. Ciri-ciri tersebut terutama yang menunjuk pada jangka waktu pelaksanaan, materi, metode, pembelajaran, dan penghargaan akhir yang diberikan (Mustofa Kamil, 2010: 24). Dipertegas oleh pernyataan Trisnamansyah dalam Mustofa Kamil (2010:30) ilmu pendidikan luar sekolah dapat diartikan sebagai ilmu yang secara akademik mempelajari interaksi sosial-budaya antara warga belajar sebagai objek deengan sumber belajar dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan, dengan menekankan pada pembentukan kemandirian, dalam rangka belajar sepanjang hayat.

Menurut Sutaryat Trismansyah dalam Mustofa Kamil (2010: 31) menyimpulkan bahwa :

1) Interaksi sosial budaya antara warga belajar dan sumber belajar mengandung arti, proses pendidikan itu berlangsung secara sadar, dengan diwujudkan melalui media tertentu dan situasi lingkungan tertentu, dapat ditinjau dari aspek mikro dan aspek makro, sarat makna dan nilai serta terarah pada


(35)

pengembangan kemandirian melalui proses belajar sepanjang hayat.

2) Tujuan pendidikan luar sekolah yang ingin dicapai melalui interaksi tersebut mengandung makna pengembangan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani rohani, kepribadian yang mantap, dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Secara lebih khusus tujuan itu juga mencakup : pelayanan terhadap warga belajar, pembinaan warga belajar, dan memenuhi kebutuhan warga belajar dan masyarakat yang tidak terpenuhi melalui jalur sekolah.

b. Tujuan pelatihan

Tujuan pelatihan menurut Fandi Tjiptono dan Anastasia Diana (2003: 223) merupakan konsep yang luas, tujuan yang luas tersebut tidak akan membingungkan bila dibuatkan sasaran pelatihan yang lebih spesifik dan dapat diukur. Tujuan pelatihan tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas secara keseluruhan mulai dari individu (peserta didik) sampai ke organisasi.

Tujuan pokok dalam pelatihan yang harus dicapai menurut Mustofa Kamil (2010: 11) antara lain adalah : a) Memenuhi kebutuhan organisasi; b) memperoleh pengertian dan pemahaman yang lengkap tentang pekerjaan dengan standar dan kecepatan yang telah ditetapkan dan dalam keadaan yang normal serta aman; c) membatu para pemimpin organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian tujuan pelatihan dapat dikatakan bahwa tidak hanya untuk menampakkan kualitas saja, tetapi juga untuk peningkatan keseluruhan didalam organisasi.


(36)

Keseluruhan tersebut menurut Anwar (2006: 166) dapat meliputi beberapa hal yaitu tujuan pelatihan adalah untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan dari para karyawan, sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang bersangkutan tersebut.

c. Manfaat pelatihan

Manfaat pelatihan menurut Robinson melalui Saleh Marzuki (2012: 176) yaitu :

1) Pelatihan merupakan alat untuk perbaikan penampilan kemampuan individu atau kelompok dengan harapan memperbaiki performan organisasi. Perbaikan-perbaikan itu dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Pelatihan yang efektif dapat menghasilkan pengetahuan dalam pekerjaan/tugas, pengetahuan tentang struktur dan tujuan perusahaan/organisasi, tujuan bagian-bagian tugas masing-masing karyawan dan sasarannya, tentang sistem dan prosedur, dan lain-lain;

2) Keterampilan tertentu diajarkan agar para karyawan dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan standar yang diinginkan. Contohnya, skills dalam menggunakan teknik yang berhubungan dengan fungsi behavioral skill dalam mengelola hubungan dengan atasan (bos), dengan bawahan dan sejawat;

3) Pelatihan juga dapat memperbaiki sikap-sikap terhadap pekerjaan, terhadap pemimpinatau karyawan, seringkali pula sikap-sikap yang tidak produktif timbul dari salah pengertian yang disebabkan oleh informasi yang tidak cukup, dan informasi yang membingungkan;

4) Manfaat lain dari pelatihan adalah memperbaiki standart keselamatan.

3. Kajian tentang Bank Sampah a. Pengertian Bank Sampah

Definisi Bank Sampah menurut Eka utami (2013: 3) adalah suatu sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang mendorong


(37)

masyarakat untuk berperan serta aktif di dalamnya. Sistem ini menampung, memilah, dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapat keuntungan ekonomi dari menabung sampah. Sedangkan Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah serta Peraturan Pemerintah nomor 81 tahun 2012 dalam Kementrian Lingkungan Hidup (2012: v) mengamanatkan perlunya perubahan paradigma mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu dari paradigma kumpul – angkut - buang menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan sampah.

Pada dasarnya kata bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Kegiatan Bank Sampah tersebut menurut Artomo (2015: 57) merupakan pengelolaan sampah anorganik dari sumbernya, baik individu maupun kolektif, baik sampah yang berasal dari perumahan, restoran, sekolah maupun tempat lainnya yang berjalan secara sistematis dan kuantitatif hingga manfaatnya juga dapat dinikmati langsung oleh sumbernya (nasabah).

Pembangunan Bank Sampah menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2012: v) harus menjadi momentum awal membina kesadaran


(38)

kolektif masyarakat untuk memulai memilah, mendaur-ulang, dan memanfaatkan sampah. Sistem Bank Sampah juga bisa dijadikan sebagai alat untuk melakukan rekayasa sosial. Sehingga terbentuk suatu tataan atau sistem pengelolaan sampah yang lebih baik di masyarakat.

b. Pendirian Bank Sampah

Sejak awal diberlakukanya Undang-undang no 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2012: 181) paradigma pengelolaan sampah yang betumpuh pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan beralih pada paradigma baru dengan mengolah sampah secara komprehensif yaitu dari hulu hingga ke hilir dan memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan.

Ada beberapa tahap atau langkah-langkah dalam pendirian Bank Sampah menurut Eka Utami (2013: 8-9) :

1) sosialisasi awal dilakukan untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar mengenai Bank Sampah kepada masyarakat. Wacana yang disampaikan antara lain tentang Bank Sampah sebagai program nasional, pengertian Bank Sampah, alur pengelolaan sampah dan sistem bagi hasil dalam sistem Bank Sampah.

2) Pelatihan teknis bertujuan untuk memberikan penjelasan detail kepada masyarakat mengenai tata cara pelaksanaan sistem Bank Sampah. Pemberi materi saat pelatihan teknis bisa dilakukan oleh aktifis lembaga swadaya masyarakat. 3) Pemantauan dan evaluasi Bank Sampah, berbagai tantangan

mungkin muncul saat penerapan Bank Sampah. Organisasi masyarakat harus tetap melakukan pendampingan selama sistem berjalan. Sehingga bisa membantu warga untuk memecahkan masalah lebih cepat. Evaluasi dilakukan untuk pelaksanaan Bank Sampah lebih baik.


(39)

Sesuai dengan amanah yang terdapat dalam Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah dalam Kementrian Lingkungan Hidup (2012: 181) mewajibkan pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan pengurangan sampah dan pengurangan sampah dengan :

1) Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu

2) Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan 3) Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah

lingkungan

4) Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang 5) Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang

6) Membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah c. Pengembangan Bank Sampah

Pemberian pendidikan, pelatihan, dan percontohan tentang pengertian pelestarian lingkungan menuru Artomo (2015: 56) bisa kepada siapapun tanpa terkecuali. Tentang bagaimana mengelola sampah menjadi barang yang berguna dan bernilai tinggi menggunakan cara 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Menurut Eka utami (2013: 18-19) pendidikan, pelatihan, dan percontohan tersebut tidak melulu mengurusi sampah anorganik bank sampah, akan tetapi potensi pengembangan Bank Sampah berjalan dalam waktu yang signifikan, potensi ekonomis yang dimiliki Bank Sampah teramat besar, dengan pengelolaan keuangan yang baik, di masa depan Bank Sampah memiliki potensi pengembangan.


(40)

Sesuai penjelasan diatas, menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2012: 183).diharapkan peran serta masyarakat melalui kegiatan tersebut dapat membantu pemerintah daerah dalam mengefisiensikan anggaran pengangkutan sampah yang sejak awal sudah dikurangi melalui pemilihan yang bernilai ekonomi.


(41)

B. Penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang relevan yaitu :

1. Judul skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Melalui Pelatihan Pembuatan Sapu Gelagah, oleh Ayu Purnami Wulandari (10102244022) tahun 2014 :

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) Pelaksanaan pemberdayaanmasyarakat di Desa Kajongan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui Pelatihan pembuatan Sapu Gelagah; (2) faktor- faktor pendorong dan penghambat pelatihan pembuatan pembuatan sapu Gelagah di Desa Kajongan, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga.

Hasil penelitian menunjukan: (1) pemberdayaan masyarakat desa melalui Pelatihan pembuatan Sapu Gelagah di desa Kajongan sudah sesuai dengan tahap pemberdayaan. Tahapan pelaksanaan pemberdayaan yaitu perencanaan, pendampingan, evaluasi dan tindak lanjut. Perencanaan dilakukan melalui musyawarah yang meliputi identifikasi kebutuhan, latar belakang, tujuan, pembentukan struktur kepengurusan dan rekuitmen anggota warga belajar. Selanjutnya pendampingan dilakukan pada proses produksi dengan mempraktekan dan memantau cara pembuatan sapu oleh pengelola, evaluasi dilakukan dengan menargetkan hasil produksi yang akan berpengaruh terhadap penghasilan warga belajar, kemudian tindak lanjut yang dilakukan pengelola yaitu menyiapkan ketrampilan lain dan


(42)

keluarga masyarakat Desa Kajongan dikatakan meningkat lebih dari 100%, dilihat dari pendapatan yang semula Rp.30.000/ hari menjadi Rp.100.000/ hari dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti sandang, pangan dan kesehatan. (2) faktor pendorong yaitu antusias masyarakat, potensi alam sebagai bahan baku produksi dan dukungan dari pemerintah maupun lembaga lain, sedangkan faktor penghambat pemberdayaan melalui Pelatihan pembuatan yaitu kurangnya permodalan, kurangnya fasilitas dalam kegiatan pelatihan, dan perubahan cuaca. Persamaan dengan judul yang saya teliti adalah sama-sama meneliti pemberdayaan melalui pelatihan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan faktor pendorong dan penghambat dari pelatihan.

2. Judul skripsi : Pemberdayaan Perempuan untuk Meningkatkan Ekonomi Keluarga Melalui Kelompok Petani Kecil (KPK) Ngudi Lestari di Mendongan Bandung Playen Gunungkidul Yogyakarta, oleh Agung Sarjito (09102241005) tahun 2013:

Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mendeskripsikan bagaimana pemberdayaan perempuan untuk dapat meningkatkan ekonomi keluarga melalui Kelompok Petani Kecil Ngudi Lestari. 2) mendeskripsikan hasil pemberdayaan perempuan untuk meningkatkan ekonomi keluarga. 3) mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat Kelompok Petani Kecil Ngudi Lestari dalam memberdayakan perempuan untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pelaksanaan program pemberdayaan perempuan di KPK Ngudi


(43)

Lestari meliputi beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 2) hasil yamg dicapai meliputi beberapa aspek yaitu: aspek pengetahuan dan aspek ekonomi. 3) faktor pendukung meliputi faktor internal dan eksternal. Persamaan dengan judul yang saya teliti adalah sama-sama mendeskripsikan pemberdayaan perempuan serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari pemberdayaan perempuan.

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian yang relevan tersebut peneliti bermaksud untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan tangan di Bank Sampah Gowok kelurahan Catur tunggal Depok Sleman D.I Yogyakarta yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan pemberdayaan perempuan melalui kerajinan tangan di Bank Sampah Gowok dan mengetahui dampak serta faktor pendukung dan penghambat dari pemberdayaan perempuan di Bank Sampah Gowok.


(44)

C. Kerangka Berfikir

Pengangguran di Indonesia setiap taunnya terus meningkat. Kaum perempuan memiliki jumlah yang besar diantaranya yaitu 1,4 juta orang perempuan menurut Badan Pusat Statistik pada bulan agustus 2010. Dengan data tersebut diketahui perempuan Indonesia juga memerlukan keahlian khusus atau pengalaman bekerja untuk mendapatkan pekerjaan. Salah satu cara mendapatkan keahliah khusus dan pengalaman bekerja adalah dengan mengikuti pelatihan.

Pelatihan di Indonesia sudah beragam macamnya dan sudah banyak lembaga yang melayani pelatihan-pelatihan tersebut, namun pelatihan yang dapat menyesuaikan kebutuhan, kondisi, dan situasi pesertanya hampir tidak ada kecuali melalui pelatihan dalam pendidikan luar sekolah. Sehingga peserta dapat menjalankan keperluannya sehari-hari dengan terus mengikuti pelatihan yang memang menjadi salah satu kebutuhannya juga.

Dalam pelatihan tersebut terselengara pemberdayaan perempuan karena yang mengikuti atau pesertanya adalah kaum perempuan dan diberdayakan melalui pelatihan tersebut.

Sekarang permasalahan yang timbul di lingkungan masyarakat adalah banyaknya sampah yang sudah tidak tertampung dan berbagai cara dilakukan untuk menekan jumlah sampah dari masyarakat. Beranjak dari hal tersebut ide Bank Sampah mulai muncul untuk mengajak masyarakat mengelola sampah supaya lebih bermanfaat. Mengelola sampah bukan berarti dikumpulkan lalu dibuang atau dijual, tetapi memilah sampah yang layak


(45)

dijadikan kerajianan dan pelaksanan programnya kaum perempuan. Sehingga untuk saat ini banyak dijumpai pemberdayaan perempuan yang memanfaatkan sampah dari Bank Sampah.

Salah satu pemberdayaan perempuan melalui pelatihan di Bank Sampah adalah yang terdapat di padukuhan Gowok yaitu pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan tangan. Kelompok perempuan disana diberi nama kelompok Azalea. Dalam pelatihan tersebut, anggota kelompok melaksanakan pelatihan kerajinan pemanfaatan sampah yang idenya berasal dari berbagai ilmu yang didapat melalui pelatihan dari pemerintah, lomba yang diikuti, study banding, media sosial, dan ide-ide dari setiap anggota. Kelompok Azalea di Gowok memang belum memiliki guru atau tutor untuk pelatihannya, tetapi mereka mampu menghasilkan berbagai jenis kerajinan tangan yang layak jual.

Dalam pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan tangan di kelompok Azalea tersebut bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya yang kurang mampu, khususnya dengan memberikan keterampilan pemanfaatan sampah tersebut yang diharapkan dapat diaplikasikan untuk mendapatkan tambahan penghasilan dari keahliannya tersebut.


(46)

Gambar 1. Kerangka berfikir Perempuan

Masalah yang dihadapi :

1. Masih banyaknya pengangguran terutama kaum perempuan

2. Penilaian masyarakat terhadap kaum perempuan yang masih bersifat subordinasi

3. Pemberdayaan perempuan yang belum optimal 4. Kurangnya pengalaman kerja

5. Kurangnya bakat atau keahlian yang dimiliki

Pemberdayaan perempuan

Pelatihan

Kerajinan

Hasil pemberdayaan

perempuan

Bank Sampah Gowok

Kelompok Arzalea

Hasil kerajinan dalam pemberdayaan

perempuan

kontribusi pemasukan


(47)

D. Pertanyaan Penelitian

Untuk mempermudah dalam mengarahkan proses pengumpulan data dan informasi mengenai aspek yang diteliti, maka pertanyaan penelitian merinci pada :

1. Bagaimana deskripsi kelompok Azalea Bank Sampah Gowok?

2. Bagaimana perencanaan pelaksanaan pelatihan kerajinan dalam pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea Bank Sampah Gowok?

3. Bagaimana pelaksanaan pelatihan kerajinan dalam pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea Bank Sampah Gowok?

4. Bagaimana evaluasi pelaksanaan pelatihan kerajinan dalam pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea Bank Sampah Gowok

5. Bagaimana hasil yang dicapai pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea Bank Sampah Gowok?

6. Apa saja faktor pendukung dari pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea Bank Sampah Gowok?

7. Apa saja faktor penghambat dari pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea Bank Sampah Gowok?


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian deskriptif kualitatif informasi atau data yang terkumpul, terbentuk dari kata-kata, gambar dan bukan angka.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang diselenggarakan secara setting alamiah, memerankan peneliti sebagai instrumen pengumpul data, menggunakan analisis induktif dan fokus pada makna menurut perspektif partisipan. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini berupa kata-kata balik lisan atau tertulis (Djauzi Moedzakir, 2010: 1).

Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan dan menggambarkan apa adanya, menganalisis data yang diperoleh secara mendalam dan menyeluruh agar dapat diketahui dampak dari program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan oleh Kelompok Azalea di Bank Sampah Gowok.

B. Setting dan Waktu Penelitian

1. Setting Penelitian

Tempat penelitian ini adalah Kelompok Azalea di Bank Sampah Gowok kelurahan Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,


(49)

dimana ada kelompok pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan pemanfaatan sampah.

2. Waktu penelitian

Penelitian mengenai pemberdayaan perempuan melalui pelatihan keraajinan oleh Kelompok Azalea di Bank Sampah Gowok, Caturtunggal, Depok, Sleman ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2015.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini bisa berupa kata-kata dan tindakan orang-orang (informan), sumber tertulis (arsip), dokumentasi (foto) atau berupa kegiatan. Dalam menentukan subjek penelitian, peneliti menggunakan teknik sampling. Subyek dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dengan kelompok Azalea di Bank Sampah Gowok baik pengurus maupun anggota kelompok serta pengurus Bank Sampah Gowok dan tokoh masyarakat Gowok.

Informan dalam penelitian ini terdiri dari pengurus kelompok Azalea yaitu ketua, sekretaris, dan bendahara, dua anggota kelompok Azalea, ketua Bank Sampah Gowok, dan Dukuh Gowok sebagai tokoh masyarakat. Tujuan dari penelitiaan subyek ini adalah untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya dari berbagai macam sumber sehingga data yang diperoleh dapat diakui kebenarannya.


(50)

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunaan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelituian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa :

1. Observasi atau Pengamatan

Pengamatan atau observasi adalah teknik yang didasarkan atas pengalaman secara langsung yang memungkinkan melihat dan mengamati sendiri secara langsung, kemudian mencatat perilaku atau kejadian dan kondisi fisik sebagaimana yang terjadi dalam keadaan sebenarnya. (Moleong, 1996: 125-126)

Ada beberapa alasan mengapa penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya sebagai berikut :

a. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. b. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati

sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposisional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

d. Sering terjadi ada keraguan pada peniliti, jangan- jangan pada data yang dijaringnya ada yang keliru atau bias. Jalan yang terbaik untuk


(51)

mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan pengamatan.

e. Teknik pengamatan memungkinkan penelitian mampu memahami situasi yang rumit.

f. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Observasi dilakukan pada aspek kondisi fisik dan non fisik tempat dan proses pembelajaran program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan tangan oleh Kelompok Azalea di Bank Sampah Gowok. Kondisi fisik berupa sarana dan prasarana pembelajaran serta ruangan yang digunakan saat pelaksanaan pelatihan. Sedangkan keadaan non fisik mencakup proses pelatihan, metode strategi pelatihan yang dilakukan. Observasi dilakukan di Kelompok Azalea, Bank Sampah Gowok.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan informan (interviewer) yang memberikan jawaban atas petanyaan itu. Jadi dapat dikatakan bahwa wawancara atau interview merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan melakukan tanya jawab langsung kepada subyek penelitian.


(52)

Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program pelatihan. Wawancara dalam penelitian ini mencakup tahapan pelaksanaan program pelatihan mulai dari perencanaan hingga evaluasi, metode pelatihan dan strategi pelatihan. Peneliti selaku pewawancara akan melakukan wawancara langsung dengan pihak yang diwawancarai yaitu pengurus kelompok Azalea, anggota kelompok Azalea, pengurus bank sampah Gowok, dan tokoh masyarakat Gowok.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis atau merupakan metode pengumpulan data dengan jalan melihat dan mencatat dokumen yang ada. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda- benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumentasi, peraturan- peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 1996: 148).

Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mencari informasi melalui arsip, atau catatan yang ada, proses pelatihan, metode penyampaian yang diterapkan, evaluasi program pelatihan, serta foto-foto kegiatan, sarana dan fasilitas serta catatan kegiatan yang memudahkan untuk menjelaskan kondisi yang akan dijelaskan oleh peneliti.


(53)

Tabel 1 : Teknik Pengumpulan Data

No Jenis data Sumber Metode Teknik

1. Keadakan Fisik Lembaga

pengurus dan anggota kelompok Azalea

observasi, dan dokumentasi kondisi fisik

lembaga

Observasi, Dokumentasi

2. Kondisi Nonfisik pengurus dan anggota kelompok Azalea

Wawancara untuk mendapatkan data tentang

tujuan, visi dan misi, keadaan lembaga, mitra kerja, program lembaga, jumlah anggota.

Wawancara

3. Pelaksanaan Program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan

Pengurus kelompok Azalea, anggota kelompok Azalea, Pengurus Bank Sampah Gowok, dan Tokoh Masyarakat Gowok

Wawancara untuk mengetahui pelaksanaan

pelatihan dari awal perencanaan hingga penilaian akhir.

Wawancara, Dokumentasi

4. Hasil yang dicapai

Pengurus kelompok Azalea, anggota kelompok Azalea, Pengurus Bank

Wawancara mengenai hasil belajar yang dicapai. Dan mendokumentasikan hasil pelatihan

Wawancara, Dokumentasi


(54)

Sampah Gowok, dan Tokoh Masyarakat Gowok

5 Faktor

pendukung dan penghambat

Pengurus kelompok Azalea, anggota kelompok Azalea, Pengurus Bank Sampah Gowok, dan Tokoh Masyarakat Gowok

Wawancara mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam menjalankan program pelatihan kerajinan.

Wawancara

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian data adalah alat bantu peneliti dalam mengumpulkan data di lapangan. penelitian kualitatif “yang merupakan instrumen utamanya adalah peneliti sendiri”. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan isntrumen utama yang selanjutnya dibantu oleh alat-alat pengumpul data yang lain seperti pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi (Sugiyono, 2009: 30).

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu data- data yang telah diperoleh dalam


(55)

penelitian ini dilaporkan secara keseluruhan dan apa adanya kemudian diinterpretasikan secara kualitatif untuk mengambil kesimpulan.

Analisis data dimulai dari menelaah dan memahami seluruh data yang telah diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, observasi dan dari berbagai sumber yang kemudian dideskripsikan dan diinterpretasikan dari jawaban yang didapatkan. Tahap- tahap teknik analisis data adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua aspek yaitu deskripsi dan refleksi. Catatan deskripsi merupakan catatan data yang berisi tentang apa yang dilihat, dirasakan, dan disaksikan serta dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan penafsiran dari peneliti tentang fenomena yang dijumpai di lapangan. Sedangkan catatan refleksi memuat kesan, komentar, tafsiran oleh peneliti tentang temuan yang dijumpai di lapangan dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap berikutnya.

b. Reduksi data

Data yang telah terkumpul berupa uraian deskriptif yang panjang dan kurang terstruktur diubah menjadi uraian deskriptif yang sederhana, lengkap, jelas, dan singkat tanpa mengurangi


(56)

maksud dari uraian tersebut sehingga memudahkan peneliti dalam memahami gambaran aspek-aspek yang diteliti.

c. Penyajian data

Data yang telah diperoleh disajikan secara sistematik yang mudah untuk dibaca dan dipahami secara keseluruhan atau bagian-bagian yang ada di dalamnya sebagai satu kesatuan yang pokok sehingga bisa memberikan gambaran yang jelas. Laporan kemudian dirangkum, di pilah, dan difokuskan pada hal-hal penting yang dibutuhkan oleh peniliti kemudian ditentukan polanya.

d. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan peneliti harus memaknai data kemudian dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami sesuai dengan masalah yang diteliti. Data tersebut kemudian dibandingkan dan dihubungkan dengan data lain sehingga mudah untuk ditarik kesimpulannya sebagai hasil dari permasalahan yang ada.

Analisis data juga dilakukan selama proses pengamatan dan wawancara yang kemudian dianalsis secara lebih rinci dan menghimpun elemen-elemen yang sama. Dalam tahap ini terkait dengan fokus penelitian yaitu pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan tangan di Bank Sampah Gowok. Maka selanjutknya dlakukan analisis dengan cara pengorganisasian hasil temuan data dari pengamatan dan wawancara yang telah diperoleh


(57)

secara terpilih. Kemudian dilanjutkan dengan analisis tema untuk mendeskripsikan scara keseluruhan dan menampilkan makna dari yang menjadi fokus penelitian. Langkah terakhir dalam analisis data yaitu melakukan pembahasan dari analisis serta situasi sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan yang kemudian ditarik kesimpulannya dan melakukan analisis rekomendasi. Dari analisis rekomendasi kemudian diajukan beberapa rekomendasi yang dianggap penting dan bermanfaat untuk program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan tangan di kelompok Azalea Bank Sampah Gowok.

Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data G. Keabsahan Data

Setelah data terkumpul tahapan selanjutnya yaitu pengujian terhadap keabsahan data dengan menggunakan teknik trianggulasi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi dimana peneliti akan membandingakan hasil wawancara dengan hasil pengamatan,

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penarikan Data Penyajian


(58)

dikatakan secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang- orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, membandingkan dengan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain dan membandingkan hasil wawancara dengan isi siatu dokumen yang bersangkutan. Jadi dapat diketahui tujuan akhir dari triangulasi data adalah dapat membandingkan informasi tentang hal yang sama, yang didapatkan dari peneliti dan mengecek balik data di luar subyek (Moleong, 2005: 331).

Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Artinya informasi dibandingkan dan dicek balik dalam waktu dan alat yang berbeda. Sehingga kekauratan data diperoleh dari perbandingan sumber satu dengan sumber yang lainnya. Informasi diusahakan diperoleh dari narasumber yang benar-benar mengetahui permasalahan dalam penelitian.


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kelompok Azalea

Pemberdayaan perempuan meliputi pemberdayaan psikologis, sosial-budaya, ekonomi, dan politik yang berkaitan erat satu sama lain, karena dengan adanya kerjasama diantara yang saling memberdayakan tercipta transformasi sosial dimana tidak ada penekanan dan pembudakan terhadap kaum perempuan (Onny S. Pujiono, 1996 : 9).

Pemberdayaan perempuan memiliki banyak program yang dapat dilaksanakan, seperti pelatihan-pelatihan kerajian yang memanfaatkan barang bekas atau sampah seperti di kelompok Azalea. Di kelompok Azalea, kerajinan yang dilaksanakan memanfaatkan limbah sampah yang dapat didaur ulang menjadi barang layak jual. Limbah sampah tersebut didapat dari Bank Sampah Gowok. Bank Sampah Gowok adalah Bank Sampah yang membentuk kelompok Azalea sebagai bentuk keperdulian terhadap pemberdayaan perempuan di lingkungannya. Kelompok Azalea juga merupakan kelompok pemberdayaan perempuan yang beranggotakan perempuan di Padukuhan Gowok yang mengikuti pelatihan sebelumnya di PPEJ dan sudah dikelola secara rapi dengan kepengurusan yang jelas.

Harapan dari kelompok Azalea adalah terciptanya modal keterampilan yang dimiliki anggotanya untuk mempermudah mendapatkan tambahan pendapatan bagi keluarganya. Selain dari sisi ekonominya, harapan dari


(60)

pemanfaatan sampah untuk mengurangi dampak lingkungan dari sampah di Padukuhan Gowok.

1. Profil Kelompok Azalea

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dalam kegiatan wawancara, observasi, serta dokumentaasi diperoleh data terkait tentang kelembagaaan Kelompok Azalea sebagai berikut :

Nama Lembaga : Kelompok pemanfaatan sampah Azalea

Alamat Lembaga : Jalan Nogogini , Gowok, RT 008, RW 004, Caturtunggal, Depok, Sleman

Tanggal Berdirinya : 22 Desember 2012

Kelompok Azalea bermula dari program PPEJ yang meminta perwakilan dari setiap Bank Sampah untuk pelatihan di lembaga tersebut. Pelatihannya meliputi pemanfaatan sampah untuk bahan kerajinan. Dalam kelompok Azalea, anggotanya adalah perempuan warga padukuhan Gowok yang dulunya ikut pelatihan di PPEJ (pelatihan pemanfaatan sampah) dan memiliki inisiatif untuk membentuk kelompok pemberdayaan di Bank Sampah, sekaligus mewujudkan keinginan untuk lebih berdaya sehingga memiliki tambahan modal keterampilan yang khususnya pada kerajinan pemanfaatan limbah sampah menjadi barang layak jual. Selain hal tersebut, keikhlasan untuk melestarikan lingkungan dan menolong sesama juga sebagai modal awal dalam kelompok ini.

Keterampilan kerajinan di kelompok Azalea beragam, membuat bantal dari limbah kemasan plastik, tempat pensil dari kaleng, tas dari limbah


(61)

sedotan, sampai tikar dari limbah plastik yang dianyam dan masih banyak yang lain. Pembuatan kerajinan tersebut dilaksanakan setiap hari selasa dan kamis dan pada hari lainnya jika diperlukan yang dikerjakan secara berkelompok. Setiap barang jadi diletakkan di bengkel Azalea, yaitu tempat membuat dan menjual barang hasil kerajinan yang letaknya tepat di samping Bank Sampah Gowok. Pemasaran dari hasil kerajinan kelompok Azalea yaitu melalui pameran-pameran yang diselenggarakan dari pemerintah maupun swasta, dan ada kios yang jadi satu dengan tempat pelatihan kerajinan yang buka setiap ada pelatihan.

2. Visi dan Misi Kelompok Azalea

Misi kelompok Azalea adalah sikap yang diutamakan oleh seluruh anggota dan pengurus kelompok sebagai upaya mewujudkan visi kelompok Azalea untuk menjadi kelompok yang bermanfaat bagi lingkungan dan sesama.

Visi :

Mewujudkan kelompok Azalea menjadi kelompok yang terampil, sejahtera, dan mandiri.

Misi :

a. Pemberdayaan perempuan untuk kesejahteraan anggota kelompok

b. Peningkatan pendapatan ekonomi anggota kelompok

c. Mewujudkan pemanfaatan sampah sebagai kegiatan pelestarian lingkungan


(62)

d. Membangun kreatifitas dalam pemanfaatan sampah e. Pemasaran barang kerajinan ke daerah yang lebih luas 3. Susunan Kepengurusan Kelompok Azalea

Stuktur kepengurusan kelompok Azalea mencakup adanya ketua, sekretaris, bendahara, seksi pemasaran, seksi pengadaan barang, dan seksi kreatifitas. Rinciannya sebagai berikut :

Tabel 2.

Kepengurusan Kelompok Azalea

No Nama Jabatan

1 Dian Tabur Pelitawati Ketua 2 Tri Astusi Wahyuningsih Sekretaris

3 Tari Bendahara

4 Gamar Seksi Pemasaran 5 Enggar Seksi Pemasaran 6 Fitri Seksi Pemasaran

7 Tholib Seksi Pengadaan Barang 8 Imas Saksi Pengadaan Barang 9 Sumiyati Saksi Pengadaan Barang 10 Elok Saksi Pengadaan Barang 11 Sri Rahayu Seksi Kreatifitas

12 Mujirah Seksi Kreatifitas 13 Wastri Seksi Kreatifitas 14 Haryanti Seksi Kreatifitas Sumber : Data Kelompok Azalea


(63)

4. Program di Kelompok Azalea

Program pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea yang pernah di lakukan adalah :

Tabel 3.

Program Pemberdayaan Perempuan di Kelompok Azalea

No Jenis Kegiatan Tempat Keterangan 1 Pelatihan dari

PPEJ

Kantor PPEJ, Yogyakarta

Pelatihan meliputi pengelolaan sampah, cara pemanfaatan sampah, sampai ke teknik pemasaran hasil pemanfaatan tersebut

2 Pelatihan dari PKLH

Dinas PKLH, Yogyakarta

Pelatihan meliputi cara pengelolaan sampah di lingkungan, baik sampah organik maupun anorganik

3 Piala Adipura Yogyakarta Ditunjuk langsung dari kecamatan untuk mewakili dalam penilaian dalam piala adipura

4 Pelatihan

membuat tas dari sampah bungkus kopi Gedung Kelompok Azalea

Pelatihan rutin yang diikuti seluruh anggota setiap selasa dan kamis

5 Pelatihan

membuat tikar anyam dari sampah sedotan Gedung Kelompok Azalea

Pelatihan rutin yang diikuti seluruh anggota setiap selasa dan kamis

6 Pelatihan membuat sandal dari sampah bungkus minuman Gedung Kelompok Azalea

Pelatihan rutin yang diikuti seluruh anggota setiap selasa dan kamis


(64)

7 Pelatihan membuat bunga dari sampah sedotan Gedung Kelompok Azalea

Pelatihan rutin yang diikuti seluruh anggota setiap selasa dan kamis

8 Pelatihan membuat bantal dari sampah kemasan plastik Gedung Kelompok Azalea

Pelatihan rutin yang diikuti seluruh anggota setiap selasa dan kamis

9 Pelatihan membuat celengan dari sampah kaleng Gedung Kelompok Azalea

Pelatihan rutin yang diikuti seluruh anggota setiap selasa dan kamis

10 Pelatihan membuat hiasan dinding dari sampah kemasan makanan dan minuman Gedung Kelompok Azalea

Pelatihan rutin yang diikuti seluruh anggota setiap selasa dan kamis

11 Studi banding ke Bank Sampah dan kelompok pemanfaatan sampah daerah lain Kab. Bantul, Yogyakarta

Study banding ke bank sampah badegan, bantul sebagai pelopor bank sampah di Yogyakarta

12 Pameran di Kab. Sleman

Kab. Sleman, Yogyakarta

Pameran lingkungan hidup di Kabupaten dan kelompok Azalea dipercaya kecamatan untuk menamerkan hasil pemanfaatan sampah menjadi barang kerajinan

13 Pameran pada saat penerimaan kunjungan dari pemerintah Kel. Caturtunggal, Sleman, Yogyakarta

Menerima kunjungan dari pemerintah Bali dan kelompok Azalea diminta memamerkan hasil pemanfaatan sampahnya yang diharapkan mampu


(65)

Bali memberi kesan pada kegiatan kunjungan tersebut

14 Lomba antar Bank Sampah se DIY

Kab. Sleman, Yogyakarta

Mengikuti lomba yang ditunjuk langsung dari kecamatan untuk mewakili kecamatan Depok dalam lomba bak sampah se Provinsi

Sumber : Data Kelompok Azalea 5. Sarana dan Prasarana Kelompok Azalea

Sarana dan Prasarana Kelompok Azalea hak milik kelompok Azalea. Sarana dan prasarana tersebut adalah peralatan dan perlengkapan yang menunjang dalam kegiatan kelompok yang bermanfaat dalam kegiatan kelompok. Adapun sarana dan prasarana tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.

Sarana dan Prasarana Kelompok Azalea

No Nama Barang Kondisi Jumlah Status

1 Gedung Baik 1 Hak Milik

2 Etalase kaca Baik 1 Hak Milik 3 Mesin Jahit Baik 3 Hak Milik 4 Mesin Jahit dan bordir Baik 1 Hak Milik 5 Alat jahit manual Baik 1set Hak Milik

5 Almari Baik 1 Hak Milik

6 Box plastik besar Baik 1 Hak Milik 7 Keranjang plastik Baik 1 Hak Milik 8 Rak buku Baik 1 Hak Milik

9 Gunting Baik 4 Hak Milik

10 Lem Baik 1pak Hak Milik


(66)

Sarana dan prasarana tersebut sebagian besar mendapat bantuan dari pemerintah melalui pengajuan proposal dan sukarela. Selain bantuan dari pemerintah, sarana dan prasarana tersebut dimiliki dari hasil penjualan dan dana sukarela anggota secara iuran.

B. Data Hasil Penelitian

1. Latar Belakang Kelompok Azalea

Kelompok Azalea yang di bawah naungan Bank Sampah Gowok yang merupakan salah satu Bank Sampah yang berprestasi di Kabupaten Sleman. Terbukti dengan hampir setiap ada penilaian piala Adipura, Bank Sampah Gowok selalu diikut sertakan oleh pihak pemerintah. Bank Sampah Gowok juga mengikuti berbagai program dari pemerintah, salah satunya program dari PPEJ yang merupakan cikal bakal terbentuknya kelompok pemanfaatan sampah Azalea.

Program tersebut ialah mengirim beberapa orang di padukuhan Gowok untuk mendapat pelatihan pemanfaatan sampah. Perwakilan tersebut merupakan perempuan yang bersedia diikut sertakan dalam pelatihan dan memiliki motivasi tinggi untuk lingkungan. Berawal dari pelatihan itulah tercetus ide untuk membentuk kelompok pemanfaatan sampah di Bank Sampah Gowok, yang sekarang dikenal dengan nama Azalea. Seperti pernyataan dari “DT” selaku ketua kelompok Azalea,

“kelompok Azalea tidak terbentuk secara tiba-tiba yang seperti bimsalabim langsung ada mbak. Jadi awalnya padukuhan Gowok ditunjuk untuk ikut lomba kebersihan lingkungan yang kebetulan juara satu di kab. Sleman, dari situ kita sering mendapat bimbingan dari PKLH untuk melanjutkan program pemanfaatan sampah mbak. Dari situ berlanjut pada pembinaan di PPEJ yang diajari cara pembentukan


(67)

Bank Sampah sampai kelompok pemanfaatan sampah dan sampai sekarang jadi kelompok Azalea ini, di Bank Sampah Gowok mbak.” Pernyataan tersebut diperkuat oleh “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea,

“awalnya ada pelatihan di PPEJ yang meminta dua orang perwakilan untuk mengikuti pelatihan selama dua hari. Dalam pelatihan selama dua hari itu mbak kami diajari cara mendirikan Bank Sampah dan cara pemnafaatan sampah. Dari pelatihan itulah kami sepakat membentuk kelompok pemanfaatan sampah Azalea ini mbak.”

Dipertegas juga oleh “PW” selaku Dukuh Gowok,

“awalnya padukuhan Gowok dipercaya untuk menjadi perwakilan dari kelurahan untuk lomba kebersihan lingkungan, dan Alhamdulillah meraih juara pertama. Dari kejadian itu kami diminta pihak lingkungan hidup kecamatan untuk mendapat pembinaan mbak. Selanjutnya pelatihan yang lebih spesifik ke pemanfaatan sampah baik organik dan anorganik di PPEJ. Dari situlah awal keterlibatan masyarakat di Bank Sampah dan kelompok Azalea.”

Pertemuan awal kelompok Azalea berlangsung pada akhir tahun 2013 yang langsung membentuk kepengurusan untuk program selanjutnya. Program yang pertama muncul adalah ide untuk memanfaatkan bahan limbah sampah yang ada di Bank Sampah Gowok menjadi produk layak jual. Karena tujuan dari kelompok Azalea ini adalah meningkatkan ekonomi anggotanya dan membantu melestarikan lingkungan. Dengan tujuan seperti itu, memanfaatkan sampah untuk produk layak jual jadi solusi yang paling tepat. Seperti yang disampaikan “DT” selaku ketua kelompok Azalea,

“tujuan dari kelompok ini selain menindak lanjuti program dari pemerintah juga untuk membantu masyarakat yang kurang mampu mbak. Biasanya mereka ikut mengumpulkan sampah bekas kemasan kopi, mie, dan sedotan. Karena untuk satu tas ini bisa menghabiskan


(68)

juga terbantu karena di Bank Sampah, sampah mereka bisa jadi uang yang bisa digunakan lagi.”

Pernyataan tersebut dipertegas oleh “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea,

“warga di lingkungan sini masih banyak yang kurang mampu, jadi mereka butuh pemasukan lagi untuk biaya sehari-hari mbak. Tapi mereka kebanyakan cuma setor sampah dan mendapat uang, tapi ada juga yang mau ikut pelatihan. Maklum mbak, mereka kan kerja untuk mencukupi kebutuhan, jadi untuk kegiatan seperti ini seperti tidak ada waktunya. Tapi bisa menukar sampah dengan uang sudah membantu sekali untuk mereka mbak.”

Pernyataan lain ditegaskan oleh “DP” selaku ketua Bank Sampah Gowok,

“sebenarnya adanya Bank Sampah ini ditujukan untuk melestarikan lingkungan dan membantu warga yang mau turut serta memilah sampah yang bisa dijual lagi mbak. Nanti sampah yang mereka setorkan ditimbang dan jumlahnya ditulis dibuku tabungan masing-masing. Untuk kelompok Azalea biasanya bungkus makanan dan minuman, sedotan, dan plastik yang masih bagus dipilah ibu-ibu terus dicuci yang nantinya dibuat kerajinan mbak. Jadi sama-sama bermanfaat.”

2. Pelaksanaan Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Kerajinan

a. Perencanaan Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Kerajinan Pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea merupakan hasil dari prestasi yang diraih padukuhan Gowok di Kabupaten Sleman. Prestasi yang diraih ialah juara pertama dalam lomba kebersihan lingkungan di tingkat Kabupaten, dengan hal tersebut padukuhan Gowok yang diwakili Bank Sampah Gowok dibina pemerintah yaitu dari PKLH yang melihat


(69)

ada potensi yang masih bisa dikembangkan dari Bank Sampah Gowok tersebut.

Pelatihan kerajinan pemanfaatan samapah di kelompok Azalea merupakan pemberdayaan perempuan yang telah diketahui dapat memenuhi apa yang dibutuhkan masyarakat di padukuhan Gowok dan telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai binaan dari PKLH dan PPEJ. Perencanaan merupakan tahap awal dari program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan di kelompok Azalea.

Seperti yang disampaikan “DT” selaku ketua kelompok Azalea,

“untuk merencanakan setiap program kami mendiskusikan program tersebut dengan anggota terlebih dahulu. Kira-kira barang apa yang mau dibuat, bagaimana nanti peminatnya dan manfaat dari brang tersebut. Selain itu kami juga memperhitungkan bahan apa saja dan berapa yang diperlukan. Jadi tidak kesusahan saat sudah mengerjakan kerajinannya mbak.”

Sesuai dengan pernyataan diatas, “TA” mempertegas pernyataan selaku sekretaris kelompok Azalea,

“Kalau merencanakan program kami selalu berdiskusi dan saling memberi masukan dan pendapat mbak. Trus biasanya itu memilih program pelatihan yang menarik hasilnya nanti. Pokoknya yang sekiranya laku dijual”

Mempertegas pernyataan di atas, “TR” selaku bendahara kelompok Azalea menyatakan,

“biasanya kami saling memberikan ide untuk barang kerajinan apa yang akan dibuat, sesuai kesepakatan biasanya ada beberapa yang dipilih yang sesuai kemampuan kelompok untuk membutnya dan tingkat kesulitannya mbak. Jadi kalau kira-kira ada yang bisa membuat, kita berlatih bersama.”


(70)

Berdasarkan pernyataan di atas, perencanaan program yang ada di kelompok Azalea diutamakan yang sudah disepakati oleh kelompok dan kemampuan kelompok untuk pelatihan kerajinan tersebut. Selain itu perkiraan kebutuhan apa saja juga menjadi faktor penting dari perencanaan program pelatihan kerajinan. Dalam perencanaan program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajian ini ada beberapa tahap yang ada didalamnya yaitu :

1) Identifikasi Kebutuhan

Program pemberdayaan perempuan supaya sesuai dengan apa yang diinginkan dan bermanfaat bagi anggota kelompok, maka harus ada indentifikasi kebutuhan terlebih dahulu. Dalam identifikasi kebutuhan untuk program pemberdayaan melalui pelatihan kerajinan di kelompok Azalea, pertama-tama melihat apa yang dibutuhkan kelompok, mendengarkan masukan dari dalam maupun luar anggota kelompok untuk program yang akan dilaksanakan, dan menilai sejauh mana manfaat yang akan diterima dari program tersebut. Seperti pernyataan “DT” selaku ketua kelompok Azalea,

“sebelum melaksanakan program pelatihan kami mengumpulkan ide-ide yang ada untuk di share dalam kelompok mbak. Saling memberi masukan untuk ide-ide yang ada dan memilih ide mana yang paling baik untuk dilaksanakan dulu.”

Identifikasi kebutuuhan juga meminta pertimbangan dari pengurus Bank Sampah yang memang sebgai pemasok bahan baku untuk pelatihan di kelompok Azalea. Bahan yang sekiranya mudah didapatkan akan diusulkan untuk dapat dijadikan produk dalam pelatihan kerajinan di


(71)

kelompok Azalea. Sesuai pernyataan dari “DP” selaku ketua Bank Sampah Gowok,

“masyarakat sekitar sangat antusias untuk ikut serta mengumpulkan sampah disini mbak. Selain untuk menjadi tabungan uang, mereka juga tahu kalau juga dimanfaatkan di Azalea. Jadi sebagian ada yang sudah memilah sampah sesuai jenisnya, tapi masih banyak juga yang dicampur. Setelah terkumpul saya ngomong ke ibu-ibu Azalea yang terkumpul apa saja. Jadi bisa untuk masukan merencanakan program mbak.”

Dipertegas oleh “PW” selaku Dukuh Gowok,

“masyarakat Gowok pada umumnya sudah sadar kebersihan lingkungan. Bisa dilihan dari kemauan untuk memilah sampah. Kan itu ada tong sampah warna warni, warga tinggal buang sesuai sampahnya yang apa. Plastik, organik, kaca, itu ada sendiri. Nah selain itu ada yang disetorkan ke bank sampah bagi nasabah, dan nanti bisa jadi bahan pemanfaatan sampah di Azalea.”

2) Penentuan Tujuan

Tujuan merupakan arah untuk menjalankan sebuah program. Tujuan merupakan langkah awal dalam perencanaan sebuah program. Tujuan juga sebagai bahan evaluasi pada akhir program, apakah program yang dijalankan sudah sesuai tujuannya. Kelompok Azalea memiliki tujuan dalam program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan yaitu untuk turut melestarikan lingkungan dengan dan memberikan modal keterampilan bagi perempuan untuk menambah pemasukan ekonomi bagi keluarganya melalui pemanfaatan sampah.

Seperti yang dinyatakan “DT” selaku ketua kelompok Azalea,

“tujuan dari program pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea ini membantu masyarakat yang kurang mampu melalui bekal pelatihan, biasanya mereka ikut pelatihan sampai bisa, terus memproduksi sendiri dirumah untuk dijual sendiri. Selain itu juga ikut


(72)

melestarikan lingkungan, karena awal dari kelompok ini berkat juara lomba kebersihan lingkungan di Kabupaten.”

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa tujuan program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajian adalah untuk membekali anggota dan non anggota tetapi warga padukuhan Gowok untuk bisa mandiri dan menambah pendapatan dengan kpemanfaatan sampah.

Pernyataan itu diperkuat oleh “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea,

“tujuan dari pelatihan disini itu untuk memberikan keterampilan kepada anggota supaya ada pengalaman membuat barangnya dan untuk dilanjutkan sendiri biar dapet penghasilan tambahan mbak.”

Pernytaan di atas dipertegas oleh “TR” selaku bendahara kelompok Azalea,

“banyak yang mengikuti pas pelatihan mbak. Apalagi dulu pas awal kelompok Azalea terbentuk, banyak yang mau datang. Tapi sekarang berkurang karena ada yang memilih membuat sendiri dirumah terus dijual, ada juga yang membuat dasaran, seperti dasaran tas misalnya yaitu sudah dianyam bentuk tas tapi kurang diberi dalaman, resleting, tali, nanti disetorkan ke Azalea untuk finishing dan dijual disini.”

Perencanaan tujuan dalam program pemberdayaan perempuan memang langkah awal untuk memulai program melalui identifikasi kebutuhan yang melibatkan seluruh anggota kelompok Azalea, pengurus kelompok Azalea, pengurus Bank Sampah, maupun masyarakat sekitar sehingga dapat menjalankan program dengan tepat.


(73)

3) Penentuan materi program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan

Kelompok Azalea memiliki program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan. Materi yang ada di program tersebut ialah pelatihan kerajinan yang memanfaatkan sampah dari Bank Sampah Gowok. Pelatihan kerajinan pemanfaatan sampah tersebut meliputi cara mempersiapkan bahan, menggunakan alat, memproduksi, dan pemasaran.

Program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan ini menggunakan teori metode dan praktik secara langsung. Teori program pemberdayaan perempuan ini meliputi tanya jawab materi yang akan dilakukan sehingga dapat diketahui kendala apa saja yang ada, dan akan diberikan solusi yang kemudian menjadi proses pembelajaran.

Seperti yang diungkapkan “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea, “sebelum melakukan program pelatihan di kelompok Azalea kami ada diskusi dulu tentang bagaimana nanti pelaksanaan program ini. Biasanya yang menjadi kendala besar adalah waktu untuk kesepakatan berkumpul mbak, kalau menjahit biasanya semua ibu-ibu bisa. Terus kalau ada program yang menganyam kami latihan dulu bersama-sama dan melihat mana yang paling bagus hasilnya nanti ditiru. Ya maklum mbak tidak ada tutor yang mengajari, kalau nyewa tutor mahal mbak biayanya. Jadi kami berlatih sendiri.”

Pernyataan itu diperkuat oleh “DT” selaku ketua kelompok Azalea, “untuk mengawali program pelatihan biasanya saya membawa beberapa materi dari searching di internet mbak. Nanti kami mendiskusikan apa saja kendala dalam program tersebut dan mencari solusinya. Jadi program yang akan dilaksanakan di share dulu ke seluruh anggota yang hadir dan dimintai pendapat tentang program itu. Sehingga anggota menjadi antusias karena itu program pilihannya.”


(74)

Hal tersebut dipertegas oleh “SR” selaku anggota kelompok Azalea “sebelumnya para anggota yang hadir diberikan pilihan beberapa hasil yang dibawa bu Dukuh, tapi yang lain juga ada mbak yang bawa. Trus milih yang mana yang cocok dan disepakati bareng-bareng.”

Pernyataan di atas dapat menyimpulkan bahwa tidak sebatas pengurus atau ketua saja yang menentukan materi program pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea, tetapi seluruh anggota yang ada dimintai pendapat, kendala yang akan dihadapi dan solusinya. Sehingga menjadikan antusias anggota untuk menjalankan materi program juga semakin meningkat.

4) Pengadaan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana dalam program pemberdayaan perempuan di kelompok Azalea merupakan hal yang penting untuk dipersiapkan. Sarana dan prasana tersebut adalah peralatan dan perlengkapan untuk menjalankan program. Peralatan yang digunakan dalam pelatihan kerajinan berasal dari milik kelompok Azalea, sedangkan perlengkapan yaitu sampah yang digunakan dari Bank Sampah. Seperti yang diungkapkan “DP” selaku ketua Bank Sampah,

“sampah yang dimanfaatkan di Azalea disetorkan ke Bank Sampah dulu untuk ditimbang dan dimasukkan ke buku tabungan. Tapi ada juga yang secara sukarela memberi langsung. Sampah tersebut kebayakan sudah dipilih jenisnya, sedotan sama sedotan, bungkus kopi, dan macem-mecem bungkus plastik itulah mbak.”

Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan “TA” selaku sekretaris kelompok Azalea,

“untuk peralatan dikelompok Azalea semua milik kelompok. Ada mesin tiga mesin jahit, dan pelatanan penunjang lain. Untuk bahan


(75)

pemanfaatan sampah kami peroleh dari Bank Sampah dan ada juga sukarela warga dikasih ke kelompok. Bahan itu nantinya masih dicuci semua dan dipilih sesuai jenisnya, ada kemasan susu, kopi, sedotan, dan masih banyak lagi merknya mbak.”

Dipertegas juga oleh “DT” sebagai ketua kelompok Azalea,

“bahan yang kami gunakan untuk pelatihan kerajinan ini berasal dari Bank Sampah mbak. Ada yang menabung, jadi ditimbang dulu, ada juga yang memang niat untuk memberikan ke kelompok Azalea supaya digunakan untuk bahan kerajinan. Semua bahan tadi dicuci rame-rame dan dikeringkan lagi. Untuk alatnya semua saya kira sudah lengkap disini, tapi untuk tali, resleting, dan sebagainya yang bahan baru bukan dari sampah kami beli dari uang kas yang didapat dari hasil penjualan sebelumnya.”

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasaran di kelompok Azalea untuk program pemberdayaan melalui pelatihan kerajinan memang hak milik kelompok semua. Pemanfaatan sampah didapatkan habahannya dari Bank Sampah yang sumbernya dari warga Gowok yang memang menabung ataupun secara sukarela memberi untuk dijadikan produk kerajinan. Tetapi untuk bahan aru yang bukan pemanfaatan sampah, seperti tali, resleting, kancing, dan sebagainya dibeli dari uang kas kelompok Azalea yang diperoleh dari hasil menjual produk kerajinan sebelumnya.

5) Sumber Pendanaan

Sumber pendanaan dalam perencanaan program pemberdayaan perempuan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi berjalannya program. Sumber dana yang ada di kelompok Azalea berasal dari berbagai sumber, ada yang dari swadaya anggota, hasil penjualan


(1)

Gambar 15. Bandana hasil produksi pelatihan kerajinan tangan pemanfaatan sampah di Kelompok Azalea

Gambar 16. Tudung saji hasil produksi pelatihan kerajinan tangan pemanfaatan sampah di Kelompok Azalea


(2)

Gambar 17. Sandal hasil produksi pelatihan kerajinan tangan pemanfaatan sampah di Kelompok Azalea


(3)

(4)

(5)

(6)