Kajian tentang pemberdayaan Kajian Teori

14 c. Pengertian pemberdayaan perempuan Masyarakat Jawa yang menurut Sri Suhardati, Redni Sofian dalam Kusnadi, dkk. 2006: 5 ada stereotip negatif yang dapat terlihat pada ungkapan swarga nunut neraka katut atau kanca wingking. Karena prempuan yang dianggap hanya mampu bergantung pada suami dan dipandang lebih rendah yang maksudnya sifat subordinatif untuk istilah saat ini. Pandangan tersebut masih kuat tetapi sesuai perkembangan zaman banyak terjadi penolakan atas stereotip tersebut. Salah satu bentuk usaha penolakan tersebut adalah dengan pemberdayaan perempuan. Menurut Aida Vitalaya 2010: 158 pemberdayaan perempuan adalah peningkatan hak, kewajiban, kedudukan, kemampuan, peran, kesempatan, kemandirian, ketahanan mental, dan spiritual wanita sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas SDM yang dijelaskan pula oleh Kusnadi, dkk. 2006: 7 pada umumnya motivasi perempuan untuk bekerja di ranah publik didasari oleh kepentingan ekonomi rumah tangga, mendapat kemandirian, belajar menghadapi tantangan sosial-ekonomi, dan untuk meningkatkan status sosialnya. Pemberdayaan perempuan memerlukan program-program dalam pelaksanaannya. Menurut Riant Nugroho 2008: 165-166 program- program pemberdayaan perempuan yang ditawarkan adalah : 1 penguatan organisasi kelompok perempuan di segala tingkat mulai dari kampung hingga nasional. Seperti misalnya PKK Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, perkumpulan koperasi maupun yayasan sosial. Penguatan kelembagaan ditujukan 15 untuk meningkatkan kemampuan lembaga agar dapat berperan aktif sebagai perencana, pelaksana, maupun pengontrol, 2 peningkatan fungsi dan peran organisasi perempuan dalam pemasaran sosial program-program pemberdayaan. Hal ini penting mengingat selama ini program pemberdayaan yang ada, kurang disosialisasikan dan kurang melibatkan peran masyarakat, 3 pelibatan kelompok perempuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring semua program pembangunan yang ada. Keterlibatan perempuan meliputi program pembangunan fisik, penguatan ekonomi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, 4 peningkatan kemampuan kepemimpinan perempuan, agar mempunyai posisi tawar yang setara serta memiliki akses dan peluang untuk terlibat dalam pembangunan, 5 peningkatan kemampuan anggota kelompok perempuan dalam bidang usaha skala industri kecilrumah tangga hingga skala industri besar dengan berbagai keterampilan yang menunjang seperti kemampuan produksi, kemampuan manajemen usaha serta kemampuan untuk mengakses kredit dan pemasaran yang lebih luas. Pelaksanaan program pemberdayaan perempuan dalam keterlibatannya diberbagai aspek yaitu pembangunan fisik, penguatan ekonomi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang termasuk didalamnya adalah tentang lingkungan hidup. Menurut Zoer’aini 2009: 108-109 pelaksanaan program pemberdayaan perempuan dan lingkungan hidup telah dibentuk jaringan kerja antara pemerintah, masyarakat, individu dan lainnya dengan berbagai pengkajian yang mendukungnya. Perempuan dalam lingkungan hidup sangat menentukan kualitas lingkungan dengan cara pengelolaannya. Sehingga perempuan diharapkan memiliki pengelolaan lingkungan hidup yang konseptual. 16 Program-program pemberdayaan perempuan banyak diantaranya adalah program-program dalam pendidikan luar sekolah. Menurut Anwar 2007: 92 bahwa proses pemberdayaan perempuan melalui program pendidikan luar sekolah pada dasarnya harus diawali dengan penyadaran masyarakat sasaran. Penyadaran mempunyai tujuan dan arti tertentu yaitu, untuk analisis kebutuhan dan tujuan belajar atau tujuan hidupnya. Menurut Zoer’aini 2009: 111 kualitas pembangunan manusia akan menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, perempuan yang dianggap aset pembangunan nasional diharapkan memiliki peran terhadap pembangunan yang menuju kesetaraan dan keadilan.

2. Kajian tentang pelatihan

a. Pengertian pelatihan Pelatihan dalam arti yang luas adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan seseorang. Beberapa ahli memiliki pengertian sendiri mengenai pelatihan, salah satunya ialah menurut Simamora dalam Mustofa Kamil 2010: 4 pelatihan diartikan sebagai sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian- keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu. Dalam UU No.2 Tahun 1989 dalam Oemar Hamalik 2007: 13 disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau 17 latihan-latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang”. Demikian pula menurut Andrew E. Sikula dalam Anwar Prabu M 2006: 50 pelatihan training adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisasi, pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas. Menilik ciri-cirinya sebagaimana yang telah dikemukakan, memang pelatihan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk pendidikan luar sekolah. Ciri-ciri tersebut terutama yang menunjuk pada jangka waktu pelaksanaan, materi, metode, pembelajaran, dan penghargaan akhir yang diberikan Mustofa Kamil, 2010: 24. Dipertegas oleh pernyataan Trisnamansyah dalam Mustofa Kamil 2010:30 ilmu pendidikan luar sekolah dapat diartikan sebagai ilmu yang secara akademik mempelajari interaksi sosial-budaya antara warga belajar sebagai objek deengan sumber belajar dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan, dengan menekankan pada pembentukan kemandirian, dalam rangka belajar sepanjang hayat. Menurut Sutaryat Trismansyah dalam Mustofa Kamil 2010: 31 menyimpulkan bahwa : 1 Interaksi sosial budaya antara warga belajar dan sumber belajar mengandung arti, proses pendidikan itu berlangsung secara sadar, dengan diwujudkan melalui media tertentu dan situasi lingkungan tertentu, dapat ditinjau dari aspek mikro dan aspek makro, sarat makna dan nilai serta terarah pada 18 pengembangan kemandirian melalui proses belajar sepanjang hayat. 2 Tujuan pendidikan luar sekolah yang ingin dicapai melalui interaksi tersebut mengandung makna pengembangan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani rohani, kepribadian yang mantap, dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Secara lebih khusus tujuan itu juga mencakup : pelayanan terhadap warga belajar, pembinaan warga belajar, dan memenuhi kebutuhan warga belajar dan masyarakat yang tidak terpenuhi melalui jalur sekolah. b. Tujuan pelatihan Tujuan pelatihan menurut Fandi Tjiptono dan Anastasia Diana 2003: 223 merupakan konsep yang luas, tujuan yang luas tersebut tidak akan membingungkan bila dibuatkan sasaran pelatihan yang lebih spesifik dan dapat diukur. Tujuan pelatihan tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas secara keseluruhan mulai dari individu peserta didik sampai ke organisasi. Tujuan pokok dalam pelatihan yang harus dicapai menurut Mustofa Kamil 2010: 11 antara lain adalah : a Memenuhi kebutuhan organisasi; b memperoleh pengertian dan pemahaman yang lengkap tentang pekerjaan dengan standar dan kecepatan yang telah ditetapkan dan dalam keadaan yang normal serta aman; c membatu para pemimpin organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian tujuan pelatihan dapat dikatakan bahwa tidak hanya untuk menampakkan kualitas saja, tetapi juga untuk peningkatan keseluruhan didalam organisasi. 19 Keseluruhan tersebut menurut Anwar 2006: 166 dapat meliputi beberapa hal yaitu tujuan pelatihan adalah untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan dari para karyawan, sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang bersangkutan tersebut. c. Manfaat pelatihan Manfaat pelatihan menurut Robinson melalui Saleh Marzuki 2012: 176 yaitu : 1 Pelatihan merupakan alat untuk perbaikan penampilan kemampuan individu atau kelompok dengan harapan memperbaiki performan organisasi. Perbaikan-perbaikan itu dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Pelatihan yang efektif dapat menghasilkan pengetahuan dalam pekerjaantugas, pengetahuan tentang struktur dan tujuan perusahaanorganisasi, tujuan bagian-bagian tugas masing- masing karyawan dan sasarannya, tentang sistem dan prosedur, dan lain-lain; 2 Keterampilan tertentu diajarkan agar para karyawan dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan standar yang diinginkan. Contohnya, skills dalam menggunakan teknik yang berhubungan dengan fungsi behavioral skill dalam mengelola hubungan dengan atasan bos, dengan bawahan dan sejawat; 3 Pelatihan juga dapat memperbaiki sikap-sikap terhadap pekerjaan, terhadap pemimpinatau karyawan, seringkali pula sikap-sikap yang tidak produktif timbul dari salah pengertian yang disebabkan oleh informasi yang tidak cukup, dan informasi yang membingungkan; 4 Manfaat lain dari pelatihan adalah memperbaiki standart keselamatan.

3. Kajian tentang Bank Sampah

a. Pengertian Bank Sampah Definisi Bank Sampah menurut Eka utami 2013: 3 adalah suatu sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang mendorong 20 masyarakat untuk berperan serta aktif di dalamnya. Sistem ini menampung, memilah, dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapat keuntungan ekonomi dari menabung sampah. Sedangkan Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah serta Peraturan Pemerintah nomor 81 tahun 2012 dalam Kementrian Lingkungan Hidup 2012: v mengamanatkan perlunya perubahan paradigma mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu dari paradigma kumpul – angkut - buang menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pada dasarnya kata bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kegiatan Bank Sampah tersebut menurut Artomo 2015: 57 merupakan pengelolaan sampah anorganik dari sumbernya, baik individu maupun kolektif, baik sampah yang berasal dari perumahan, restoran, sekolah maupun tempat lainnya yang berjalan secara sistematis dan kuantitatif hingga manfaatnya juga dapat dinikmati langsung oleh sumbernya nasabah. Pembangunan Bank Sampah menurut Kementrian Lingkungan Hidup 2012: v harus menjadi momentum awal membina kesadaran