Kajian tentang Bank Sampah

23 Sesuai penjelasan diatas, menurut Kementrian Lingkungan Hidup 2012: 183.diharapkan peran serta masyarakat melalui kegiatan tersebut dapat membantu pemerintah daerah dalam mengefisiensikan anggaran pengangkutan sampah yang sejak awal sudah dikurangi melalui pemilihan yang bernilai ekonomi. 24

B. Penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang relevan yaitu : 1. Judul skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Melalui Pelatihan Pembuatan Sapu Gelagah, oleh Ayu Purnami Wulandari 10102244022 tahun 2014 : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1 Pelaksanaan pemberdayaanmasyarakat di Desa Kajongan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui Pelatihan pembuatan Sapu Gelagah; 2 faktor- faktor pendorong dan penghambat pelatihan pembuatan pembuatan sapu Gelagah di Desa Kajongan, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga. Hasil penelitian menunjukan: 1 pemberdayaan masyarakat desa melalui Pelatihan pembuatan Sapu Gelagah di desa Kajongan sudah sesuai dengan tahap pemberdayaan. Tahapan pelaksanaan pemberdayaan yaitu perencanaan, pendampingan, evaluasi dan tindak lanjut. Perencanaan dilakukan melalui musyawarah yang meliputi identifikasi kebutuhan, latar belakang, tujuan, pembentukan struktur kepengurusan dan rekuitmen anggota warga belajar. Selanjutnya pendampingan dilakukan pada proses produksi dengan mempraktekan dan memantau cara pembuatan sapu oleh pengelola, evaluasi dilakukan dengan menargetkan hasil produksi yang akan berpengaruh terhadap penghasilan warga belajar, kemudian tindak lanjut yang dilakukan pengelola yaitu menyiapkan ketrampilan lain dan diharapkan masyarakat bisa membuka usaha mandiri. Kesejahteraan 25 keluarga masyarakat Desa Kajongan dikatakan meningkat lebih dari 100, dilihat dari pendapatan yang semula Rp.30.000 hari menjadi Rp.100.000 hari dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti sandang, pangan dan kesehatan . 2 faktor pendorong yaitu antusias masyarakat, potensi alam sebagai bahan baku produksi dan dukungan dari pemerintah maupun lembaga lain, sedangkan faktor penghambat pemberdayaan melalui Pelatihan pembuatan yaitu kurangnya permodalan, kurangnya fasilitas dalam kegiatan pelatihan, dan perubahan cuaca. Persamaan dengan judul yang saya teliti adalah sama-sama meneliti pemberdayaan melalui pelatihan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan faktor pendorong dan penghambat dari pelatihan. 2. Judul skripsi : Pemberdayaan Perempuan untuk Meningkatkan Ekonomi Keluarga Melalui Kelompok Petani Kecil KPK Ngudi Lestari di Mendongan Bandung Playen Gunungkidul Yogyakarta, oleh Agung Sarjito 09102241005 tahun 2013: Tujuan penelitian ini adalah untuk 1 mendeskripsikan bagaimana pemberdayaan perempuan untuk dapat meningkatkan ekonomi keluarga melalui Kelompok Petani Kecil Ngudi Lestari. 2 mendeskripsikan hasil pemberdayaan perempuan untuk meningkatkan ekonomi keluarga. 3 mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat Kelompok Petani Kecil Ngudi Lestari dalam memberdayakan perempuan untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 pelaksanaan program pemberdayaan perempuan di KPK Ngudi 26 Lestari meliputi beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 2 hasil yamg dicapai meliputi beberapa aspek yaitu: aspek pengetahuan dan aspek ekonomi. 3 faktor pendukung meliputi faktor internal dan eksternal. Persamaan dengan judul yang saya teliti adalah sama-sama mendeskripsikan pemberdayaan perempuan serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari pemberdayaan perempuan. Berdasarkan sejumlah hasil penelitian yang relevan tersebut peneliti bermaksud untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan tangan di Bank Sampah Gowok kelurahan Catur tunggal Depok Sleman D.I Yogyakarta yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan pemberdayaan perempuan melalui kerajinan tangan di Bank Sampah Gowok dan mengetahui dampak serta faktor pendukung dan penghambat dari pemberdayaan perempuan di Bank Sampah Gowok. 27

C. Kerangka Berfikir

Pengangguran di Indonesia setiap taunnya terus meningkat. Kaum perempuan memiliki jumlah yang besar diantaranya yaitu 1,4 juta orang perempuan menurut Badan Pusat Statistik pada bulan agustus 2010. Dengan data tersebut diketahui perempuan Indonesia juga memerlukan keahlian khusus atau pengalaman bekerja untuk mendapatkan pekerjaan. Salah satu cara mendapatkan keahliah khusus dan pengalaman bekerja adalah dengan mengikuti pelatihan. Pelatihan di Indonesia sudah beragam macamnya dan sudah banyak lembaga yang melayani pelatihan-pelatihan tersebut, namun pelatihan yang dapat menyesuaikan kebutuhan, kondisi, dan situasi pesertanya hampir tidak ada kecuali melalui pelatihan dalam pendidikan luar sekolah. Sehingga peserta dapat menjalankan keperluannya sehari-hari dengan terus mengikuti pelatihan yang memang menjadi salah satu kebutuhannya juga. Dalam pelatihan tersebut terselengara pemberdayaan perempuan karena yang mengikuti atau pesertanya adalah kaum perempuan dan diberdayakan melalui pelatihan tersebut. Sekarang permasalahan yang timbul di lingkungan masyarakat adalah banyaknya sampah yang sudah tidak tertampung dan berbagai cara dilakukan untuk menekan jumlah sampah dari masyarakat. Beranjak dari hal tersebut ide Bank Sampah mulai muncul untuk mengajak masyarakat mengelola sampah supaya lebih bermanfaat. Mengelola sampah bukan berarti dikumpulkan lalu dibuang atau dijual, tetapi memilah sampah yang layak 28 dijadikan kerajianan dan pelaksanan programnya kaum perempuan. Sehingga untuk saat ini banyak dijumpai pemberdayaan perempuan yang memanfaatkan sampah dari Bank Sampah. Salah satu pemberdayaan perempuan melalui pelatihan di Bank Sampah adalah yang terdapat di padukuhan Gowok yaitu pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan tangan. Kelompok perempuan disana diberi nama kelompok Azalea. Dalam pelatihan tersebut, anggota kelompok melaksanakan pelatihan kerajinan pemanfaatan sampah yang idenya berasal dari berbagai ilmu yang didapat melalui pelatihan dari pemerintah, lomba yang diikuti, study banding, media sosial, dan ide-ide dari setiap anggota. Kelompok Azalea di Gowok memang belum memiliki guru atau tutor untuk pelatihannya, tetapi mereka mampu menghasilkan berbagai jenis kerajinan tangan yang layak jual. Dalam pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kerajinan tangan di kelompok Azalea tersebut bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya yang kurang mampu, khususnya dengan memberikan keterampilan pemanfaatan sampah tersebut yang diharapkan dapat diaplikasikan untuk mendapatkan tambahan penghasilan dari keahliannya tersebut.