Etos Kerja TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etos Kerja

Etos Kerja merupakan perilaku sikap khas suatu komunitas atau organisasi mencakup sisi spiritual, motivasi, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, standar-standar. Sehimpunan perilaku positif yang lahir sebagai buah keyakinan fundamental dan komitmen total pada sehimpunan paradigma kerja yang integral, dimana mereka diharapkan memiliki sikap sebagai berikut: 1. Menghormati dan meningkatkan rasa harga diri serta martabat setiap individu, tidak perduli karakter maupun asalnya. 2. Menjalankan sepenuhnya pada integritas, baik dalam prilaku maupun dalam tugas, praktek, proses, pertumbuhan dan kemajuan. 3. Membangun lingkungan kepercayaan, dimana orang bisa menerima atau mendapat kepercayaan dari aliansi koleganya. Usman Pelly menyebutkan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan faktor terpenting dalam modernisasi. Menurutnya, modernisasi masyarakat secara umum dirumuskan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah kepada semua aktivitas dan bidang kehidupan masyarakat. Pelly, menyebutkan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan faktor terpenting dalam modernisasi. Menurutnya, modernisasi masyarakat secara umum dirumuskan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah kepada semua aktivitas dan bidang kehidupan masyarakat. Perkembangan masyarakat modern juga diikuti industrialisasi. Dalam hal ini industrialisasi didefinisikan sebagai Universitas Sumatera Utara proses perkembangan teknologi oleh penggunaan ilmu pengetahuan terapan, ditandai dengan ekspansi produksi besar-besaran dengan menggunakan tenaga permesinan, untuk tujuan pasaran yang luas bagi barang-barang produsen maupun konsumen, melalui angkatan kerja yang terspesialisasikan dengan pembagian kerja, seluruhnya disertai oleh urbanisasi yang meningkat. Industrialisasi berdampak pada perubahan yang kompleks dalam kelompok sosial dan proses sosial. Pada tahap awal industrialisasi berdampingan dengan urbanisasi, yakni peningkatan mobilitas penduduk. Di samping itu juga terjadi perubahan dalam adat istiadat dan moral masyarakat. ejournal.sunan-ampel.ac.idindex.phpAl-Afkararticleview7065 Pengaruh industrialisasi yang menonjol terdapat pada status pekerjaan dan keahlian pekerja, terhadap kehidupan keluarga dan kedudukan wanita, serta tradisi dan kebiasaan dalam mengkonsumsi barang. Dengan padangan yang pesimistis seperti itu, tidaklah terpikirkan bahwa agama akan mampu ikut serta memecahkan persoalan kemanusiaan ditengah modernisasi dan industrialisasi. Sebaliknya, pendapat bahwa agama merupakan pendorong bagi terjadinya proses modernisasi dan industrialisasi. Dalam tulisan Max weber The Protestan Ethic and the spirit of capitalism, Weber menyatakan bahwa ketelitian yang khusus, perhitungan dan kerja keras dari bisnis barat didorong oleh perkembangan etika protestan yang muncul pada abad keenambelas dan gerakan oleh doktrin Calvinisme yaitu doktrin tentang takdir. Pemahaman tentang takdir menuntut adanya kepercayaan bahwa tuhan telah memutuskan tentang keselamatan dan kecelakaan. Selain itu doktrin tersebut menegaskan bahwa tidak seorang pun yang terpilih. Dalam kondisi seperti ini, Universitas Sumatera Utara menurut Weber, pemeluk Calvinisme mengalami “panik terhadap keselamatan”. Cara untuk menenangkan kepanikan tersebut adalah orang harus berpikir bahwa seseorang tidak akan berhasil tanpa diberkahi Tuhan. Oleh karena itu keberhasilan adalah tanda dari keterpilihan. Untuk mencapai keberhasilan seseorang harus melakukan aktivitas kehidupan, termasuk aktivitas ekonomi, yang ditandai oleh disiplin dan bersahaja, yang didorong oleh ajaran keagamaan. Menurut Weber etika kerja dari calvinisme yang berkombinasi dengan semangat kapitalisme membawa masyarakat barat kepada perkembangan masyarakat kapitalis modern. Jadi, doktrin Calvinisme tentang takdir memberikan daya dorong psikologis bagi rasionalisasi Damsar.2002. Penelaahan lain mengenai hubungan agama dan industrialisasi dilakukan oleh Robert N. Bellah. Menurutnya, terdapat hubungan dinamis antara agama Tokugawa dan kebangkitan ekonomi Jepang modern. Hasil penelitian Robert N. Bellah menunjukkan bahwa etika ekonomi Jepang modern bersumber dari etika kelas Samurai. Sedang etika Samurai berasal dari ajaran-ajaran Tokugawa. Menurut ajaran Tokugawa etika kewajiban keluarga merupakan pendorong terbentuknya seperangkat nilai etika kejujuran, kualitas dan nama baik yang selalu dijunjung tinggi yang kemudian ternyata mendukung nilai-nilai universal dalam tata dunia perdagangan dan mampu memberikan dorongan untuk lahirnya cikal-bakal ekonomi rasional pada masa modern jepang. Dalam hal ini Bellah memberikan pengertian masyarakat industri modern sbagai masyarakat yang sepenuhnya mendasarkan diri pada nilai- nilai ekonomi, seperti misalnya rasionalisasi,universalitas, dan nilai-nilai berprestasi. Tanpa nilai-nilai budaya ekonomi ini suatu masyarakat tidak akan mungkin mampu melakukan liberalisasi dari batasan nilai-nilai tradisional ke nilai-nilai dinamis Universitas Sumatera Utara rasional. Sedangkan agama diartikan oleh Bellah sebagai sikap dan tingkah laku yang selalu mengarah kepada nilai-nilai leluhur. Dengan kata lain agama sebagai sesuatu yang memiliki fungsi sosial untuk merumuskan seperangkat nilai luhur sehingga dari persepsi itu masyarakat membangun tatanan moralnya. Shinsu, salah satu sekte agama Budha yang dikaji oleh Bellah menekankan pada pentingnya keselamatan yang lebih didasarkan pada keyakinan saja, dan hanya sedikit memberikan perhatian pada tuntutan etika. Oleh karena itu setiap manusia akan memperoleh keselamatan tidak peduli betapa jahatnya manusia. Namun pada masa pertengahan Tokugawa keselamatan dan etik menjadi terkait mutlak dan tidak dapat dibedakan sama sekali apalagi dipisahkan. Sehingga tidak lagi terdengar ajaran yang menyatakan bahwa yang jahat akan tetap selamat. Perubahan nilai keagamaan ini yang menekankan pentingnya etika dalam proses penyelamatan sebagai perubahan yang sangat mendasar. Dalam hal ini Bellah melihat adanya tiga karaktersistik pokok dari ajaran dan tuntutan persyaratan etika ini. Pertama, ajaran untuk bekerja secara tekun dan sungguh-sungguh, khususnya dibidang pekerjaan yang telah dipilihnya. Persyaratan ini menempati posisi sentral dari ajaran dan tuntutan etika baru ini. Kedua, ajaran untuk memiliki sikap pertapa dan hemat dalam konumsi barang. Etika ini misalnya, dapat dilihat dari berbagai anjuran dan pribahasa yang muncul waktu ini, misalnya untuk selalu tidak melupakan bekerja tekun pada pagi dan sore hari, himbauan bekerja keras, bersikap kepala dingin terhadap konsumsi barang mewah juga terlihat pada anjuran yang tegas untuk tidak berjudi dan lebih baik mengambil sedikit daripada mengambil banyak. Ketiga, sekalipun pencarian keuntungan secara tidak halal dilarang, namun usaha keras Universitas Sumatera Utara mengejar dan mengumpulkan keuntungan yang diperoleh dari usaha-usaha yang normal diberikan dan disediakan legitimasinya dalam ajaran agama melalui doktrin spirit dan Bodhisattva.

2.2 Moral Ekonomi pedagang