dalam skala individual maupun institusional. Secara individual, interaksi terjadi manakala relasi intim antara individu terbentuk satu sama lain yang kemudian
melahirkan ikatan emosional. Secara institusional, interaksi dapat lahir pada saat visi dan tujuan satu organisasi memiliki kesamaan dengan visi dan tujuan organisasi
lainnya. Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi cenderung bekerja secara
gotong-royong, merasa aman untuk berbicara dan mampu mengatasi perbedaan- perbedaan. Sebaliknya, pada masyarakat yang memiliki modal sosial rendah akan
tampak adanya kecurigaan satu sama lain.
2.3.1 Trust
Sebagaimana dijelaskan Francis Fukuyama 1995, rasa percaya trust adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya
perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini.
Dalam bisnis, trust mengurangi kebutuhan merumuskan kontrak yang berkepanjangan, menghindari situasi tidak terduga, mengurangi pertikaian, dan
mengurangi kebutuhan proses hukum seandainya terjadi pertikaian. Trust mengurangi biaya dan waktu yang sering dikaitkan dengan sistem pengawasan tradisional dan
kontrak hukum yang formal, hal-hal yang sangat penting dalam organisasi yang mementingkan pengetahuan. Fukuyama menyatakan bahwa trust membantu orang-
orang bekerja sama dengan lebih efektif, karena mereka lebih bersedia menempatkan kepentingan kelompok di atas kepentingan individu.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Norma
Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan- harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok
orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar- standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan
berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama Putnam, 1993; Fukuyama, 1995. Norma-norma dapat
merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial. Fukuyama menunjuk pada serangkaian nilai atau norma informal yang
dimiliki bersama di anatara para anggota suatu kelompok memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara mereka. Lawang, 2004:180. Norma-norma akan berperan dalam
mengontrol bentuk-bentuk hubungan antar individu. Norma yang tercipta diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh individu pada suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan
tersebut biasanya tidak tertulis, namun demikian dipahami oleh setiap individu dalam konteks hubungan sosial-ekonomi. Aturan-aturan tersebut misalnya, bagaimana cara
menghormati dan menghargai orang lain, norma untuk tidak mencurangi orang lain, norma untuk selalu bekerjasama dengan orang lain, merupakan contoh norma yang
ada. Norma dan aturan yang terjaga dengan baik akan berdampak positif bagi kualitas hubungan yang terjalin serta merangsang keberlangsungan kohesifitas sosial hidup
yang kuat Hasbullah, 2006:13.
2.3.3 Jaringan Sosial