BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup yaitu sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia
mempunyai beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing individu memiliki tujuan dan kebutuhan yang berbeda dengan
individu lainnya. Sedangkan sebagai makhluk sosial, individu selalu ingin berinteraksi dan hidup dinamis bersama orang lain. Saat berinteraksi dan
berhubungan dengan orang lain, individu memiliki tujuan, kepentingan, cara bergaul, pengetahuan ataupun suatu kebutuhan yang berbeda antara satu dengan
yang lain dan semua itu harus dicapai untuk dapat melangsungkan kehidupan. Dalam dunia pekerjaan yang memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia, dan untuk mendapatkan kepuasan dalam bekerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting baik bagi kepentingan individu, industri, dan
masyarakat. Bagi individu, penelitian tentang sebab-sebab dan sumber-sumber kepuasan kerja memungkinkan timbulnya usaha-usaha peningkatan kebahagiaan
hidup mereka kepuasan hidup. Karena perasaan terkait dengan sikap seseorang, maka kepuasan kerja
dapat didefenisikan sebagai sebuah sikap karyawan yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi dimana mereka bekerja. Secara sederhana dapat
Universitas Sumatera Utara
dikatakan bahwa karyawan yang lebih puas menyukai situasi kerjanya daripada tidak menyukainya.
Kepuasan juga terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Karyawan yang merasa terpenuhi kebutuhannya akan mempersepsikan diri mereka sebagai
karyawan yang memiliki kepuasan atas pekerjaannya. Sebaliknya, ketidakpuasan muncul apabila salah satu atau sebagian dari kebutuhannya tidak dapat terpenuhi .
Lebih lanjut, kepuasan kerja merupakan salah satu komponen dari kepuasan hidup. Sehingga menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam pengembangan dan pemeliharaan tenaga kerja. Karena bila karyawan tidak mendapatkan kepuasan dari pekerjaannya, maka motivasi mereka akan turun,
absensi dan keterlambatan meningkat dan menjadi semakin sulit untuk bekerjasama dengan mereka atau mengadakan suatu perubahan penting. Hal ini
menunjukkan bahwa kepuasan kerja dari seseorang akan ikut jadi penentu kelangsungan operasional suatu perusahaan
Menurut Davis dan Newstrom dalam Sudiro dan Kulbizzabidy 2012:2 menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah bagian dari kepuasan hidup. Sifat
lingkungan seseorang di luar pekerjaan mempengaruhi perasaan di dalam pekerjaan. Demikian juga halnya, karena pekerjaan merupakan bagian penting
kehidupan, kepuasan kerja mempengaruhi kepuasan hidup seseorang. Hasilnya, terdapat dampak bolak-balik spillover effect yang terjadi antara kepuasan kerja
dan kepuasan hidup. Menurut Kreitner dan Kinicki 2001:224 kepuasan kerja merupakan
respon affective atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang.
Universitas Sumatera Utara
Martoyo 2004:132 menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai
balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Balas jasa
karyawan ini, baik berupa “finansial” maupun yang “non finansial”. Menurut Vecchio dalam Wibowo 2011:501 kepuasan kerja sebagai
pemikiran, perasaan, dan kecenderungan tindakan seseorang yang merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaan. Gibson 2000:106 kepuasan kerja sebagai
sikap yang dimiliki pekerja tentang pekerjaan mereka. Hal tersebut merupakan hasil dari persepsi mereka tentang pekerjaan.
Pekerjaan memerlukan interaksi dengan rekan kerja dan atasan, mengikuti peraturan dan kebijakan organisasi, memenuhi standar kinerja, hidup dengan
kondisi kerja yang sering kurang ideal dan semacamnya. Kepuasan kerja merupakan variabel tergantung utama karena dua alasan yakni menunjukkan
hubungan dengan faktor kinerja dan merupakan preferensi nilai yang dipegang banyak peneliti perilaku organisasi.
Kecenderungan umum mengenai kepuasan kerja, walaupun setiap pekerja dapat memberikan beragam pandangan yang berbeda mengenai berbagai aspek
dalam pekerjaan mereka. Sebagai contoh, seorang pekerja merasa puas dengan gaji yang diterimanya tetapi dapat sangat tidak puas dengan gaya arahan atasan
atau hubungan dengan rekan kerja. Dengan kata lain perbedaan tingkatan kepuasan kerja dapat terjadi pada kelompok kerja yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
Dalam dunia perbankan saat ini, sangat dibutuhkan karyawan yang memiliki loyalitas organisasi yang tinggi. Dengan tingginya kepuasan hidup
karyawan maka kelangsungan organisasi dapat terjaga, dan akan memberikan dampak yang positif pada organisasi seperti, kualitas kerja, kepuasan kerja, serta
menurunnya tingkat keterlambatan, dan tingginya kesadaran akan tanggung jawab masing-masing terhadap organisasi.
Pada PT. Bank Mandiri Persero Tbk terdapat adanya perbedaan sistem kenaikan jabatan atau jenjang karir tersebut maka perlu dikaji lebih lanjut untuk
mengetahui ada tidaknya kesenjangan sosial dari masing-masing karyawan. Kondisi ini di alami oleh karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang rendah
terhadap pekerjaannya yang bisa mengakibatkan kepuasan hidup mereka juga cenderung rendah. Fenomena tentang kepuasan kerja di atas merupakan
pembuktian bahwa keberadaan kepuasan kerja amat diperlukan dalam suatu perusahaan atau instansi, karena dengan terpenuhinya kepuasan kerja maka akan
meningkatkan komitmen organisasi pada karyawan. Dari hasil penelitian, bahwasanya ada penilaian-penilaian yang dilakukan perusahaan dalam pencapaian
prestasi dengan menggunakan KPI Key Performance Indicator, sehingga skema bonus ataupun reward yang diterima karyawan hanya berdasarkan ketentuan yang
ditentukan manajemen Keputusan yang nominalnya sama untuk semua karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1
Penilaian Kerja Karyawan PT. Bank Mandiri Persero, Tbk Consumer Loan Bussiness Center Medan
Tahun Penilaian
Jumlah A Sangat Baik
B Baik C Cukup
2009 9
30 8
47 2010
5 28
9 42
2011 6
39 10
55 Sumber Data: Data Diolah
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa kinerja karyawan PT. Bank Mandiri Persero, Tbk belum sesuai harapan karena karyawan dengan penilaian
baik lebih banyak dari pada karyawan yang memiliki penilaian istimewa. Penilaian yang diberikan berdasarkan : 1 tugas utama, dengan bobot 50 2
keterampilan,dengan bobot 25 ; dan 3 kompetensi, dengan bobot 25. Dari hasil KPI diatas tahun 2011 terdapat 55 karyawan yang memilki hasil
KPI yg berbeda. Ini tergantung dari penilaian atasan. Utk hasil KPI standarisdasi yg telah dilakukan karyawan sangat memberikan kontribusi yang sangat layak
mengingat jam tempuh dan resiko yang dihadapi oleh pekerja sangat rentan dengan reputasi perusahaan.
Dari analisa diatas menunjukan bahwa kepuasan hidup yang rendah tersebut disebabkan bukan hanya penilaian yang terdapat dari target yang
dimaksimalkan oleh perushaan yang ditujukan kepada pekerja melainkan penilain formal yg sesuai dengan indikator serta kebijakan atasan perusahaan tersebut.
Jelas saja beberapa pekerja memberikan kontribusi sejauh mungkin dengan pencapaian target yang mengacu kepada insentif atau bonus tetapi hasil
Universitas Sumatera Utara
yang didapat oleh pekerja tetap saja terakumulasi diakhir tahun, bukan bonus yg diberikan diawal bulan sebagaimana mestinya.
Hal Ini terjadi karena penilaian sistem yg diterapkan oleh perusahaan tanpa disadari menjadi bahagian yang bisa memberikan pendapatan insentif atau
bonus pekerja tersebut menjadi minim. Hal inilah yang membuat kepuasan hidup karyawan mnjadi rendah dikarenakan Sumber Daya Manusia nya yang sangat
minim. Untuk itu dibutuhkan suatu system managemen yg bisa membuat Sumber Daya Manusia perusahaan tersebut naik. Dengan naiknya Sumber Daya Manusia
diperusahaan tersebut maka kinerja karyawan pun menjadi maksimal Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian pada PT. Bank Mandiri Persero Tbk khususnya unit
consumer loan bussniess centre Medan dengan judul “Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kepuasan Hidup Karyawan Pada PT. Bank Mandiri
Persero Tbk Unit Consumer Loan Bussiness Centre Medan” .
1.2 Perumusan Masalah