Indikator Kinerja Angkutan Umum

mungkin pada daerah pelayanannya kepada penumpang dengan menggunakan sumber daya yang ada. Dari kedua pendekatan diatas, terlihat bahwa pendekatan pertama lebih ideal tetapi tidak realistik, sedangkan pendekatan kedua meskipun tidak ideal tapi realistik.

2.4 Indikator Kinerja Angkutan Umum

Kinerja angkutan umum dinilai berdasarkan parameter-parameter tertentu baik kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik sistem angkutan umum yang ditinjau. Sebagai parameter untuk menilai karakteristik dari sistem angkutan umum digunakan standar yang dikeluarkan oleh Bank Dunia World Bank tahun 1993. 2.4.1 Faktor muat load faktor Jumlah penumpang yang berada didalam kendaraan yang dinyatakan dalam persen pada suatu titik jalan tertentu dikatakan Load Faktor faktor muat. Penumpang lebih menyukai faktor muat yang rendah daripada faktor muat tinggi, oleh karena faktor muat rendah penumpang selalu dapat naik di kendaraan yang datang pertama dan memperoleh tempat duduk. Faktor muat rendah cenderung menghasilkan waktu tunggu yang pendek. Ada 2 dua jenis faktor muat, yaitu: a. Faktor muat statis Universitas Sumatera Utara Survey diluar bis dimana pengumpul data surveyor berdiri disuatu tempat dengan menghitung dan mengumpulkan data jumlah penumpang yang berada didalam kendaraan yang melewatinya. b. Faktor muat dinamis Survey faktor muat dinamis sering disebut juga survei on bus atau survei naik turun penumpang dan waktu perjalanan, cara ini paling efektif untuk memperoleh data mengenai waktu perjalanan. 2.4.2 Frekuensi Bank Dunia telah merekomendasikan bahwa untuk angkutan kota dengan rute tetap, frekuensi pelayanan harus sekitar 6 enam kendaraan perjam. Data di Indonesia ditemukan bahwa frekuensi pelayanan angkutan kota dengan rute tetap di banyak kota juga melebihi standar minimum Bank Dunia. 2.4.3 Waktu perjalanan Terdiri atas waktu berjalan operatingcruising time, waktu berhenti dihentian dwelling time dan waktu tundaan disebabkan lalu lintas misalnya oleh traffic light, waktu di terminal waktu istirahat awak, lay over time. Waktu berjalan dihitung berdasarkan karakteristik percepatan dan perlambatan kendaraan, kecepatan berjalan dan hambatan kecepatan. Waktu berhenti tergantung pada kendaraan dan fasilitas menaikkan dan menurunkan penumpang. Universitas Sumatera Utara Bank Dunia menyarankan bahwa standar perpindahaan pada waktu sibuk pagi hari maksimalnya adalah 50, jadi kurang dari 50 penumpang, yang menggunakan suatu rute pindah, maka rute tersebut diatas standar. Tetapi sebaliknya jika lebih dari 50, maka rute tersebut diatas dibawah standar. 2.4.4 Waktu tunggu Bank Dunia merekomendasikan untuk waktu tunggu rata-rata 5 – 10 menit, maksimum 10 – 20 menit. Beragam kegiatan yang terjadi di terminal mengakibatkan waktu tunggu merupakan hal yang sering terjadi. Karakteristik ini merupakan kompenan yang penting dalam evaluasi terminal, dan ramalan terhadap kemungkinan antrian yang akan terjadi. Bagaimana mengurangi waktu tunggu adalah sesuatu yang sulit untuk dielakan, oleh karena itu kapasitas yang cukup harus disediakan untuk areal tempat tunggu untuk dapat menampung lalu lintas. 2.4.5 Waktu antara headway Merupakan interval waktu antara dua kendaraan umum yang sejenis dan satu rute yang berurutan. Waktu tunggu adalah separuh waktu antara headway kendaraan. Sebagai parameter untuk menilai karakteristik sistem angkutan umum digunakan standar Bank Dunia berkaitan dengan waktu tunggu penumpang rata-rata 5 – 10 menit dan headway rata-rata antar kendaraan umum sekitar 0 – 20 menit Nasution, 1996. Universitas Sumatera Utara

2.5 Kualitas Pelayanan Angkutan Umum