2.3 Tinjauan Transportasi dalam Penentuan Rute
2.3.1 Sistem rute Jika ditinjau dari aspek spesial geografis maupun jika ditinjau dari waktu
pelayanan, maka penumpang dengan berbagai kepentingan dapat menggunakan rute angkutan umum secara bersama-sama. Dalam hal ini tentu saja, suatu rute angkutan
umum akan melayani calon penumpang yang mempunyai asal dan tujuan yang berbeda-beda atau penumpang yang memiliki jarak perjalanan berbeda-beda.
Selain karakteristik perjalanan yang berbeda-beda, suatu rute angkutan umum juga harus melayani penumpang yang mempunyai karakteristik sosial ekonomi yang
berbeda dan karakteristik aktivitas yang berbeda-beda pula. Dilain pihak, jika ditinjau dari karakteristik aktivitasnya, maka sistem rute angkutan umum harus
melayani kebutuhan mobilitas penumpang yang bervariasi dari waktu ke waktu. Ada saat kebutuhan pergerakan penumpang sangat tinggi jam puncak, dan di lain waktu
harus melayani kebutuhan pergerakan penumpang yang relatif rendah. Dalam hal ini suatu rute angkutan umum tidak mungkin melayaninya dengan cara pengaturan
lokasi rute yang berbeda dari waktu ke waktu, karena hanya akan membuat bingung penumpang. Hal yang mungkin adalah dengan tetap menggunakan lokasi rute yang
sama, tetapi dengan melakukan frekwensi yang berbeda dari waktu ke waktu. 2.3.2 Klasifikasi rute
Ditinjau dari peranannya dalam struktur jaringan jalan rute dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe perjalanan, tipe jaringan dan rute berdasarkan beban
Universitas Sumatera Utara
pelayanan yang diberikan. Berdasarkan tipe perjalanan, rute dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Rute Tetap Pengemudi angkutan umum diwajibkan mengendarai kendaraannya hanya
pada jalur rute yang sudah ditentukan dan sesuai dengan jadwal waktu yang direncanakan sebelumnya.
2. Rute Tetap Dengan Deviasi Khusus Pengemudi diberi kebebasan melakukan deviasi untuk alasan alasan
khusus, misalnya menaikan dan menurunkan calon penumpang yang lanjut usia atau alasan fisik lainnya. Deviasi khusus ini dilakukan pada waktu-
waktu tertentu, misalnya pada jam sibuk. 3. Rute Dengan Batasan Koridor
Penguji diizinkan malukan deviasi dari rute yang telah ditentukan dengan batasan-batasan tertentu, yaitu:
Pengemudi wajib menghampiri untuk menaikkan dan menurunkan penumpang beberapa lokasi perhentian tertentu, yang jumlahnya terbatas,
misalnya 3 tiga atau 4 empat perhentian. Diluar perhentian yang diwajibkan, pengemudi diizinkan melakukan
deviasi sepanjang tidak melewati daerah atau koridor yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Rute Dengan Deviasi Penuh Pengemudi bebas mengemudi kendaraannya kemanapun dia suka,
sepanjang dia mempunyai rute awal dan akhir yang sama.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tipe jaringan jalan, rute angkutan umum dapat dibedakan menjadi 5 kelompok yaitu bentuk grid, linear, radial, teritorial, dan bentuk
modifikasi radial. LPKM –ITB, 1997. 2.3.3 Kepadatan rute
Kepadatan rute adalah rasio panjang yang dilalui angkutan umum terhadap luas area yang dilayani oleh angkutan umum. Nilai kepadatan rute menurut
Giannopoulos merupakan umuran tingkat cakupan layanan angkutan umum. Nilainya bisa ditetapkan berdasarkan kepadatan penduduk yang merupakan angka
indikatif, seperti dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Tingkat Kepadatan Rute
Kepadatan Penduduk orgKm2
Kepadatan Rute Km ruteKm2 luas area
4600 2,5
3900 – 4600 2,0
3000 – 3900 1,65
2300 – 3000 1,25
1500 – 2300 1,00
750 – 1500 0,60
750 0,30
Sumber: Tamin, 2000 Pada tabel diatas terlihat bahwa makin besar kepadatan penduduk yang
diindikasikan makin besarnya permintaan demand akan pelayanan angkutan umum, kepadatan rute yang diindikasikan penyedian supply layanan angkutan
umum secara teoritis harus semakin besar.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Daerah pelayanan rute Suatu daerah dimana seluruh warga dapat menggunakan atau dapat
memanfaatkan rute tersebut untuk kebutuhan perjalanannya dan masih cukup nyaman untuk berjalan menuju rute angkutan umum untuk selanjutnya
menggunakan jasa pelayanan angkutan umum untuk melakukan perjalanan. Besarnya daerah pelayanan suatu rute sangat tergantung pada seberapa jauh berjalan
kaki itu masih nyaman. Jika batasan jarak berjalan kaki yang masih nyaman bagi penumpang adalah sekitar 400 meter, maka daerah pelayanan adalah koridor kiri
kanan rute dengan lebar 800 meter seperti gambar 2.4.
Gambar 2.4 Daerah Pelayanan Rute Coverage Area Sumber: LPKM-ITB,1997
2.3.5 Kriteria rute angkutan umum Rute angkutan umum pada dasarnya menganut dua filisofi dasar LPKM-
ITB;1997, yaitu pendekatan efisiensi dan efektivitas. Ditinjau dari pendekatan efektivitas, maka filisofi dasar perencanaan rute dapat dinyatakan sebagai berikut:
Rute yang baik adalah rute yang mampu menyediakan pelayanan semaksimal 400 m
Batas daerah pelayanan
Universitas Sumatera Utara
mungkin pada daerah pelayanannya kepada penumpang dengan menggunakan sumber daya yang ada.
Dari kedua pendekatan diatas, terlihat bahwa pendekatan pertama lebih ideal tetapi tidak realistik, sedangkan pendekatan kedua meskipun tidak ideal tapi
realistik.
2.4 Indikator Kinerja Angkutan Umum